| Penulis: Dr. Mugeni
Kita sebaiknya tidak termasuk dalam golongan orang yang senang tergesa-tergesa menyimpulkan segala sesuatu. Kadang, sesuatu yang kita lihat dan kita dengar tidak seperti yang kita pikirkan.
Kalau kita melihat seseorang sedang marah-marah karena suatu situasi, kita tidak dapat segera menyimpulkan bahwa orang tersebut sebagai seorang pemarah. Sebab orang yang pendiam dan santun pun bisa marah.
Juga seorang yang lemah lembut bisa saja berbuat kasar sebagaimana seorang jagoan yang keras dan beringas suatu saat bisa saja menangis. Kalau suatu waktu kita mendapati orang baik-baik berbuat suatu kejahatan atau perbuatan tak senonoh, jangan buru-buru kita katakan itu sebagai suatu hal yang mustahil karena itu bukan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.
Lalu, kalau suatu saat yang lain ada orang yang kita kenal bukan orang baik-baik kemudian berbuat suatu kebaikan, janganlah juga buru-buru kita cibir dan cemooh diiringi rasa suuzon atau praduga yang negatif karena mungkin saja dia memang sudah ingin menjadi orang baik-baik.
Demikian juga, kalau ada seorang santri sayup-sayup kita dengar sedang mengasidahkan lagu berbahasa Arab, kita yang tidak bisa bahasa Arab jangan buru-buru menyimpulkan itu sebagai lagu yang religius karena siapa tahu syairnya tentang anak muda yang sedang jatuh cinta.
Dunia ini sesungguhnya penuh dengan segala sesuatu yang kita tidak tahu kebenarannya. Segala sesuatu yang terjadi sering tidak seperti yang kita pikirkan. Itulah sebabnya sikap suuzon itu dilarang.
Dalam konteks inilah, kita hendaknya selalu belajar untuk menghindari cara menyimpulkan segala sesuatu hanya dengan melihat bungkusnya. Tahukah kita, betapa banyak penjahat yang tidak pernah tercatat dalam sejarah manusia sebagai penjahat karena tertutup perbuatan baiknya atau terlindungi oleh sistem yang terbungkus rapi.
Juga banyak manusia yang baik-baik tidak tercatat sebagai orang baik karena kebaikannya tidak terlihat atau kebaikannya banyak tertutupi oleh kejelekannya yang sedikit tetapi dibesar-besarkan.
Oleh karena itu, haruslah kita sadari sepenuh hati bahwa semua manusia meninggalkan dunia ini hanya dicatat oleh manusia berdasarkan bungkusnya saja. Tentang isi dan catatan sesungguhnya hanya Allah yang tahu. Jadi, jangan buru-buru memvonis orang akan masuk surga atau masuk neraka.
Good morning. Selamat pagi!
Sumber gambar: https://image.shutterstock.com/
***
Bionarasi
Dr. H. Mugeni, S.H., M.H. lahir pada 4 Juli 1959 adalah seorang tokoh literasi di Kalimantan Tengah, dan dahulu pernah menjadi seorang birokrat. Jabatan yang pernah ia emban salah satunya adalah sebagai Penjabat Bupati Barito Selatan pada 2016–2017.
Kini menikmati hidup yang lebih hidup di perkebunannya di Sukamara, sembari giat berliterasi. Ia ketua Komunitas Penulis Lembaga Literasi Dayak.