28.9 C
Singkawang
More
    BerandaSosokAgus Tublis sang 'Tambal Ban' Disabilitas, Keterbatasan Tak Menghalangi Membuat Tetap Produktif

    Agus Tublis sang ‘Tambal Ban’ Disabilitas, Keterbatasan Tak Menghalangi Membuat Tetap Produktif

    IMG20230711112911

    Jakarta, detikborneo.com – Agus Tublis, begitulah sapaan pria kelahiran Bonti Sanggau, Kalbar 40 tahun silam.

    Pria 3 saudara ini walaupun punya keterbatasan dalam hidup nya tak membuat dirinya minder dan patah semangat.

    Agus terlahir dengan keterbatasan atau disabilitas, punya kaki yang cacat.
    Awal tahun 1998 silam dirinya merantau ke Jakarta, dan masuk di panti sosial selama 1 th. Keluar panti kerja sama teman 2 th. Kemudian 1 th ikut PT bergerak di percetakan.

    Karena kontrak selesai dan keluar percetakan sempat hidup melalang buana kurang lebih 4 th gak kerja tetap.

    Th 2004 rawa buaya hanya kerja serabutan, dan nongkrong di kolong jembatan. Kemudian akhirnya punya ide untuk mau kerja sendiri, bagaimana bisa mandiri.
    Mula nya di tawarkan orang batak untuk kerjakan tambal ban. Ia mulia bekerja selama 2 tahun.

    Setelah itu mulai mendiri dan kerjakan sendiri bermodal skil dan pengalaman yang dimiliki.

    Pada tahun 2009 punya kompresor dan seterus selama 2 tahun. Perjalanan bukan nya mulus, Agus sempat kehilangan kompresor milik nya. Gerobak dan kompresor miliknya sempat hilang. Begitulah kerasnya hidup di kota Jakarta.

    Akhir nya ia kbali Ikut kawan bengkel tambal lagi, sembari bekerja ia terus menabung untuk melanjutkan perekatnya yang ingin berusaha sendiri dan punya kompresor kembali.

    Kemudian dirinya mendapatkan informasi ada yang menjual kompresor harga 1 juta, dan dirinya membayar dengan menyicil.

    Tak sampai di situ ternyata semua tidak begitu berjalan dengan mulus, dirinya juga sempat berurusan dengan satpol PP mengenai pengertian wilayah.

    Lama merantau di Jakarta akhirnya pada tahun 2020 ia bisa pulang ke kampung halamannya di Bonti Sanggau.

    “Ya apapun keadaan kita, setiap kita memiliki kekurangan dan kelebihan, kita harus patut bersyukur dengan keadaan yang ada dan tidak boleh mengeluh” pungkas Agus.

    Dia berharap setiap orang yang memiliki keterbatasan yang sama seperti dirinya tetap memiliki semangat hidup yang kuat pantang menyerah.

    “Kalau rezeki kan Tuhan yang telah menentukan untuk kita intinya kita mau jalani saja”. Tutup Agus. (Rd)

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita