Penulis | R. Masri Sareb Putra, M.A.
Jelang ulang tahunnya ke-68. Saya mengkadokan “sang kaisar” sebuah buku. Tebal 333 halaman. Kertas luks. Gambar bewarna. Biografi profesional genrenya. Hanya mengisahkan, sekaligus menukilkan dua bidang yang menjadi keahilan dan brandingnya: sebagai pemimpin dan motivator.
“Orang Dayak, sebagai pewaris dan penduduk asli bumi
Borneo, jangan sampai tidak punya tanah. Jika ada tanah kosong, tanam, tanam,
sekali lagi: tanam! Tanam apa saja! Lama-lama, tanah kosong itu ada yang punya.
Saya tidak mau kita, orang Dayak, seperti ayam mati di
lumbung padi.”
Begitu suatu ketika, Cornelis berkata kepada saya. Cukup kaget saya mendengar katanya. Lelaki kelahiran 27 Juli 1953 itu memang sering dahsyat. Dan kuat kuasa. Lagi tajam kata-kata yang diucapnya.
Cornelis.
Lengkapnya: Drs. Cornelis, M.H.
Siapa tak kenal pria Kanayatn ini? Ia pemimpin besar orang Dayak. Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) ke-2, setelah Teras Narang. Suksesinya berjalan lumayan mulus. “Saya lega. Pekerjaan besar telah purna,” ujarnya menyebut estafet kepemimpinannya ke Dr. Marthin Billa di hotel Peninsula, bilangan Slipi, Jakarta 18 Juni 2021.
Tak banyak yang mafhum. Sebelum Sambutannya yang “menghehohkan” di podium, sebenarnya telah terjadi kesepakatan di antara 9 pemutus atau pengambil suara. Yakni dengan berpedoman pada Anggaran Rumah Tangga MADN, yakni Pasal 9 ayat 2 poin b. Tim Nominasi terdiri atas Pengurus MADN dan seorang Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Provinsi mewakili DAD Provinsi Kalimantan ditambah utusan DAD di luar Kalimantan yang berjumlah keseluruhannya sembilan orang.
Sedemikian rupa, sehingga pemilihan Presiden MADN yang punya hak suara adalah:
Unsur Dewan Pertimbangan MADN= 1 Suara
Unsur Pengurus MADN = 2 Suara.
Unsur DAD Provinsi di Kalimantan= 5 Suara.
Utusan Luar DAD Kalimantan di Wakilkan DAD DKI JAKARTA= 1 Suara.
Total = 9 Suara.
Apa pun, kemudian soal komunikasi. Nah, dalam rapat tertutup, 9 suara bagai “bulat air dalam buluh”. Cornelis hanya mengumumkan saja hasil muasyawarah-mufakat itu. Bahwa ada ribut-ribut kecil, itu adalah “ribut tukang”.
Terlepas dari Munas V MADN yang sempat viral, Cornelis sosok pemimpin yang positif. Yang memandang, dan merancang, segala sesuatu dari kacamata positif. Mengutamakan kekuatan. Lihatlah semboyannya. Yang mulai dari nilai positif, salah satu keutamaan, kebijaksanaan, kebajikan (virtue, value) umat manusia yang berlaku universal; tapi yang menjadi penciri-utama sifat orang Dayak: BERANI.
Saya sedang menulis biografinya. Tebal: 33 halaman. Sedianya, akan launching menandai hari ulang tahunnya ke-68, 27 Juli 2021.
Seperti kita mafhum. Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) ke-2 periode 2015-2021, yang juga kerap disebut “Presiden Dayak” itu kini anggota DPR-RI, Komisi II. Untuk mudah dan singkatnya, orang kerap menyingkat Presiden MADN dengan hanya “Presiden Dayak” saja. Tentu, bukan dalam ranah politik. Sebab, jika menyibak kamus, makna “presiden” juga berarti: ketua, yang dituakan, yang utama, yang memimpin.
Kade’ Barani, Ame’ Gali’-gali’; Kade’ Gali’, ame’ barani-barani. Artinya: Jika berani, jangan takut-takut; jika takut jangan berani-berani! Ia bukan hanya moto, tapi juga pikiran yang menjadi tindakan.
Kariernya di bidang birokrasi dan pemerintahan, jangan ditanya. Ia menitinya mulai dari bawah sekali. Pernah menjadi juru-antar surat sebuah partai di Pontianak. Kemudian, baru menjadi Kaur Bangdes Kecamatan Mandor, Kab. Pontianak (1979-1986). Camat (1989-1999). Bupati Landak (2001-2001). Lalu Gubernur Kalimantan Barat (2008-2018).
Saking peduli, dan baik, pada orang Madura yang dipersepsikan berbeda oleh umumnya orang sana, orang Madura punya nama sendiri untuk Cornelis. Dan menganggapnya Madura juga: Kolis.
Penghargaan dari Pemerintah, Negara, LSM, dan dari berbagai instansi banyak diterimanya. Suatu pengakuan atas prestasi, jasa, kiprah, motivasi, serta pemberdayaan kepada masyarakat yang telah dilakukannya.
Jumlah penghargaan ada 52. Dari penghargaan sebagai Pengembang Keluarga Mandiri hingga Museum Rekor Indonesia (MURI). Dari Bintang Yudha Utama hingga Satyalencana. Dari dalam dan luar negeri. Lengkap sudah. Laman web ini tidak cukup menulis semuanya.
***
detikborneo.com - Rabu, 14 Juli 2021, 10.07 WIB