27.5 C
Singkawang
More
    BerandaFeaturesDaun Ubi dan Aneka Variasinya ala Borneo

    Daun Ubi dan Aneka Variasinya ala Borneo

    | Penulis: Tina Lie

    Apa sayur yang tidak pernah bosan untuk dimakan, terutama bagi penduduk Borneo? Apalagi kalau bukan daun ubi tumbuk. Siapa yang tidak suka?

    Hal yang cukup mencengangkan. Daun ubi di bumi Borneo itu halus. Jika direbus, tetap hijau. Bukan cokelat kehitaman.

    Daun ubi atau daun singkong ditumbuk halus dan ditumis kering dengan campuran bumbu atau rempah yang sederhana, namun rasanya sangat dirindukan. Memang lezat. Mengundang selera makan. Namun, orang Borneo suka daun ubi tumbuk.

    Daun ubi memang banyak tumbuh di tanah Kalimantan. Baik di tanam di kebun, di pekarangan rumah atau pun tumbuh liar. Mudah sekali mendapatkan sayuran ini. Tanpa perlu membeli di pasar. Sayuran ini tidak begitu berharga karena mudah ditemukan di mana saja, kalau dijual pun harganya sangat murah.

    Namun, jangan salah walaupun demikian, selain lezat daun ubi kaya akan vitamin, yaitu vitamin C dan asam folat yang tinggi. Sangat bermanfaat untuk menjaga sistem kekebalan tubuh. Tidak salah orang Kalimantan mengkonsumsi daun ubi.

    Jenis daun ubi atau daun singkong di Kalimantan yang sudah ditemui ada dua macam, yaitu yang mempunyai daun memanjang, dan seperti daun ubi yang kita kenal seperti biasanya. Daun ubi yang memanjang tidak mempunyai isi/daging/buah ubi, dan daunnya sedikit keras. Daun ubi yang jenis ini yang lebih lezat dimasak sebagai daun ubi tumbuk. Selain karena kurang rasa pahit, warna hijau saat dimasak tidak menghitam.

    Baca juga: Beberapa Resep Menu Masakan Khas Dayak dengan Campuran Tempoyak

    Berbagai cara orang Kalimantan memasak daun ubi, salah satu yang paling diminati dan selalu dicari-cari orang yang sudah lama tidak makan daun ubi adalah dengan cara ditumbuk. Memasak daun ubi dengan cara ini sangat favorit di kalangan orang Kalimantan. Apalagi ditambah dengan terung pipit akan lebih mantap, dan dengan bumbu bawang putih serta jahe, akan lebih wangi.

    Cara memasaknya juga sangat mudah. Tumbuk daun ubi dengan lesung (tumbukan khas Kalimantan) dan campurkan terung pipit, serta bawang putih dan jahe. Tumbuk hingga halus, lalu tumis dengan minyak, tambahkan garam dan perasa dengan rasa yang diinginkan. Tumis sampai daun terlihat menghijau dan sudah lembut. Daun ubi tumbuk siap dihidangkan.

    Namun, cukup banyak orang Borneo yang memasak daun ubi tumbuk dalam buluh bambu. Ini citarasanya, beda lagi. Harum sekali!

    Nah, daun ubu tumbuh, apa pun cara masaknya. Dimakan dengan nasi panas sangat nikmat, apalagi disandingkan dengan lauk ikan asin dan cabe tumbuk kasar dengan sedikit tambahan terasi (belacan) di campurannya. Rasanya ingin nambah berkali-kali.

    Nah, kalau makan bubur punya cara unik bubur diaduk atau tidak diaduk, begitu juga dengan daun ubi tumbuk, memiliki cara makan yang unik juga. Daun ubi diaduk atau tidak diaduk. Lho! Ada ya? Jelas ada dong!

    Ada orang yang suka makan daun ubi tumbuk diaduk dengan nasi, sehingga daun ubi dan nasi tercampur rata, di piring seperti campuran makanan berwarna hijau dan putih  (Jika nasi putih). Ada juga orang yang makan daun ubi tumbuk tanpa diaduk. Daun ubi disimpan disisi nasi panas lalu dimakan seperti makan nasi dan lauk.

    Apa bedanya makan daun ubi tumbuk diaduk dengan tidak diaduk? Jelas beda dari segi rasa dan nikmatannya. Kalau saya sih, tim makan daun ubi tumbuk diaduk. Rasa daun ubinya lebih menyerap ke nasi panas. Walaupun bentuknya sedikit anek karena diaduk tapi tetap lebih nikmat daripada  tanpa diaduk.

    Kalau kamu tim daun ubi tumbuk diaduk atau tim daun ubi tumbuk tidak diaduk?

    ***

    Bionarasi

    Tina Lie1

    Tina Lie di lahirkan di Noyan pada 24 Maret 1995. Saat ini sedang mengembangkan bisnis online yang berada di Jakarta, dan mempunyai kelas menulis online bagi pemula bernama Bumi Menulis.

    Menulis antologi 20an buku salah satunya berjudul 2021 bekerjasama dengan Human Initiative Jatim di mana hasil penjualan buku tersebut disumbangkan kepada yayasan yang membutuhkan dana penanganan covid-19.

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita