23.8 C
Singkawang
More
    BerandaSpiritualKeseimbangan antara Berdoa dengan Bertindak

    Keseimbangan antara Berdoa dengan Bertindak

    | Penulis: Paran Sakiu

    Ada pernyataan yang populer. Doakan apa yang kita kerjakan dan kerjakan apa yang kita doakan. Artinya antara yang kita doakan dengan yang kita kerjakan harus selaras. Ada bagiannya Tuhan dan ada bagian dari diri kita sebagai bentuk dari tanggung jawab.

    Hal tersebut sudah dikatakan oleh Yesus Kristus: ”mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan mendapat, ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”.

    Ada banyak orang salah pengertian mengenai perkataan Yesus tersebut. Mereka tidak mau bekerja. Tidak mau berusaha lebih keras. Tidak mau membuat persiapan sedemikian rupa. Bagi mereka yang memiliki pemahaman yang demikian selalu pasrah.

    Mempercayai Tuhan tanpa melakukan apa pun. Cukup dengan berdoa maka Tuhan pasti bukakan jalan. Tuhan akan memelihara. Tuhan akan mencukupkan apa yang diperlukan jika dikaitkan dengan kebutuhan.

    Di sisi yang lain ada banyak orang memahami perkataan Yesus tadi kebalikan dari apa yang sudah diulas diatas. Mereka bekerja mati-matian. Mereka mengedepankan tindakan manusia.

    Bagi mereka tindakan manusia sanggup untuk memenuhi segala keinginan dan kebutuhan. Penyerahan kepada campur tangan Tuhan lewat doa diabaikan.

    Pernyataan Tuhan Yesus tadi harus dipahami secara utuh. Tidak boleh dipahami tanpa melihat secara keseluruhan. Meminta dalam doa adalah hal yang sangat penting. Tuhan pasti mendengar. Namun Tuhan juga menuntut adanya tanggungjawab yang tidak boleh diabaikan.

    Ada hal-hal yang kita sanggup lakukan. Kita bisa meraihnya karena Tuhan mengaruniakan akal budi. Mengaruniakan talenta dan kesehatan. Namun ada yang di luar kesanggupan karena keterbatasan kita. Doa adalah jawabannya.

    Intinya adanya keseimbangan antara berdoa dan bertindak. Semuanya untuk menghindarkan kita jadi pemalas. Menghindarkan kita menjadi orang yang melupakan Tuhan.        

    Doa yang penuh kuasa!

    ***
    Bionarasi

    paran

    Paran Sakiu, S.Th., M.Pd. dilahirkan di Mentonyek pada 19 Maret 1971. Guru PAK di SMPK Rahmani, pegiat literasi.

    Gembala Sidang GKRI Epifania Penjaringan, Jakarta Utara.

    Menulis dan menerbitkan buku:

    1. Menimba dari Sumur Yakub (Tangerang, 2019)

    2. Kumpulan Cerpen: Hari Terakhir (Tangerang, 2020)

    3. Kumpulan Cerpen: Seusai Pesta Naik Dango (Tangerang, 2021)

    4. Panglima Jilah (Tangerang, 2022)

    Aktif menulis untuk www.detikborneo.com.

    Menikah dengan Okseviorita dan telah dikarunia tiga orang anak, menetap di penjaringan, Jakarta Utara.

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita