| Penulis: Dr. Mugeni
Masyarakat kita sudah cerdas. Begitulah sering kita dengar pernyataan orang-orang. Benarkah? Ya, anggap saja kita memang sudah cerdas secara intelektual karena sudah kenyang “makan” bangku sekolah.
Anggap saja kita pun sudah pandai bicara, pandai pidato dan berkhotbah, pandai berdiskusi karena sudah ikut seminar di mana-mana, pandai menjadi pengamat politik dalam pilkada, dan sebagainya.
Pertanyaannya adalah, sudahkah kita cerdas secara emosional dan menjadi pribadi yang menyenangkan? Saya belum, tetapi mungkin saja bagi yang lain merasa sudah. Namun faktanya, masih banyak ditemukan orang pintar yang tidak menyenangkan, membosankan, bahkan menyebalkan.
Ada pengamat yang berwawasan luas (katanya) yang sok benar sendiri, ada narasumber yang dalam diskusi maunya menang sendiri, ada guru pintar tetapi cara mengajarnya bikin murid ngantuk dan bete lalu memvonis muridlah yang bodoh.
Ada juga orang pintar, sukses dan kaya, tetapi tidak sukses secara sosial karena angkuh dan sombong. Kemudian, ada banyak orang pintar, tetapi jarang tersenyum, jarang mengapresiasi, enggan menaruh hormat kepada orang lain, dan sudah tidak begitu sudi lagi mendengar.
Begitu juga banyak orang pintar yang mengabaikan kesantunan, senang meremehkan orang lain, senang menampakkan kemarahan, senang memamerkan keangkuhan, dan kalau dia atasan, jarang mau mendengarkan bawahan. Jadilah orang-orang itu (mungkin juga kita sendiri) menjadi pribadi yang menyebalkan, tetapi tanpa disadari dianggap bukan sebagai suatu kekeliruan.
Nah, bagi yang sempat merenungkan bahwa semua itu suatu kekeliruan, tentu harus terus belajar mengembangkan diri sehingga nantinya tidak saja menjadi orang yang memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga sekaligus memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial. Good morning. Selamat pagi!
Sumber gambar:
Teknologi Cerdas Diharapkan Menumbuhkan Masyarakat Cerdas Pula
***
Dr. H. Mugeni, S.H., M.H. lahir pada 4 Juli 1959 adalah seorang tokoh literasi di Kalimantan Tengah, dan dahulu pernah menjadi seorang birokrat. Jabatan yang pernah ia emban salah satunya adalah sebagai Penjabat Bupati Barito Selatan pada 2016–2017.
Kini menikmati hidup yang lebih hidup di perkebunannya di Sukamara, sembari giat berliterasi. Ia ketua Komunitas Penulis Lembaga Literasi Dayak.