24.3 C
Singkawang
More
    BerandaBeritaSinode Umum XXIV GKE Untuk Persatuan dan Pembangunan Indonesia

    Sinode Umum XXIV GKE Untuk Persatuan dan Pembangunan Indonesia

    | Penulis: Stepanus Wiwin |Sekretaris Resort GKE Pontianak

    Pontianak, detikborneo.com – Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) pada tanggal 6-9 Juli 2021 akan menyelenggarakan Sinode Umum XXIV di Kuala Kurun Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah.

    Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) pada tanggal 6-9 Juli 2021 akan menyelenggarakan Sinode Umum XXIV di Kuala Kurun Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah. Sinode Umum ini merupakan persidangan gerejawi tertinggi di lingkungan GKE yang merupakan penampakan persekutuan GKE secara keseluruhan. Selaku persidangan tertinggi, Sinode Umum GKE akan mengadakan pengawasan atas kehidupan gereja secara menyeluruh serta memberikan bimbingan agar kehidupan persekutuan (koinonia), pemberitaan (marturia) serta pelayanan (diakonia) berjalan dengan semestinya.

    Beberapa hal penting yang akan dibahas dalam Sinode Umum GKE diantaranya adalah membahas dan menerima laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program dan keuangan Majelis Sinode GKE, Majelis Pertimbangan dan Badan Pengawas Perbendaharaan Sinode GKE. Menetapkan Garis-Garis Besar Tugas Panggilan GKE (GBTP). Sinode Umum juga akan memilih dan menetapkan anggota Majelis Sinode GKE, anggota Majelis Pertimbangan dan Badan Pengawas Perbendaharaan Sinode GKE masa bakti 2021-2026.

    Pelaksanaan Sinode Umum GKE kali ini akan berbeda dan akan menjadi sejarah tersendiri, karena akan dilaksanakan secara virtual. Hal ini dilaksanakan karena pandemi Covid-19 yang semakin tinggi di Indonesia. Bahkan pelaksanaan Sinode Umum ini telah ditunda beberapa kali, awalnya dijadwalkan untuk dilaksanakan tanggal 8-12 Juli 2020 diundur pada tanggal 28 April-1 Mei 2021 kemudian kembali diundur untuk dilaksanakan pada tanggal 6-9 Juli 2021. Keputusan penundaan Sinode Umum XXIV GKE dilakukan dalam Sinode Umum Luar Biasa secara virtual tanggal 7 Juli 2020, dengan kesepakatan Sinode Umum GKE ditunda maksimal hingga satu tahun.

    Selain sempat menunda pelaksanaan Sinode Umum dan kemudian menyepakati pelaksanaannya secara virtual, GKE juga sangat fokus untuk memutus penyebaran pandemi Covid-19. Sejak adanya pandemi Covid-19, GKE telah membuat perubahan ibadah gerejawi yaitu pemusatan iman dalam keluarga yang dimediasi dalam jaringan internet. Hal ini merupakan upaya agar umat menang melawan Covid-19. Dalam hal ini, GKE juga ikut membantu pemerintah dalam memberikan edukasi kepada warga jemaat tentang vaksin dan mendukung pelaksanaan vaksinasi Covid-19.

    Secara historis GKE merupakan hasil Pekabaran Injil yang dilakukan oleh Zending Barmen dari Jerman. Zending ini mengawali usaha penginjilan di Kalimantan dengan mengutus 2 orang penginjil yakni Johann Heinrich Barnstein dan Philip-Jakob Heyer. Barnstein dan Heyer pada tanggal 24 Juli 1834 berangkat dari Amsterdam-Belanda dengan menggunakan kapal De Nederlande, tetapi saat tiba di Jakarta tanggal 23 Desember1834 Heyer sakit, sehingga hanya Barnstein yang meneruskan perjalanan ke Kalimantan. Barnstein tiba di Banjarmasin tanggal 26 Juni 1835, peristiwa ini dirayakan setiap tahun selaku hari Pekabaran Injil GKE.

    Dari Pekabaran Injil ini ada beberapa hal penting yang telah menjadi sejarah penting bagi GKE. Hal pertama, pada tanggal 10 April 1839 tercatat peristiwa baptisan pertama bagi orang Dayak. Baptisan pertama ini telah ditetapkan menjadi hari lahirnya GKE, sehingga saat ini GKE telah memasuki usia 182 tahun.

    Kedua, pada tanggal 4 April 1935 dalam Sinode Umum kedua dinyatakan resmi berdiri Gereja Dayak Evangelis (GDE), merupakan Gereja suku. Kemudian pada tanggal 5 April 1935 bersamaan dengan perayaan 100 tahun pekabaran Injil di Kalimantan, ditahbiskan untuk pertama kalinya 5 orang Dayak menjadi pendeta yakni Pdt. Rudolf Kiting, Pdt. Eduard Dohong, Pdt. Gerson Akar, Pdt. Hernald Dingang Patianom dan Pdt. Mardonius Blantan.

    Ketiga, setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, dalam semangat nasionalisme dan kesadaran akan keesaan gereja, Gereja Dayak Evangelis aktif dalam kegiatan oikumenis Gereja-gereja di Indonesia. Dalam semangat keesaan gereja, GDE bukan hanya untuk orang Dayak, melainkan untuk orang dari berbagai suku bangsa yang ada di Kalimantan. Atas dasar itu, dalam Sinode Umum ke-5 GDE tahun 1950 di Banjarmasin GDE merubah diri menjadi gereja wilayah atau teritorial, nama Gereja Dayak Evangelis diganti menjadi Gereja Kalimantan Evangelis (GKE).

    Keempat, GKE menyadari keberadaannya sebagai bagian dari keseluruhan Bangsa Indonesia. GKE memiliki tanggung jawab dalam membina masyarakat di seluruh bumi Nusantara, maka dalam Sinode Umum XXII GKE tahun 2010 di Pontianak GKE menyatakan diri sebagai gereja nasional dan siap untuk mendirikan jemaat-jemaat di luar Kalimantan.

    Dalam medan pelayanannya GKE saat ini ada diseluruh Kalimantan dan telah membuka 1 Jemaat di DKI Jakarta. Memiliki 92 resort, 8 calon resort, Jemaat definitif 1.020 buah, Calon Jemaat 292 buah, anggota jemaat sebanyak 344.709 jiwa, gedung Gereja 1.168 unit dan dilayani oleh 726 orang pendeta. Dalam Sinode Umum GKE ini 8 calon resort akan dibahas dan ditetapkan untuk menjadi resort definitif sehingga di tahun 2021 akan ada 100 resort GKE.

    Memahami akan panggilan iman dan tanggung jawab sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa dan negara Indonesia, pelaksanaan Sinode Umum XXIV GKE akan dilaksanakan dalam spirit tema “Aku Adalah Alfa dan Omega”. Tema tersebut dari Kitab Wahyu 22:12, dengan sub tema “GKE Bersama Seluruh Warga Bangsa Turut Serta Membangun dan Memperkuat NKRI Dalam Segala Bidang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”. Dalam semangat kebangsaan dan oikumenisme, tema dan sub tema tersebut akan disampaikan dalam khotbah pembukaan Sinode Umum XXIV GKE, yang akan dilayani oleh Sekretaris Umum Majelis Sinode Gereja Kristen Indonesia (GKI) pada hari Selasa tanggal 6 Juli 2021.

    Sorotan spirit tema dan sub tema ini tentunya akan mengharapkan supaya warga jemaat GKE dapat berperan aktif dalam kehidupan gereja dan bangsa Indonesia. Menghubungkan iman Kristen dan rasa kebangsaan untuk persatuan Indonesia. GKE secara institusi gereja bersama warga jemaatnya hadir di Indonesia untuk bekerja sama selaku kawan-kawan sekerja dalam membangun bangsa Indonesia. GKE dipanggil untuk ikut membangun NKRI menuju cita-cita kemerdekaan, yakni masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.

    Dalam konteks persatuan dan kesatuan Indonesia, Gereja harus bergandengan tangan dengan semua komponen masyarakat untuk mengokohkan Pancasila dengan jalan mengamalkannya secara kritis dan relevan dalam kehidupan masyarakat. Ciri orang beriman adalah setia pada perjanjian. Karena itu, perlu dijauhkan sikap yang mengingkari perjanjian luhur para pendiri bangsa.

    Selaku institusi gereja yang tumbuh dan besar di Kalimantan dan bagian dari Indonesia, GKE tentunya sangat merasakan kerusakan lingkungan hidup di Kalimantan. GKE bersama komponen bangsa perlu mendorong pelestarian lingkungan dan mendorong warga jemaat untuk peduli lingkungan hidup sebagai bagian dari ekspresi kasih kepada sesama manusia. Gereja perlu untuk terus memberikan edukasi supaya ada kesadaran untuk ramah dengan lingkungan, selalu berupaya membangun lingkungan yang aman, sehat, hijau, dan bersahabat dengan manusia. Sehingga melalui Gereja menghadirkan manusia Indonesia yang beradab, yakni tidak eksploitatif terhadap alam.

    Bagian penting yang akan menjadi tanggung jawab GKE adalah untuk menyongsong pemindahan ibu kota negara di Kalimantan Timur. Selain tantangan memindahkan kehidupan sebuah negara dari Jakarta ke Kalimantan, maka akan ada tantangan dan peluang bagi masyarakat di Kalimantan. Tentunya akan ada jutaan migrasi warga baru ke Kalimantan dan kompetisi akan dimulai.

    Menyambut ibu kota negara ini, pelayanan gereja didorong untuk menjadi manusia penuh kasih kepada sesama, agar kerukunan dalam keberagaman dapat terpelihara. Gereja juga mulai fokus dalam program pemberdayaan ekonomi dan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Menghadapi tantangan ini, tidak ada cara lain yang paling ampuh kecuali menyiapkan generasi yang memiliki keutuhan kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Gereja harus mampu membimbing generasi yang jujur dan pintar.

    Gereja juga mulai fokus dalam program pemberdayaan ekonomi dan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Menghadapi tantangan ini, tidak ada cara lain yang paling ampuh kecuali menyiapkan generasi yang memiliki keutuhan kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Gereja harus mampu membimbing generasi yang jujur dan pintar.

    Pulau Kalimantan selaku basis utama pelayanan GKE menyebar mulai dari kota sampai ke desa-desa yang ada di pedalaman. Saatnya untuk ikut berkontribusi agar desa-desa yang ada di Kalimantan untuk dikembangkan dan diberdayakan. Pembangunan desa dimulai dari peningkatan SDM, infrastruktur, dan mendorong pemuda untuk menjadi pengusaha. Bukan saja oleh pemerintah, dalam hal ini GKE juga dapat ikut berkontribusi bersama masyarakat dan pemuda yang ada di desa-desa.

    Dalam struktur GKE ada kategorial pemuda yakni Komisi Pelayan Pemuda di tingkat sinode, Komisi Pelayanan Pemuda di tingkat resort dan Seksi Pelayanan Pemuda di tingkat jemaat. Adanya struktur kategorial pemuda ini kiranya dapat fokus dan maksimal untuk melatih dan memberdayakan pemuda hingga ke jemaat yang ada di desa-desa untuk dapat menjadi pengusaha. Dengan menjadi pengusaha akan mengantar seseorang menjadi manusia penuh daya yang bukan hanya bisa menolong dirinya sendiri, tapi juga orang lain. Dalam momen Sinode Umum XXIV GKE kiranya dapat mengambil suatu keputusan untuk mengobarkan gerakan pendidikan entrepreneurship sebagai bagian dari pelayanan gereja kepada umat. Agar setiap warga GKE dan masyarakat secara umum mampu memotivasi diri menjadi orang kreatif untuk memajukan dirinya. Pada gilirannya kemudian akan mampu mengangkat kehidupan orang lain. Jika saja setiap pemuda GKE di Kalimantan mampu membuka usaha dan memberikan pekerjaan pada tujuh orang saja, maka perekonomian bangsa akan terbantu. Pengangguran berkurang dan daya beli masyarakat meningkat.

    Alangkah indahnya Indonesia jika GKE mampu memberikan inovasi dan edukasi kepada para pemuda untuk memiliki jiwa entrepreneurship. Orang-orang tidak akan mengantre lowongan kerja, tapi menciptakan lapangan kerja. Pengangguran berkurang. Dengan sendirinya kriminalitas dan kejahatan lain juga berkurang. Masyarakat yang kreatif dan memiliki semangat positif untuk memperbaiki hidup akan menciptakan atmosfer yang sehat bagi bangsa.

    Menjadi bagian penting dalam Sinode Umum GKE adalah untuk memilih dan menetapkan pimpinan GKE masa bakti 2021-2026. Sesuai konteks dan medan gumul GKE di Kalimantan, maka setiap pemimpin gereja ini akan memiliki tugas dan tantangannya sendiri. Tentunya selaku warga gereja kita berharap pemimpin yang terpilih dalam hal ini Ketua Umum Majelis Sinode GKE bersama anggota-anggotanya berkewajiban untuk berbuat yang terbaik bagi kemajuan GKE.

    Semoga keputusan-keputusan Sinode Umum GKE secara virtual ini mampu membawa Gereja tertua dan terbesar di Kalimantan ini untuk merespon berbagai masalah kehidupan bergereja, bermasyarakat dan bernegara. Sehingga GKE menjadi gereja yang aktif menyejahterakan dan mengusahakan keadilan di tengah masyarakat. Dapat melakukan inovasi dalam pelayanan, terus berpartisipasi di ruang publik, mengusahakan kesejahteraan bersama, merajut relasi dan kerja sama antar agama dan menjadikan kemiskinan sebagai musuh bersama yang harus diatasi.

    GKE harus tampil sebagai agen pembangunan, pencerahan dan mampu menyuarakan tentang problem Kalimantan yang masih banyak memiliki kampung-kampung terbelakang/marjinal secara ekonomi dan sosial politik. Dengan menjadi organisasi gereja yang kuat, transformatif dan progresif maka GKE akan menjadi berkat bagi umat dan bangsa Indonesia. Selamat dan sukses untuk pelaksanaan Sinode Umum XXIV GKE tahun 2021.

    ***

    detikborneo.com – 03/07/2021, 19.45 WIB
    
    

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita