27.4 C
Singkawang
More
    BerandaBudayaPelita Tradisional

    Pelita Tradisional

    | Penulis: Lisa Mardani

    Beberapa waktu yang lalu saya menghubungi keluarga di Serawai pada saat malam hari. Ternyata kondisi rumah sedang gelap gulita akibat pemadaman listrik. Dari keterangan kerabat di sana, sudah hampir seminggu listrik padam.

    Sejak tanggal 9 senin kemarin, dan hingga kini listrik belum juga menyala. Pemadaman listrik akibat gangguan mesin yang sudah lama, sehingga mesin tidak dapat lagi berfungsi dengan maksimal. Di wilayah Uud Danum, selain tidak ada akses jalan raya, listrik juga belum ada di pedesaan. Sedangkan PLN hanya ada di tingkat kecamatan saja.

    Di tengah kondisi gelap gulita, masyarakat Dayak Uud Danum yang tinggal di Kecamatan Serawai memanfaatkan kearifan lokal dengan cara membuat pelita tradisional yang telah diwariskan secara turun temurun.

    Pada jaman dahulu, ada bermacam-macam bentuk pelita yang dijual yang terbuat dari kaleng. Namun di suku Uud Danum, hingga kini masih memanfaatkan bahan yang ada untuk membuat pelita sebagai alat penerangan di malam hari.

    Pelita dari bahan bakar minyak tanah 

    Bahan yang diperlukan untuk membuat pelita adalah botol kaca, kaleng bekas, paku, palu, kain, dan minyak tanah/solar.

    Pilihlah botol kaca bekas, ukuran kecil yang telah dibersihkan dan kering.

    Berilah lubang pada bagian tengah tutup botol dengan menggunakan paku dan palu. Ukuran lubangnya sekitar ukuran jari kelingking orang dewasa.

    Pilihlah kaleng yang lembut seperti kaleng susu beruang atau kaleng minuman coca-cola sebagai pembungkus sumbunya.

    Potonglah kaleng tersebut dengan lebar sekitar 5 cm, panjang sekitar 8 cm.

    Pilihlah kain yang lembut dan yang dapat menyerap cairan dengan baik. Guntinglah kain sesuai ukuran lobang tutup kaleng. Panjangnya disesuaikan saja dengan tingginya wadah yang digunakan. Kain yang telah digunting sesuai ukuran, digulungkan pada kaleng yang telah dipotong kecil.

    Lalu dimasukan ke dalam tutup botol yang telah dilubangi. Isilah minyak tanah ke dalam botol. Basahkan semua kain dengan minyak. Maka pelita dari botol siap untuk dinyalakan.

    Usahakan sumbu dan kaleng yang digulung pas dengan ukuran lubang tutup botol. Agar minyak tidak mudah tumpah apabila botol tersenggol atau jatuh.

    Untuk menghindari banyak asap, sebaiknya sumbu pelita dikecilkan saja dengan cara menarik sumbunya dari bagian bawah secara perlahan.

    Meski cahaya pelita ini tidak seterang lampu pijar, namun pancaran sinarnya mampu mengusir kegelapan dalam ruangan.

    Sepertinya ini sederhana, namun sangat berguna di kala terdesak dan tidak ada listrik. Pelita jenis ini pun pernah saya gunakan di Jakarta saat listrik padam selama beberapa hari. Bahkan tetangga sekitar juga turut menggunakannya, sebab stok persediaan lilin saat itu telah habis.

    Pelita dari bahan minyak goreng

    Ada juga yang menyiasatinya dengan membuat alat penerangan sederhana dari bahan minyak goreng dan kapas. Bahan yang diperlukan adalah minyak goreng, kapas, dan gelas. Lebih bagus jika menggunakan gelas yang bening/transparan, supaya pancaran cahayanya keluar dengan maksimal.

    Cara penggunaannya mudah. Tuangkan sedikit minyak goreng sekitar 1/4 ke dalam gelas. Ambil selembar kapas, celupkan ke dalam minyak goreng. Lalu angkat sedikit bagian ujung kapasnya untuk dinyalakan.

    Sebaiknya gelas pelita diletakkan di dalam wadah baskom yang diisi dengan air. Supaya gelas tidak mudah pecah akibat panas cahaya api yang menyala. Semoga informasi ini dapat bermanfaat.

    Kiranya seberkas cahaya pelita, mampu menghiasi ruang hati yang telah kusam. Semoga hidup kita pun seperti pelita yang terus menyala. Walau tampilannya sederhana, namun membawa pengaruh besar yang menjadi berkat bagi orang sekitarnya.

    ***

    Bionarasi

    Profil BionarasiLisa

    Lisa Mardani, S.Pd.K., dilahirkan di Kepingoi, Kalimantan Barat pada 11 Oktober 1986. Seorang perempuan dari suku Dayak Uud Danum. Sejak tahun 2021 aktif menulis feature tentang suku Dayak Uud Danum.

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita