Sintang, detikborneo.com – Sandung (Sanokng) yang merupakan salah satu karya budaya Suku Dayak Kebahan di Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat telah dilakukan Seminar di UPT Museum Provinsi Kalimantan Barat (23/8/2021) yang lalu, dengan tema “Mengkaji Benda Koleksi Museum, Sandung sanokng suku dayak Kebahatn di desa Lintang Tambuk Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.”
Sandung ini merupakan peninggalan para leluhur, yakni tempat menyimpan abu jenasah. Prosesi pembuatan sandung (Sanokng) ini sebagai wujud penghormatan kepada leluhur yang sudah meninggal dunia.
Sandung (Sanokng) dalam tradisi Suku Dayak Kebahan penuh dengan syarat-syarat dan tahapan ritual dan lebih jelasnya ada dalam buku “Kajian Koleksi Sanokng (Sandung) Dayak Kebahan” Desa Lintang Tambuk Kecamatan Kayan Hulu, yang diterbitkan UPT-Museum Provinsi Kalimantan Barat tahun 2021.
Para pihak yang terlibat dalam Seminar tersebut adalah, dengan nara sumber seminar yaitu:
- Bapak Drs. Askiman, M.M (Wakil Bupati Sintang periode 2015-2020) yang juga tokoh Masyarakat Dayak Kebahan Kabupaten Sintang, dengan didampingi tetua adat Dayak dari Desa Lintang Tambuk Kecamatan Kayan Hulu (Tebidah) Kabupaten Sintang
- Ibu Rufina Sekunda, S.Pd (Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 3 Kecamatan Sungai Tebelian Sintang yang juga selaku Duta Rumah Belajar Propinsi Kalimantan Barat tahun 2018)
- Bertindak sebagai Moderator seminar adalah bapak Dedy Ari Asfar, M.Lett.
Pihak yang hadir dalam seminar Sandung (Sanokng) tersebut adalah Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Barat , Drs. Sugeng Hariadi,MM. Kepala Museum, Hj. KusmidarTriwati, S.Sn, M.Sn, Jajaran pimpinan UPT Taman Budaya, Dosen, peneliti, budayawan Provinsi Kalimantan barat. Penyusun laporan Kajian dari Museum Propinsi Kalimantan Barat oleh Nurbaiti, S.Pd dan Junita Deputri, S.Sos.
Drs. Askiman,MM, tokoh Dayak Kebahan Kab. Sintang saat seminar Sandung
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Rufina Sekunda,S.Pd, bahwa pelaksanaan dari Seminar Sandong (Sanokng) Dayak Kebahan ini berawal dari Seminar Sandung kajian koleksi Museum Kapuas Raya Sintang yang dilksanakan di Desa Lintang Tambuk Kecamatan Kayan Hulu Kabupaten Sintang pada 26 Oktober 2020 yang lalu.
“Sebelum dilakukan seminar di Desa Lintang Tambuk, telah dilakukan Riset (penelitian) lapangan untuk mencari data dan keterangan terkait keberadaan Sandung (Sanokng) ini. Dan dalam riset (penelitian) lapangan ini dirinya terlibat langsung,” ungkap Rufina Sekunda.
Selaku Generasi yang lahir sebagai Suku Dayak. Ibu Rufina Sekunda, S.Pd selaku keturunan Dayak Mualang dan Dayang Uud Danum Kabupaten Sintang, merasa bangga, bahwa Suku Dayak yang merupakan salah satu Suku yang ada Di Indonesia ini memiliki beragam budaya yang keberadaan nya penuh makna, termasuk satu diantaranya Sandung (Sanokng) Suku Dayak Kebahan ini.
Selaku seorang tenaga pendidik dirinya merasa terpanggil untuk terus menggali semua potensi-potensi budaya khususnya Budaya Dayak yang ada di Kabupaten Sintang, dan di wilayah Provinsi Kalimantan Barat umumnya.
Tim riset Sanonk/Sandung saat mencari data lapangan dan seminar di Desa Lintang Tambuk Kec. Kayan Hulu
Menurut Rufina Sekunda, UU No 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, mengatakan bahwa cagar budaya berupa benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan perlu dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan cagar budaya. Sandung milik suku Dayak Kebahatn yang berada di desa Lintang Tambuk Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Merupakan peninggalan warisan budaya leluhur yang kaya makna dan proyeksi nyata hidup masyarakat Dayak saat itu.
Kenapa perlu di kaji, karena prosesi ritual pemakaman dengan sandung sudah tidak bisa dilaksanakan karena berbenturan dengan kajian norma dan agama. Maka tidak akan mungkin dibangun sandung baru, sehingga yang bisa dilakukan adalah mengajukan agar situs yang masih tersisa dirawat dan dijaga sebagai situs warisan budaya, sebagai bahan yang bisa menjadi media belajar dan penghormatan terhadap budaya dan cara hidup suku Dayak zaman itu. Untuk menjadi pengingat bagi generasi berikutnya, betapa nenek moyang kita begitu memiliki harkat dan martabat yang sangat tinggi dari keberadaan setiap tiang sandungnya.
Menurut Rufina Sekunda, Selain pada masyarakat suku Dayak Kebahan, budaya Sandung di kabupaten ini juga terdapat dalam suku Dayak Uud Danum (Ot Danum) di wilayah kecamatan Serawai dan Kecamatan Ambalau. Masyarakat Dayak Uud Danum Menyebut “KEDIRING”. Pembuatan kediring ini untuk menyimpan tulang belulang warga anggota keluarga masyarakat yang sudah meninggal dunia, yang sebelumnya harus dilalui acara adat ritual “DALOK”. Dalam Masyarakat Dayak Uud Danum “DALOK” ini merupakan pesta adat yang paling besar untuk masyarakat Dayak Uud Danum, kegiataannya banyak syarat-syarat adat, memerlukan waktu yang matang dalam pelaksanaannya dan biaya yang besar.
“Ke depan jika para elemen masyarakat khususnya Dayak Uud Danum dan pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang jika memerlukan untuk melakukan kajian (penelitian), dirinya siap membantu, termasuk masyarakat Suku Dayak yang ada di kabupaten Sintang yang tentunya ada memiliki potensi budaya yang kita dokumentasi dan publikasi kan supaya tidak hilang di telan jaman dan waktu,” ungkap Duta Belajar Kalimantan Barat 2018 ini.
Rufina Sekunda, S.Pd, guru Bahasa Inggris di Kabupaten Sintang
Rufina Sekunda, S.Pd adalah alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak jurusan PBS Pendidikan Bahasa dan seni, program studi Bahasa Inggris tahun 2008.
Pada januari tahun 2010 diterima sebagai ASN (PNS) Guru di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang, sejak Juni 2013 bertugas di SMP Negeri 3 Kecamatan Sungai Tebelian Kabupaten Sintang.
Dari tahun 2007 sd tahun 2016 aktif sebagai coach dan juri nasional lomba debat Bahasa inggris tingkat SMA dan SMK Kalimantan Barat.
Tahun 2013 menjadi trainer Bahasa Inggris SMP dari BBC for education Kerjasama dengan DISDIKBUD Kalbar.
Tahun 2016 hinga sekarang terhitung aktif sebagai coach education adat dan pengetahuan umum Bujang dara gawai Dayak sintang, Bujang dara pariwisata sintang, Putra putri Kapuas raya sintang, Putri Indonesia Kalimantan Barat Linda Betseyba, Putra dan putri perbatasan sintang.
Tahun 2018 sd 2019 menjadi instruktur kurikulum 2013 untuk SMP.
Tahun 2018 sd sekarang Duta Rumah Belajar Kalimantan Barat untuk Kemendikbud.
Tahun 2018 hingga sekarang aktif dalam giat edukasi literasi digital dengan berbagai platform.
Tahun 2018-2019 sebagai tim translater conten dan acara dalam Bahasa inggris untuk dinas pemuda, olahraga dan pariwisata Sintang.
Tahun 2020-2021 membantu Museum Kapuas raya sintang, museum propinsi menulis dan Menyusun kajin benda koleksi museum sandung.
Rufina Sekunda mengajak dan berpesan kepada generasi muda Dayak, dia berharap agar generasi muda Dayak itu “Youth generation is the future of Indonesia”, jika budaya merupakan identitas bangsa Indonesia, maka saya, kamu, dia, mereka dan kita semua punya tanggungjawab yang sama untuk menjaga dan menunjukkannya. Mari kita manfaatkan dan berdayakan social media untuk penggunaan internet positif. Dengan membuat konten positif tentang promosi budaya bangsa kita. Karena untuk melakukannya kita hanya perlu cinta dan kebijaksanaan dalam menggunakannya. Menjadi garam dan terang dalam social media akan berdampak pada pola pikir dan gaya hidup bangsa Indonesia. (VE- STG)
***