| Penulis: R. Masri Sareb Putra
Agaknya, Kamus Penemu perlu memasukkan entri teranyar. Kali ini penemunya wanita Dayak Ngaju dengan temuan EKD.
Dilahirkan di Palangkaraya, pada 19 November 1965, nama panjangnya Ermina Komala Dara. EKD adalah inisial pegawai di Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Provinsi Kalteng, si penemu Formula EKD yang pada 2012 berhenti dengan hormat.
EKD ialah hasil temuannya yang terinspirasi dari pengalamannya masa kecil. Ketika kecil, ia sering sakit-sakitan. Ia pun punya cukup waktu untuk bereksperimen. Salah satu di antaranya, Ermina gemar meracik dan melakukan uji coba bumbu dapur dan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di sekitar. Maka jadilah formula EKD temuannya yang multifungsi. Selain untuk pupuk penyubur tanaman dan mengusir hama dan tikus, juga dapat dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak.
Baca juga: Danes Jaya Negara: Demi Kejayaan Negara
Menurut keterangannya, pupuk EKD dan jamu tetes probiotik Kartikasari Herbal berbasis kearifan lokal suku Dayak. Beberapa negara, misalnya Ukraina, sudah menerapkan teknologi EKD untuk lahan-lahan mereka, terutama chernobil untuk menekan radiasi. Untuk herbal tetes jg demikian. Nepal dengan anak-anak yang terinfeksi HIV sudah sehat dan bisa diterima masyarakat dan bisa sekolah.
EKD sudah dipresentasikan pada simposium 27 negara di Bali beberapa waktu lalu. Menurut wanita lulusan Magister Ekonomi Pembangunan, Universitas Gadjahmada tahun 2005 dengan NIU 999911358 ini, uji coba penggunaan formula EKD sebagai pakan ternak dan antibiotik, ternyata mampu menghemat pengeluaran petani hingga puluhan juta.
Atas temuannya yang memberi sumbangsih nyata bagi masyarakat, Ermina pernah menjadi Nominator Kalpataru dari Menteri Lingkungan Hidup, yakni penghargaan Kehati Award (2002), juara II Gatra Kencana kategori teknologi tepat guna (2007), Kartini Award 2012 kategori lingkungan hidup, dan Dan Shen Award. Ia juga juara I lomba karya tulis ilmiah.
EKD Hasil temuan Ermina bukan biasa. Ia membeberkan bahwa EKD sehat alami dan digali dari dalam perut bumi Borneo. Proses penemuannya panjang. “Saya mempelajari, mendalami, dan menemukan bahwa kearifan lokal sungguh kaya. Kemudian, diolah dan diracik dengan Metode Keseimbangan Alam.”
Baca juga: Delly Sape: Melestarikan Musik Tradisional Khas Borneo
Formula EKD ini dapat dimanfaatkan sebagai starter atau biang fermentasi bahan organik untuk membuat pupuk, pakan, biopestisida, bioherbisida, pembersih lantai, dan juga ramuan kecantikan alamiah. Proses pembuatan EKD dengan teknologi ramah lingkungan. Hasilnya pun ramah lingkungan. Itulah sejatinya kearifan lokal suku Dayak. Dan Ermina mewarisinya. Visinya ialah kembalinya kejayaan agaris bangsa Indonesia. Dan supaya suku Dayak tetap ada di bumi.
Karya Ermina di penghujung tahun 2015 adalah produk kesehatan berupa jamu tetes probiotik Kartikasari Herbal yang merupakan perpaduan antara tradisional dan modern menggunakan teknologi EKD. Ini penyempurnaan dari produk herbal tetes yang pernah diformulasi sebelumnya.
Ia tetap mempertahankan agar teknologi EKD berbasis kearifan lokal suku Dayak yang terkenal dengan cara fermentasi dan tetap terpelihara dari generasi ke generasi.
Satu keinginan terbesit di hatinya. Yakni mendirikan sekolah terpadu dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi berbasis lingkungan. Paling tidak, menduduki 10 peringkat atas perguruan tinggi dunia. Lokasinya pun tepat berada di jantung Borneo, pulau terbesar ketiga dunia dengan luas 736.000 km2.
Baginya, Dayak bukan hanya sekadar suku. Namun, suatu bangsa yang akan menjadi besar.
***
Bionarasi
R. Masri Sareb Putra, M.A., dilahirkan di Sanggau, Kalimantan Barat pada 23 Januari 1962. Penulis Senior. Direktur penerbit Lembaga Literasi Dayak (LLD). Pernah bekerja sebagai managing editor dan produksi PT Indeks, Kelompok Gramedia.
Dikenal sebagai etnolog, akademisi, dan penulis yang menerbitkan 109 buku ber-ISBN dan mempublikasikan lebih 4.000 artikel dimuat media nasional dan internasional.
Sejak April 2021, Masri mendarmabaktikan diri menjadi Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PPM), Institut Teknologi Keling Kumang.