27.4 C
Singkawang
More
    BerandaGnōthi SeautonMengubah Stigma Dayak: Siapa Kalau bukan Kita?

    Mengubah Stigma Dayak: Siapa Kalau bukan Kita?

    | Penulis: Afri ST Padan

    Kenapa dulu stigma tentang Dayak itu digambarkan sebagian masyarakat luar sebagai orang yang primitif, ekornya panjang, suka mencari kepala manusia (mengayau) dan susah diatur.

    Kalau mendengar istilah penyebutan kata dayak itu sendiri juga bukan karena nenek moyang kita yang memulainya, dimana orang Belanda-lah yang memperkenalkannya hingga menjadi baku sampai sekarang.

    Dayak disebut sebagai suku asli pulau Kalimantan (Borneo) karena dominasi mereka yang sudah ada dari dulu berdasarkan bukti-bukti barang peninggalan sejarah.

    Misalnya, cerita sejarah beberapa kali ekspedisi penundukan kerajaan Majapahit terhadap kerajaan Dayak Nansarunai, jaman pemerintahan VOC yang mengakui susahnya mengalahkan dan mengatur orang Dayak sehingga harus menggunakan strategi devide et empira termasuk masuk melalui perjanjian Tumbang Anoi.

    Itulah sekelumit cerita yang dulu sangat berkesan bagi saya walaupun tampaknya stigma itu buruk, akan tetapi menjadi kekuatan berupa motivasi untuk menunjukan bahwa sebagai orang Dayak. Kami bisa lebih baik dari itu. Kita ambil satu contoh, dari segi budaya, tidak bisa dipungkiri Dayak memiliki seni dan cita rasa yang mendunia.

    Dari segi pendidikan. Sudah banyak dan masih bemunculan para generasi terdidik yang ada dan siap memasuki segala lini pembangunan di Indonesia ini.

    Dari segi Ekonomi. Orang Dayak notabene suku asli pemilik SDA terbesar, terkaya dan terbanyak. Selama ini setelah Papua dengan tambang freeport-nya diambil dan dikeruk hasilnya untuk pembangunan di Indonesia. Hanya saja kita masih belum menjadi tuannya. Kita sadar diri akan hal itu, hanya saja kita belum memiliki daya saing. Untuk itu, kelompok pengusaha besar dan kecil banyak orang luar. Sedangkan pengusaha dari orang Dayak belum memiliki prinsip jaringan.

    Dari segi Sosial. Dayak mafhum dalam menjalankan hidup berkomunitas. Sehingga semangat hidup bergotong-royong yang tergambar dari cara kerja saat membuka ladang. Selain itu, pola hidup berkelompok sampai ditingkat yang paling kecil masih ada. Dalam budaya rumah panjang yang tetap menjalankan adat istiadat.

    Itu menunjukan kehidupan sosial orang Dayak itu sangat dilandasi oleh kearifan tradisional yang berkembang menjadi kearifan lokal masa kini dan masa akan datang. Kelihatannya lambat menyesuaikan dengan perkembangan jaman akan tetapi sebenarnya sedang beradaptasi dengan kemajuan teknologi modern.

    Dari segi Politik. Orang Dayak secara DNA, itu ada melekat pada dirinya. Akan tetapi, masih belum terlatih dan terkelola dengan baik oleh waktu maupun sinergi secara masif dan kurang terstruktur secara menyeluruh (kita masih terkotak kotak dengan pikiran dan kepentingan peninggalan budaya ngayau, pecah belahnya VOC dan bisa juga terkondisi dengan adanya sistem partai sekarang ini).

    Potensi kekuatan politiknya orang Dayak masih bisa digali, diasah dan digunakan jika panggilan jiwa orang dayak itu tertantang untuk membela kepentingan kelompoknya yang tertindas bermunculan. Akan tetapi, kenyataan ini hanya bersifat sporadis dan belum menyeluruh karena Dayak masih terkungkung oleh kuk kepentingan kelmpoknya masing-masing.

    Coba andaikan kalau bayangan kita bersama itu benar bahwa dengan bersatu pasti semua musuh, lawan dan penindasan yang masih kita rasakan sampai saat ini pasti dapat kita terabas dan kalahkan. Bahkan dapat dirubah menjadi kemenangan politik kita bersama secara bergenerasi di tanah Kalimantan. Ini sejajar diperhitungkan ditataran elite daerah, nasional dan internasional, karena patut diingat keberadaan Dayak itu sudah ada di 3 negara yaitu; Indonesia, Malaysia dan Brunai Darulssalam, apa artinya? jika batas geografi dan demografi itu bukan menjadi pembatas bagi kita untuk bersatu…

    Dayak merupakan suku terunik di Indonesia karena ada 405 subsuku didalamnya. Butuh waktu dan usaha untuk bisa memahaminya dan cara yang strategis untuk menyatukannya. Demikian pula lun taw Dayak jika ingin eksistensi kita tetap lestari, berpengaruh dan bermanfaat bagi dunia. Maka sekaranglah waktunya untuk memulai…

    ***

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita