
Jakarta, detikborneo.com – Tulisan Dahlan Iskan berjudul “Panglima Merah” menyoroti sisi mistis Panglima Jilah: digambarkan sakti, bisa terbang dengan daun sawit, dan bertapa hingga memperoleh kesaktian. Narasi ini memang menarik dari sisi jurnalisme populer, namun sayangnya berpotensi mereduksi makna kepemimpinan Panglima Jilah menjadi sekadar mitologi dan primitivisme.
Banyak pandangan yang tidak sependapat, terkhusus daripada pengikut pasukan merah tersebut. Dalam penulisan Dahlan Iskan juga tempat acara ultah Panglima Jilah juga salah, dan beberapa narasi yang dibuatnya juga dianggap tidak tepat.
“Saat mengolah berita harus benar-benar di Validasi dan dalam memuat berita tidak ada unsur ketidaksukaan supaya tidak menyesatkan”, ucap Paran Sakiu salah satu anggota TBBR saat dihubungi terpisah oleh detik Borneo.
BACA DISINI “PANGLIKAN MERAH” DAHLAN ISKAN
- Dari Mitos ke Realitas
Memang dalam budaya Dayak dikenal simbol dan mitos seperti Panglima Burung yang menjadi perekat identitas dan penyemangat dalam sejarah perjuangan. Tetapi Panglima Jilah bukan sekadar personifikasi mitos — beliau adalah tokoh nyata yang dengan konsisten memperjuangkan hak-hak masyarakat adat, menjaga persatuan, dan memberi arah bagi ribuan orang Dayak di Kalimantan hingga mancanegara.
- Kiprah Nyata, Bukan Gaib
Dukungan pembangunan nasional: Panglima Jilah aktif mendukung pembangunan IKN sebagai bentuk pemerataan pembangunan.
Pendidikan: beliau menyalurkan beasiswa bagi anak-anak Dayak berprestasi.
Politik dan sosial: melalui Pasukan Merah, Panglima Jilah menjadi kekuatan sipil yang berani bersuara atas kepentingan masyarakat adat.
Kehadiran negara: baik Presiden Jokowi maupun Wapres Gibran pernah mendatangi beliau, menandakan posisi strategisnya dalam kehidupan sosial-politik Kalimantan.
Ini jelas bukti nyata, bukan mistik.
- Bahaya Narasi Mistifikasi
Jika Panglima Jilah hanya digambarkan sebagai sosok “sakti” atau “gaib”, publik luar Dayak bisa salah paham. Terbentuk kesan seolah masyarakat adat masih hidup dalam primitivisme. Padahal masyarakat Dayak adalah bagian modern dari bangsa Indonesia yang memiliki tradisi kuat sekaligus kontribusi konkret bagi republik.
- Pemimpin Modern dengan Identitas Lokal
Panglima Jilah menunjukkan bahwa identitas adat tidak bertentangan dengan modernitas. Ia mampu menjembatani nilai tradisi dengan kebijakan negara. Justru inilah kekuatan besar yang sering dilupakan: nilai lokal yang membangun nasionalisme Indonesia dari pinggiran.
Penutup
Tulisan yang lebih menekankan mistik memang enak dibaca, tapi berisiko menyesatkan publik. Panglima Jilah bukan mitos berjalan, melainkan pemimpin nyata yang memperjuangkan martabat Dayak. Melihat beliau hanya dari sisi mistik sama saja menutup mata dari kiprah besar yang telah dan sedang beliau lakukan bagi masyarakat adat dan bangsa. (Rudi)