DETIKBORNEO.COM -Memang tak seorangpun tahu nasib seseorang , termasuk dari sisi rezeki atau bisnis. Hari ini berada di bawah, bisa susah, bisa saja beberapa waktu ke depan ada di puncak, begitu pun sebaliknya mungkin setiap kita disitu.
Salah satunya tak ada yang menyangka sebelumnya, mantan sopir angkot dari Kalimantan bisa menjadi orang kaya di Indonesia. Itu dibuktikan oleh Prajogo Pangestu yang kini menjadi orang terkaya ketiga di tanah air.
Tercatat dia masih betah di posisi tersebut dalam beberapa tahun terakhir. Peringkatnya tepat di bawah Hartono bersaudara, Robert Budi Hartono dan Michael Hartono. Kini, Prajogo tercatat di peringkat 421 orang terkaya dunia.
Berdasarkan data yang dihimpun lewat Forbes Real Time Billionaires, Kamis 5 Agustus 2021, kekayaan Prajogo tercatat sebesar US$6,7 miliar atau sekitar Rp95,97 triliun (menggunakan kurs referensi Rp14.324 per dolar AS). Angka tersebut naik US$254 juta atau 3,91 persen dibanding yang tercatat sebelumnya.
Dikutip dari wikipedia Siapa sih Prajogo,
Prajogo Pangestu (Phang Djoen Phen; lahir di Sungai Betung, Bengkayang, Kalimantan Barat 13 Mei 1944, umur 77 tahun) adalah seorang pengusaha Indonesia Taipan Perkayuan terbesar di Indonesia sebelum krisis ekonomi 1997 Bisnisnya berawal di akhir 70-an di Djajanti Timer Group dan membentuk Barito Pacific Menurut laporan, pernah mendapatkan konsesi hutan sebanyak 6 juta hektar lebih. Operasi pemotongan kayu nya sekarang jauh lebih kecil dari sebelumnya, tetapi kekayaannya masih tertimbun di Tri Polya Indonesia Tbk, produsen Polypropyene terbesar di Indonesia. Kongsi dengan Kartini Mulyadi. Pada tahun 2019, Forbes menempatkannya sebagai orang terkaya ke-3 di Indonesia dengan kekayaan bersih US$7,6 miliar.
Karena terlahir dari keluarga kurang berada, Prajogo memang hanya menamatkan pendidikannya sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Awalnya, Prajogo mencoba peruntungannya dengan merantau ke Jakarta. Namun dia tidak terlalu beruntung karena tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Karena itu, dia pun kembali ke Kalimantan dan menjadi sopir angkutan umum atau angkot pada tahun 1960-an.
Saat menjalani profesi sopir angkot itulah, dia kemudian mengenal pengusaha kayu asal Malaysia yang bernama Bong Sun On alias Burhan Uray.
Kemudian pada tahun 1969, Prajogo bergabung dengan Burhan Uray itu di PT Djajanti Group. Karena ketekunan dan kerja kerasnya, dia kemudian diberi jabatan oleh Burhan sebagai General Manager (GM) Pabrik Plywood Nusantara di Gresik.
Akan tetapi, jabatan itu hanya diljalani selama setahun. Prajogo memutuskan memulai bisnis sendiri dengan membeli CV Pacific Lumber Coy yang ketika itu sedang mengalami kesulitan keuangan. Prajogo membayarnya dengan uang pinjaman BRI dan dia lunasi hanya dalam setahun.
Dalam perjalanan bisnisnya, dia kemudian mengganti nama Pacific Lumber menjadi PT Barito Pacific Tbk yang kini menjadi Barito Group. Bisnisnya terus meningkat dan beranjak naik hingga berkembang luas ke bidang petrokimia, minyak sawit mentah, properti dan perkayuan. Dia juga kemudian sempat menjadi pimpinan salah satu perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia, Chandra Asri. Sementara itu, sejumlah bisnisnya, termasuk Barito Group kini dipegang oleh anaknya, Agus Salim Pangestu. Agus kini juga menjadi Komisaris di Chandra Asri Petrochemical Tbk. (Rd)