| Penulis: Handoko Widagdo
Apakah dirimu pernah mengajak temanmu ke kamar mandi? Mengajaknya ke kamar mandi berdua saja? Pengalaman pertamaku mengajak teman ke kamar mandi adalah saat aku kelas 2 SMP. Saat itu aku baru akil balik dan masih tinggal di kampung.
Kamar mandi rumah kami terpisah dari bangunan utama. Terletak dekat sumur, di bawah rumpun bambu yang rimbun. Karena terpisah dari bangunan utama, dan terletak jauh di pojok belakang, maka kamar mandi ini sungguh sunyi. Saat itu, tidak banyak rumah di kampungku yang mempunyai kamar mandi.
Rata-rata mereka pergi ke sungai untuk melaksanakan mandi, cuci dan buang air. Tentu saja aku juga kadang-kadang ke sungai. Namun aku tidak pernah mengajak teman-temanku ke sungai.
Sepulang sekolah kami berbincang di ruang tamu. Aku berkenalan dengannya melalui guru Bahasa Indonesiaku. Dialah yang memperkenalkanku dengannya. Dia adalah orang Padang. Jauh lebih tua dariku. Di ruang tamu dia bercerita tentang tempat-tempat yang indah, adat-istiadat Minang dan para perempuan yang menjadi korban kawin paksa.
Aku sungguh menikmati ceritanya yang runtut dan riang. Saat dia bercerita tentang perempuan Minang, aku mengajaknya ke kamar mandi. Di kamar mandi dia terus saja bercerita. Bahkan semakin asyik. Aku membelai-belainya. Mengusap-usap wajahnya.
Pengalaman tersebut sungguh membekas dan aku menjadi kecanduan. Sejak pengalaman pertama tersebut, aku terus menerus mengajak teman-temanku ke kamar mandi. Bahkan hampir setiap hari aku mengajak teman ke kamar mandi. Sebab di dalam kamar mandi aku punya waktu yang bebas dengan teman-temanku. Asal tidak berisik, maka tidak akan ada yang curiga. Kebiasaan ini terus aku lakukan, bahkan ketika aku sudah menikah dan punya anak.
Ketika aku berhasil membangun rumah, aku sengaja membuat kamar mandi yang nyaman. Kamar mandi yang memungkinkan aku mengajak teman. Kloset duduk yang nyaman aku letakkan dekat dinding. Di dinding kamar mandi aku bangun tempat nangkring teman-temanku. Sejak itu waktuku dengan teman-temanku di kamar mandi menjadi semakin lama.
Kadang-kadang satu teman aku ajak beberapa hari. Kadang-kadang ada juga yang aku usir keluar jika dia tidak menyenangkan. Teman yang paling lama menemaniku di kamar mandi bernama Navis. Hampir sebulan aku bersama dia setiap pagi. Ceritanya yang begitu banyak dan panjang membuatku mengajaknya bersamaku di kamar mandi setiap pagi. Cerita tentang seorang penjaga surau, cerita tentang pekerja kereta api, dan cerita-cerita lain dituturkannya kepadaku.
Kadang-kadang kami bertiga di kamar mandi. Nietzsche aku ajak ke kamar mandi saat aku bertugas di Vietnam. Karena aku tak bisa berbahasa Jerman, maka Pak HB Yasin membantuku menjadi penterjemah. Jadilah kami bertiga asyik berkumpul di kamar mandi hotel di Hanoi. Saat itu Nietzsche dengan penuh semangat bercerita tentang Zarathustra. Selain dari Nietzsche, Hemingway, Salman Rusdi, Paulo Ceilho, Gabriel Marques, Naguib Mahfoud adalah beberapa nama yang pernah aku ajak ke kamar mandi. Namun aku lebih senang mengajak Anton Chekov, karena cerita yang dibawanya hanya pendek. Sehingga satu cerita akan habis satu ajakan ke kamar mandi.
Aku tak berani mengajak Ayu Utami ke kamar mandi. Sebab ceritanya begitu intens. Aku takut pintu kamar mandi akan digedor oleh istriku karena aku terlalu lama bersama Ayu Utami di kamar mandi. Aku juga tidak berani mengajak Jenar Mahesa Ayu. Aku takut imajinasiku menjadi liar dan terjadi hal-hal yang tak diinginkan saat aku berdua saja bersamanya di kamar mandi.
***