| Penulis: Dr. Mugeni
Salah satu hal yang bisa membuat kenangan abadi adalah karya tulis, apalagi karya tulis monumental. Dalam sejarah kepenulisan, kita tahu bahwa sebait puisi bisa membuat seseorang dikenang sepanjang zaman.
Puisi “Aku” karya Chairil Anwar, sampai sekarang masih terekam, dikenang, dan dibaca oleh anak cucu kita. Terfakta pula banyak kitab yang ditulis berabad-abad silam masih unjuk gigi dibaca, dijadikan rujukan oleh banyak orang, dan abadi sekaligus bersama (nama) penulisnya.
Tetapi untuk lahirnya sebuah tulisan yang monumental, tentu tidak semudah membolak-balik halaman koran. Kalau itu yang ditunggu, kapankah waktunya bisa berbagi pikiran dan pengalaman yang mungkin bisa berguna bagi orang lain? Padahal sudah tak terbantahkan, sebait kalimat pun mungkin bisa menginspirasi orang lain.
Baca juga: Apa Yang Kan Terjadi
Sekadar contoh kecil. Hanya dengan sekilas membaca artikel di sehelai koran lusuh yang saya “pungut” di bawah pohon bambu di jalan menuju sekolah 36 tahun lalu di Pangkalan Bun, telah menginspirasi dan membuat saya “ngotot” pergi kuliah di tengah “ketidakmampuan” finansial orang tua, dan saya pun akhirnya pergi untuk kuliah dengan membawa modal Rp56.000,00.
Inspirasi itu adalah “makhluk halus” yang sangat berharga. Jadi, sedikit ilmu, secuil pengalaman, bisa disumbangkan untuk sesama. Sumbangkanlah meskipun hanya satu ayat, begitu petuah religius yang sering kita dengar, tetapi sesering itu juga kita abaikan. Itu adalah sesuatu yang teramat sederhana dan tetap tercatat “di langit” sebagai kebajikan.
Good morning. Selamat pagi!
Sumber gambar: sevenamazingclass.blogspot.com
***
Bionarasi
Dr. H. Mugeni, S.H., M.H. lahir pada 4 Juli 1959 adalah seorang tokoh literasi di Kalimantan Tengah, dan dahulu pernah menjadi seorang birokrat. Jabatan yang pernah ia emban salah satunya adalah sebagai Penjabat Bupati Barito Selatan pada 2016–2017.
Kini menikmati hidup yang lebih hidup di perkebunannya di Sukamara, sembari giat berliterasi. Ia ketua Komunitas Penulis Lembaga Literasi Dayak.