

Penulis : R. Masri Sareb Putra, M.A.
Judul Buku : Drs. Cornelis, M.H. Motivator & Pemimpin
Cetakan : Pertama, 2021
Penerbit : Penerbit Lembaga Literasi Dayak (LLD)
ISBN : 978-623-7069-89-8
Harga E-book : Rp 125.000.
Membaca biografi berarti masuk ke dalam kehidupan seseorang yang menginspirasi lewat tulisan. Penulis biografi Cornelius ini membuka pintu selebar-lebarnya bagi pembaca untuk melihat, merasa, belajar, dan pada akhirnya terinspirasi pada momen-momen dalam kehidupan seorang Cornelius. Tidak hanya cerita, diangkat pula filosofi yang terkandung di baliknya. Tidak hanya data, lengkap pula dengan suka duka yang melatarbelakangi. Semua disampaikan dengan alur yang rapi dan bahasa yang menarik. Kaya, indah, berbobot. Memuaskan rasa ingin tahu dan rasa ingin tumbuh.
Dengan semangat terinspirasi, pembaca ingin mengadopsi berbagai karakter kepemimpinan Cornelis yang ugahari dan terkenal dengan mottonya “Kade Barani, Ame Gali—Gali’; Kade Gali, Ame Barani-Barani.” Namun, seiring melangkah lewat tulisan dalam buku ini, pembaca seolah ikut mengalami perjalanan Cornelis dan menemukan bahwa yang paling penting diantara semua adalah seperti yang dikatakan penulis bahwa pemimpin yang diperlukan bukan seorang pemimpin yang pandai, tetapi yang bijak (p.83). Pembaca belajar bahwa semua karakter kepemimpinan dapat terjalin dengan efektif jika digunakan pada waktu, tempat, dan sikon yang tepat.
Menarik ketika penulis membubuhkan kata-kata penting dan bernas dari narasumber. Sebuah kalimat yang dikutip penulis dari kata-kata Cornelis sungguh menginspirasi, “Suku kita ini sebenarnya punya potensi. Bisa menjadi apa saja. Dapat melakukan pekerjaan apa saja. Dan sanggup berbuat apa saja. (p.219)”
Pembaca menyadari bahwa sebagai manusia yang terbatas dan saling melengkapi, kata-kata tersebut terdengar menyangkali eksistensi manusia yang sebenarnya. Namun, seiring mengikuti kisah-kisah yang diangkat, pembaca memahami bahwa kata-kata ini tidak mewakili dirinya sendiri. Kata-kata tersebut berusaha menggambarkan spirit, semangat, keindahan, kekayaan, dan kekuatan yang dimiliki oleh suku Dayak. Sebuah pandangan yang murni, positif, dan membara kepada sebuah suku yang telah, sedang, dan akan terus diperjuangkan.
Ya, diperjuangkan. Kata ini merujuk kepada seorang pejuang yang meski banyak prestasi, masih saja ia menyebut dirinya gagal (p.220). Kata “gagal” inipun tidak menggambarkan kondisi sebenarnya, tetapi terpendam sebuah semangat yang masih berkobar dan belum ingin padam. Semangat perjuangan ini ditularkan lewat kata-kata yang segar nan jelas dalam biografi yang akan menjadi abadi. Jelas terlihat segala cara dilakukan oleh sang pejuang. Mulai dari mengulik persoalan mental yang abstrak dalam diri pribadi suku hingga ke persoalan infrastruktur yang konkrit di atas bumi Borneo.
Buku ini bagai merangkai sejarah, peristiwa, data, gambar, hingga bahasa yang menghantar pembaca bersyukur dapat mengenal satu lagi permata budaya milik Indonesia. Penulis biografi tidak serta merta memuja lewat pesona dan data, tetapi disertai dengan ulasan singkat beberapa teori, pandangan, dan fakta, yang menolong pembaca melihat keutuhan sebuah perjalanan perjuangan seorang Cornelis secara sistematis dan komprehensif. Pembaca dapat merasakan seluk beluk perjuangan dan menangkap pesan penting bahwa masa lalu kelam sebuah suku dan tantangan masa kini tidaklah menghalangi seorang pejuang yang dapat melihat masa depan. Inilah pejuang sejati. Ia menginspirasi dalam abadi. (Ester Buntoro)