29.3 C
Singkawang
More
    BerandaSpiritualAntonino Ventimiglia dan Spirit Dayak-Indonesia

    Antonino Ventimiglia dan Spirit Dayak-Indonesia

    | Penulis: Fr. Deodatus Kolek

    Jelang kemerdekaan, tahun 2021 yang sepi dari keramaian seperti tahun sebelumnya. Mari sejenak melakukan kilas balik. Mengenang Antonio Ventimiglia. Ia sosok, tokoh, yang mulai menabur benih iman Katolik di bumi Borneo.

    Antonino Ventimiglia menanamkan ciri lokal Gereja universal. Pertumbuhan iman orang Dayak seperti padi. Ia tumbuh di setiap lobang tugal para petani yang benihnya ditaburkan. Kalau hari ini Dayak bagian dari bhineka tunggal ika, itu sebuah proses yang panjang. Lagi berliku.

    Kaharingan adalah nama kepercayaan asli beberapa rumpun suku Dayak khususnya Ngaju dan Uud Danum. Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan beberapa catatan sejarah, agama resmi pertama kali yang diakui oleh orang Dayak adalah agama Katolik.

     Pada tanggal 2 Februari 1688, Pastor Antonio Ventimiglia dari Goa tiba di Banjarmasin. Ia menyebarkan agama Katolik kepada orang Dayak Ngaju yang datang di pelabuhan Banjarmasin.

    Waktu itu, Banjarmasin bukanlah tempat mayoritas orang Dayak. Bahkan, saat itu orang-orang Banjarmasin sedang berperang melawan suku Dayak Ngaju.

    Di mana tempat mayoritas orang Dayak berada? Bukan di pusat kota atau di pinggir kota Banjarmasin, tetapi mereka berada di pedalaman, di hulu-hulu sungai, di tempat-tempat yang jauh.

    Baca juga: Imam: Kekasih Hati Yesus

    Pastor Antonino datang mendekat dengan iman dan sabda Allah, kasih dan harapan indah dalam dirinya. Ketika ia datang dengan penuh keberanian, penyelenggaraan ilahi bekerja. Orang Dayak pedalaman berjumpa dengan pastor yang kemudian digelari Tatu oleh orang Dayak Ngaju itu.

    Perjumpaan dengan perwakilan Dayak Ngaju terjadi di sebuah kapal. Tidak terekam detail dalam catatan sejarah apa yang dibicarakan antara pastor dan Orang Dayak Ngaju itu. Yang bisa disebut ialah mereka diberi oleh pastor rosario dan salib serta diajari menghormati benda suci itu. Setelah itu, kisahnya orang Dayak Ngaju itu berjanji akan membawa Pastor Antonino ke kampung mereka di pedalaman. Tidak lama kemudian, Pastor dari Italia ini dijemput dan masuk ke hulu sungai di mana orang Dayak berada.

    Dalam laporan misi Theotjin di Goa ke Roma, hingga tahun 1691 di Kalimantan Selatan sudah  15 suku Dayak yang beragama Katolik. Pada pertemuan SAGKI 2010, Maya Asiati Soeta, seorang Dayak Ngaju memberi keterangan bahwa Antonio Ventimiglia dengan perjuangan gigih dan ketekunan hilir mudik mengarungi sungai besar di Kalimantan dengan perahu yang telah dilengkapi altar dan kurban misa. Ia berhasil membaptis tiga ribu orang Dayak Ngaju menjadi Katolik.

    Namun atas perintah Sultan Banjarmasin, Pastor Antonio Ventimiglia kemudian dibunuh, dengan alasan bahwa Pastor Antonio Ventimiglia sangat mengasihi orang Dayak Ngaju, sementara saat itu orang-orang Dayak Ngaju mempunyai hubungan yang kurang baik dengan Sultan Banjarmasin.

    Dengan dibunuhnya Pastor Antonio Ventimiglia, beribu-ribu umat Katolik kembali kepada iman asli milik leluhur mereka. Yang tertinggal hanyalah tanda-tanda salib yang telah dikenalkan Pastor Antonio Ventimiglia kepada mereka. Sejak Pastor Antonio Ventimiglia dibunuh, kurang lebih 160 tahun kemudian, baru ada dalam catatan sejarah misionaris mengunjungi tanah Dayak.

    Apa yang dapat dikatakan dari perjumpaan bersejarah ini?

    Yang sangat menonjol ialah hasrat hati orang Dayak untuk memuliakan yang ilahi. Terpesona pada perjumpaan sekaligus terkandung harapan indah bagi Dayak. Hasrat itu pasti bukan sebuah kebetulan. Ini adalah rencana ilahi. Allah mengutus Pastor Antonino menanam firman Tuhan dengan membiarkan yang kemudian menyiramnya. Ia yang mengutus akan selalu memberi pertumbuhan (bdk. 1 Kor 3: 6).

    Baca juga: Corona Virus dan Corona Yesus

    Pertumbuhan iman orang Dayak tidak selalu mekar laksana bunga yang menyebarkan semerbak keharumannya. Tidak pula seperti pohon anggur subur yang setiap musim menghasilkan panenan melimpah.

    Pertumbuhan iman orang Dayak seperti padi. Ia tumbuh di setiap lobang tugal para petani yang benihnya ditaburkan. Hasilnya hanya berharap pada yang ilahi. Ada yang merunduk karena memang bernas. Ada pula berdiri tegak karena hampir semua bulir-bulirnya hampa. Iman Katolik orang Dayak telah ditanam dan hasilnya cukup untuk membuat keluarga tidak kelaparan. Sulit mengira cara Allah bekerja. Tetapi percaya bahwa Ia akan selalu memberi pertumbuhan itulah iman para pewarta.

    Dalam sebuah suratnya kepada pimpinannya, Pastor Antonino menulis, “Pada kakimu anakmu berlutut. Anakmu siap memasuki kerajaan di mana iman belum pernah diwartakan. Aku pergi sendiri. Tidak seorang pater pun menemani. Aku mempunyai hati yang keras (Surat dari Banjarmasin 13 Juni 1689).

    Penggalan surat ini menegaskan bahwa Kalimantan waktu itu belum diwartakan iman Kristen. Kehadiran Tatu ini adalah kehadiran yang membawa Gereja universal menjadi tidak asing bagi suku dan bangsa mana pun termasuk Dayak (Lih. Paus Fransiskus dalam rangka 100 tahun Maximum Illud, 5).

    Kehadiran dia menjadi seperti bintang timur Dayak sehingga menjadi Katolik di tengah segala kesulitan, keterbatasan, dan keganasan alam. Iman akan Yesus di tanah orang Dayak memancarkan wajah Allah yang berseri-seri.

    Ia membuat semuanya baru. Ia telah membawa Sabda kekal menjadi manusia lemah dan menunjukkan kepada orang Dayak jalan baru menuju kediaman Allah yang kudus (Doa permohonan dalam Ibadat harian Selasa masa Adven).

    ***

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita