| Penulis: Wahyunita
Mendadak buah dampahong menjadi viral dan banyak diperbincangkan oleh masyarakat Kalimantan Tengah.
Buah ini rasanya sangat asam, dan sudah dikenal sejak dahulu kala.
Buah ini dapat dikonsumsi secara langsung, layaknya buah yang lain. Namun juga dapat dibuat cap-capan sejenis sambal (biji dampahong dicampur riasan bawang merah tambah cabe, garam dan sedikit dapat pula ditambahkan dengan sedikit gula, dicampur/diaduk jadi satu dan dijadikan pelengkap hidangan ikan bakar) rasa asamnya sangat khas dan dapat menambah dan menggugah selera makan.
Buah ini akan menunjukkan bahwa sudah matang dan siap dipanen saat warna kulitnya telah menguning, mirip dengan warna kuning kulit langsat. Walaupun sudah tua, buahnya tetap asam.
Zaman dulu selain dapat dikonsumsi, orang tua-orang tua sering memanfaatkan buah dampahong untuk memasak getah karet, dengan mencampurkan buahnya ke dalam getah karet sehingga mengental.
Di masa pandemi buah ini mendadak dicari banyak orang. Karena dipercaya dapat menjadi salah satu sumber vitamin C yang sangat bermanfaat untuk menguatkan sistem pertahanan tubuh atau menambah imun tubuh. Sehingga dapat membantu menjaga kondisi tubuh tetap sehat khususnya dalam menghadapi virus korona.
Walaupun belum ada penelitian yang pasti tentang kandungan buah dampahong, namun hampir semua buah yang rasanya asam memang mengandung vitamin C. Bahkan vitamin lainnya serta memiliki khasiat tersendiri.
Beberapa orang di masa pandemi mengaku sempat mengalami gangguan kesehatan, seperti demam, pusing dan pilek. Beberapa orang kemudian memilih mengkonsumsi buah dampahong. Kasiatnya pun terasa mereka sembuh dan sehat bugar kembali.
Namun bagi orang-orang yang memiliki lambung yang sensitif terhadap rasa asam, tidak disarankan.
Buah ini memiliki keunikan tersendiri. Dan semoga suatu hari ada penelitian khusus dari para pakar untuk memastikan kandungan dan manfaat atau khasiat dari buah dampahong.
Yang pasti bahwa buah ini aman dikonsumsi dan mengandung khasiat untuk meredakan beberapa penyakit seperti demam, pusing dan pilek atau flu.
***
Bionarasi
Wahyunita dilahirkan di Mengkendek, Tana Toraja pada 20 Juni 1978.
Pendeta yang juga sebagai penyuluh agama Kristen dan guru PAK di Barito Timur, Kalimantan Tengah.
Tahun 2021 mulai aktif menulis di detikborneo.com.