26 C
Singkawang
More
    BerandaSosokHB Rikah, Guru Pendobrak Dari Tanah Simpang (2)

    HB Rikah, Guru Pendobrak Dari Tanah Simpang (2)

    | Penulis: Amon Stefanus

    Kepsek dan Guru Pertama SD Usaba Banjur-Karab

    Tanggal 5 Juli 1957, Guru Rikah yang waktu itu Kepsek SR Negeri Pergung, Kecamatan Simpang Hulu mendapat kunjungan dari Pastor Herman Cremers, C.P. Pastor Herman waktu itu adalah Pastor Paroki di Sepotong.  Pastor Herman mohon kepada Guru Rikah agar bersedia untuk menjadi guru SR Partikelir Yayasan Usaba yang akan dibuka di Banjur Karab.

    Satu minggu setelah kunjungan Pastor Herman itu, datang 3 orang utusan dari Banjur Karab untuk menjemput Guru Rikah bersama keluarganya. Para utusan itu adalah: Teken, Lambai dan Talotek.

    Setelah mengadakan perpisahan dengan masyarakat Kampung Pergung, maka pada tanggal 15 Juli 1957, Guru Rikah bersama rombongan meninggalkan kampung Pergung menuju Kampung Karab yang berjarak sekitar 30 km.

    Setelah menginap di kampungnya Selantak sekitar 4 hari, Guru Rikah beserta rombongan meneruskan perjalanan menuju Karab. Sesampai di Karab, Guru Rikah bersama keluarga disambut Lurah Karab dan penduduk di situ. Di Karab mereka menempati rumah Suling (Kek Toyok) yang sudah dikosongkan.

    Pada tanggal 22 Juli 1957 mulai dibuka pendaftaran murid baru. Akhirnya terjaring 50 orang laki-laki dan perempuan. Mereka terbagi menjadi tiga tingkat kelas: yaitu kelas 1, Kelas 2 dan Kelas 3. Mereka yang pernah sekolah di SR Negeri Simpang Dua ditempatkan di kelas 2 dan 2, sedangkan mereka yang belum pernah sekolah ditempatkan di kelas 1.

    Pada 1 Agustus 1957, SR Partikelir Usaba Banjur Karab secara resmi dibuka. SR ini bernaung di bawah Yayasan Usaba (Usaha Baik) yang berpusat di Ketapang. Hadir pada upacara pembukaan itu Pastor Herman Cremer, CP, tokoh-tokoh masyarakat dari kampung Karab, Banjur, Otong, Merangin, Kembera, Baya, Mentawa Biring dan para undangan lainnya. Upacara pembukaan dipimpin oleh Pastor Herman.

    Setelah upacara pembukaan diadakan musyawarah antara masyarakat dengan pihak Yayasan Usaba yang dipimpin lurah Karab yang bernama Lorah. Dalam musyawarah tersebut diambil beberapa keputusan sebagai berikut: 1) Bapak H.B. Rikah ditunjuk sebagai kepala sekolah, 2) Bapak Y.M. Gelombang ditunjuk menjadi wakil/guru, 3) Sekolah ini diberi nama Sekolah Rakyat Partikelir Usaba 6 Tahun Banjur Karab, 4) Sekolah membuka kelas 1 sampai dengan kelas 3 sesuai dengan hasil tes masuk dan umur-umur anak-anak, 5) Bila di kemudian hari ada kemajuan, maka pihak Yayasan Usaba akan menambah tenaga guru.

    Dari tahun 1957 – 1960 guru yang mengajar di situ hanya 2 orang yaitu Guru Rikah dan Guru Gelombang. Tahun 1960 datang Guru Umar yang berasal dari Kampung Bukang. Tahun 1961 Guru Rikah pindah ke Merangin. Tetapi tahun itu pula datang guru Amid dan Guru Kabul, keduanya berasal dari Kampung Randau.

    Kemudian pada tahun 1962 SR Banjur Karab mendapat tambahan guru yakni Guru Maju yang berasal dari Kampung Menyumbung. Kemudian karena siswa semakin bertambah, maka pada tahun 1963 ada tambahan guru Noe dari Sepotong dan Guru Landut dari Banjur, disusul Guru Andel dari Sepotong. Pada tahun 1966 masuk 2 guru lulusan Sekolah Guru Nyarumkop yakni Guru Entji dari Bukang dan Guru Tayso dari Karab.

    Membuka SD Usaba Merangin

    Atas usulan lurah dan penduduk Kampung Merangin, maka 31 Juli 1961 HB Rikah membuka Sekolah Partikelir Yayasan Usaba cabang Banjur Karab di Merangin. Pada 1 Agustus 1961 HB Rikah mulai bertugas di SP Yayasan Usaba Merangin yang letaknya sekitar 6 km dari Banjur Karab. Pada saat pembukaan ada 40 murid yang mendaftarkan diri. Sebagai kepala sekolah dan pengajar adalah HB Rikah sendiri. SD Usaba Merangin hanya sampai kelas III. Untuk melanjutkan ke kelas IV sampai kelas VI ia harus melanjutkan ke SD Banjur Karab.

    Tanggal 9 Juli 1965 HB Rikah dengan berat hati harus berpamitan dengan masyarakat Kampung Merangin karena harus pindah mengajar. Berdasarkan SK dari Pengurus Yayasan Usaba Nomor 1303/PJU/1965 tertanggal 13 Maret 1965, HB Rikah harus pindah mengajar ke Pergung, Semandang Kiri. Segala urusan administrasi sekolah ia serahan kepada penggantinya yakni Guru Marcellus Langot.

    Membuka SD Usaba Balai Semandang

    Tanggal 21 Juli 1964 SR Negeri Pergung ditutup oleh Pemerintah atas laporan gurunya karena tidak ada kemajuan. Mendengar hal itu Guru Rikah yang istrinya berasal dari Kampung Pergung itu, mengusulkan kepada Yayasan Usaba untuk membuka kembali SD di Pergung tersebut. Usul tersebut ditanggapi dengan mengeluarkan SK Kepindahannya dari SD usaba Merangin ke SD Usaba Pergung.

    Tanggal 27 Juli 1965, HB Rikah bersama keluarga berangkat dari Kampung Merangin menuju Pergung. Jarak Merangin-Pergung sekitar 36 km. Sesampai di Kampung Selantak mereka singgah dan menginap di rumah orang tuanya. Di situ ia bercerita tentang kepindahannya dari Merangin ke Pergung. Tanggal 28 Juli 1965 HB Rikah dan keluarga melanjutkan perjalanan mereka ke tempat tujuan. Berangkat pagi-pagi dari Selantak dan menjelang malam baru sampai di Kampung pergung.

    Pada 30 Juli 1965 diadakan musyawarah antara lurah 3 kampung yaitu Lurah Pergung, Lurah Deraman, Lurah Paser dan HB Rikah. Lurah Pergung waktu itu dijabat oleh Yohanes Codik. Musyawarah itu dipimpin oleh HB Rikah dan dihadiri sekitar 200 orang. Musyawarah diadakan di gedung bekas SR Negeri Pergung.

    Dalam musyawarah tersebut dibicarakan beberapa hal. Pertama, diungkapkan sebab-sebab ditutupnya SR Negeri Pergung. Kedua, sekolah akan dibuka kembali oleh Yayasan Usaba Ketapang dan gurunya HB Rikah sendiri. Ketiga, gaji guru dibayar oleh yayasan, namun dibantu oleh masyarakat dengan bayaran 2 gantang padi per keluarga bagi yang mampu. Keempat, alat-alat sekolah Yayasan Usaba yang menyediakannya, Kelima, gedung sekolah, bangku, papan tulis serta rumah guru dibangun oleh penduduk. Keenam, letak gedung harus di pertengahan 3 kelurahan. Ketujuh, nama sekolah tidak memakai nama dari salah satu dari 3 kampung tersebut.

    Dari pihak kelurahan dan masyarakat diungkapkan beberapa hal yang menyebabkan ditutupnya SR Negeri Pergung. Sebabnya antara lain: 1) letaknya tidak di pertengahan, 2) guru dan penduduk kurang menjalin kerja sama, 3) lurah-lurah lain jengkel dan kesal karena nama sekolah menggunkan nama Pergung.

    Musyawarah dilanjutkan dan menemukan kata sepakat antara lain: 1) sekolah baru letaknya di Mungguk Nibung. Saat itu daerah itu adalah padang ilalang dan tidak ada satu rumahpun di situ. 2) sekolah diberi nama Sekolah Partikelir yayasan Usaba Balai Semandang dan merupakan cabang dari Sekolah Partikulir Yayasan Usaba Banjur Karab, 3) Sekolah akan dibuka secara resmi tanggal 1 Agustus 1965. Siswa-siswanya adalah siswa yang dulunya pernah sekolah di SR negeri Pergung atau siswa yang telah berumur 8 sampai 18 tahun, yang penting mereka ingin sekolah.

    Atas usahanya membangun SD Usaba Balai Semandang, maka pada tahun 1968, HB Rikah bersama dengan Lurah Pergung, Lurah Paser dan Lurah Deraman mendapat penghargaan dari Uskup Ketapang kala itu, Mgr. Gabriel W. Sillekens, CP.

    Tahun 1978 HB Rikah diangkat Pemerintah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan diperbantukan di SD Usaba Balai Semandang. Ia tetap mengajar di situ hingga pensiun tahun 1994.

    ***

    Sumber:

    1. Rengkang, Lukas, Mengenal Sosok H.B. Rikah dan Dunia Pendidikan di Simpang Dua dan Banjur Karab, Ketapang, 2010.
    2. Stefanus, Amon, Seri Sejarah Keuskupan Ketapang 2: 100 Tahun Gereja di Serengkah. Catatan Harian Pater Bernardinus Knippenberg, CP, Keuskupan Ketapang, 2019.

    Bionarasi

    Amon Stefanus

    Amon Stefanus dilahirkan Banjur, Ketapang, Kalimantan Barat pada 18 Maret 1966. Guru SMP Santo Augustinus Ketapang.

    Telah menerbitkan 12 buku ber-ISBN. Beberapa tulisan dipublikasikan di Kompas, The Jakarta Post, Bernas, Pontianak Post, Majalah Hidup, dll.

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita