
Gubernur Pilihan Rakyat Pertama dari Kalimantan Barat
Jakarta, detikborneo.com – Setiap tanggal 10 November, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang jasa para pejuang yang telah berkorban demi kemerdekaan dan keutuhan negara. Pada momentum ini pula, pemerintah biasanya memberikan anugerah Pahlawan Nasional kepada tokoh-tokoh yang dinilai berjasa besar bagi bangsa.
Namun, sangat disayangkan, tokoh-tokoh Dayak yang berperan penting dalam sejarah perjuangan dan pembangunan Indonesia masih sulit mendapatkan pengakuan sebagai Pahlawan Nasional. Salah satu di antaranya adalah Oevang Oeray, Gubernur Kalimantan Barat pertama dari kalangan suku Dayak, yang kiprahnya sangat menonjol namun belum mendapat penghargaan layak dari negara.
Dekat dengan Soekarno, Diberhentikan oleh Soeharto
Johanes Chrisostomus Oevaang Oeray lahir pada 18 Agustus 1922. Ia dikenal sebagai Gubernur Kalimantan Barat periode 1960–1966, dan merupakan gubernur pertama dari suku Dayak.
Karier politik Oeray berawal dari Pemilu pertama tahun 1955, di mana ia berhasil meraih suara terbanyak di Kalimantan Barat melalui partai lokal yakni Partai Persatuan Dayak (PPD). Keberhasilan itu menjadikannya gubernur pilihan rakyat pertama di Kalimantan Barat, sekaligus menandai tonggak penting keterwakilan Dayak dalam pemerintahan daerah.
Baca juga: AMJI ATAK Tokoh Pejuang Dayak Layak Menjadi Pahlawan Nasional.
Kedekatannya dengan Presiden Soekarno membuatnya dipercaya sebagai kepala daerah yang mendukung semangat Nasiobalis Sejati — konsep persatuan ideologi yang digagas Soekarno. Dalam masa pemerintahannya, Oeray dikenal sebagai sosok nasionalis sejati yang berkomitmen membangun Kalimantan Barat secara adil dan berkeadilan sosial.
Namun, situasi berubah setelah peralihan kekuasaan ke pemerintahan Presiden Soeharto. Pada tahun 1966, Oeray diberhentikan dari jabatannya sebagai Gubernur Kalbar karena dianggap terlalu dekat dengan Soekarno, meskipun tidak pernah terbukti melakukan pelanggaran politik maupun hukum.
Pemberhentian ini menjadi catatan kelam dalam sejarah pemerintahan daerah Kalimantan Barat. Meski demikian, bagi masyarakat Dayak, Oevang Oeray tetap dikenang sebagai pemimpin berani, bersih, dan berpihak kepada rakyat kecil.
Perjuangan dan Pengabdian
Sebagai pemimpin, Oeray berjuang keras memperjuangkan hak-hak masyarakat Dayak yang saat itu masih terpinggirkan dalam pemerintahan. Ia memperjuangkan pembangunan di pedalaman, membuka akses pendidikan, dan memperluas keterwakilan masyarakat Dayak dalam birokrasi dan politik.
Di masa pemerintahannya, ia juga berperan penting dalam menjaga kerukunan antar-etnis di Kalimantan Barat, termasuk antara masyarakat Dayak, Melayu, dan Tionghoa. Ia dikenal sebagai pemimpin yang inklusif dan memperjuangkan keseimbangan sosial di tengah keberagaman.
Akhir Hidup dan Penghormatan
Oevang Oeray meninggal dunia pada usia 63 tahun di Pontianak pada 17 Juli 1986 karena sakit. Untuk menghormati jasanya, pemerintah daerah mendirikan Kolam Renang Oevang Oeray di Pontianak — fasilitas publik yang menjadi simbol penghargaan atas pengabdiannya.
Namun, hingga kini, gelar Pahlawan Nasional belum juga disematkan kepadanya. Padahal, pemerintah Kalimantan Barat telah sejak lama mengusulkan Oevang Oeray dan Jeranding Abdurrahman sebagai pahlawan nasional.
Baca juga: Amji Attak: Orang Dayak Ikon Pasukan Elit Polisi
Dukungan juga datang dari berbagai pihak, termasuk Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y. Thohari, yang menilai kedua tokoh tersebut layak memperoleh gelar kehormatan tertinggi dari negara atas kontribusi mereka dalam perjuangan dan pembangunan bangsa.
Suara dari Senayan: Cornelis Kecewa
Menanggapi hal tersebut, Anggota DPR RI Dr. (H.C.) Drs. Cornelis, M.H., yang juga mantan Gubernur Kalimantan Barat, menyatakan kekecewaannya terhadap lambannya pemerintah pusat memberikan pengakuan kepada tokoh Dayak seperti Oevang Oeray.
“Sungguh ironis, perjuangan tokoh-tokoh Dayak seperti Oevang Oeray sudah nyata, tercatat dalam sejarah, tapi hingga kini belum juga diakui sebagai Pahlawan Nasional,” ujar Cornelis di Jakarta.
Cornelis menegaskan, penghargaan kepada tokoh Dayak bukan semata soal simbol, melainkan bentuk keadilan sejarah.
“Ini bukan soal politik, tetapi soal pengakuan terhadap kontribusi nyata masyarakat Dayak dalam membangun bangsa. Negara harus adil dalam memberikan penghargaan — jangan sampai ada kesan bahwa tokoh dari daerah tertentu sulit diakui hanya karena berasal dari kelompok minoritas,” tegasnya.
Harapan untuk Keadilan Sejarah
Bagi masyarakat Kalimantan Barat, pengakuan terhadap Oevang Oeray bukan hanya soal gelar, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap perjuangan masyarakat adat yang ikut membangun fondasi bangsa.
Nama Johanes Chrisostomus Oevaang Oeray patut dikenang sebagai Gubernur Dayak pertama sekaligus gubernur pilihan rakyat pertama di Kalimantan Barat, tokoh nasionalis sejati yang berjuang demi kesetaraan, persatuan, dan kemajuan bangsanya — meski harus menghadapi ketidakadilan sejarah.
Penulis: Lawadi Nusah
Editor: Tim Redaksi
Sumber: Wikipedia




