
Sibolga (Sumatera Utara), detikborneo.com — Kota Sibolga dikejutkan oleh tragedi berdarah pada Sabtu malam (1/11/2025), ketika seorang pemuda berusia 21 tahun meregang nyawa setelah dikeroyok secara brutal di depan Masjid Agung Sibolga.
Insiden yang terjadi di tempat suci itu memicu gelombang kemarahan dan kecaman keras dari berbagai kalangan, terutama dari organisasi advokat nasional Solidaritas Pembela Advokat Seluruh Indonesia (SPASI).
Kronologi Brutal di Depan Rumah Ibadah
Berdasarkan keterangan sejumlah saksi, korban berinisial AR (21) semula hanya terlibat adu mulut ringan dengan sekelompok orang di halaman masjid. Namun situasi cepat berubah menjadi pengeroyokan kejam oleh beberapa pelaku yang langsung menyerang korban tanpa ampun.
Korban sempat terjatuh dan mengalami luka parah di kepala serta pelipis. Warga yang panik berusaha menolong dan membawa korban ke RSUD Sibolga, tetapi nyawanya tidak tertolong.
Kepolisian Resor Sibolga telah menangkap dua dari lima orang yang diduga terlibat, sementara tiga pelaku lain masih buron. Polisi berjanji akan mengusut kasus ini hingga tuntas.
SPASI: “Ini Kejahatan di Rumah Allah — Tidak Bisa Dimaafkan!”
Kecaman keras datang dari Ketua Umum SPASI, Jaelani Cristo, S.H., M.H., yang menyebut insiden tersebut sebagai tindakan biadab yang mencoreng nilai kemanusiaan dan kesucian rumah ibadah.
“Kami dari SPASI sangat mengecam keras pembunuhan yang terjadi di depan Masjid Agung Sibolga. Ini bukan sekadar tindak pidana, tapi pelanggaran moral dan spiritual di tempat yang seharusnya menjadi simbol perdamaian,” tegas Jaelani Cristo dalam pernyataan resminya.
Sementara itu, H. Muhammad Mutasil HB, salah satu pengurus pusat SPASI, menegaskan bahwa aparat penegak hukum harus bertindak cepat, profesional, dan transparan, tanpa pandang bulu.
“Kami mendesak Kapolres Sibolga dan Polda Sumut untuk menangkap seluruh pelaku dan memberikan hukuman setimpal. Tidak ada alasan untuk menoleransi kekerasan, apalagi di tempat ibadah,” ujarnya lantang.
Seruan untuk Pengurus Masjid dan Masyarakat
SPASI juga menyerukan agar pengurus Masjid Agung Sibolga memperketat sistem keamanan dan pengawasan di lingkungan masjid agar kejadian serupa tidak terulang.
“Masjid harus menjadi tempat aman, bukan arena kekerasan. Semua pihak harus introspeksi dan memastikan rumah ibadah dijaga dengan rasa hormat dan tanggung jawab,” tulis SPASI dalam pernyataan lanjutannya.
Keadilan untuk Korban
Tragedi yang merenggut nyawa pemuda 21 tahun ini menjadi cermin gelap wajah kekerasan sosial yang masih membayangi masyarakat. SPASI menegaskan akan mengawal proses hukum hingga tuntas, memastikan para pelaku tidak lolos dari jerat keadilan.
“Nyawa manusia tidak boleh menjadi taruhan amarah sesaat. Negara wajib hadir dan menegakkan hukum,” tutup pernyataan SPASI.





