| Penulis: Dr. Mugeni
Aktivitas pergaulan kita sehari-hari tidak terlepas dari beragam penilaian. Penilaian itu kadang menyenangkan, kadang menyebalkan. Dalam kepemimpinan pun begitu. Apa pun kebijakan yang diambil selalu menimbulkan pro dan kontra.
Dikisahkan seorang ahli hikmah, yaitu Lukmanul Hakim ingin mengajarkan anaknya tentang kehidupan dalam masyarakat dan juga kepemimpinan. Suatu saat, Lukmanul Hakim mengajak anaknya jalan-jalan ke pasar/tempat keramaian umum dengan membawa seekor keledai.
Baca juga: Rileks
Hari ke-1 mereka berangkat dan sang anaklah yang disuruh menunggang keledai, sedangkan sang ayah menuntun keledai. Orang-orang yang menyaksikan pun berkomentar, “Dasar anak tidak berbakti. Dia enak-enakan di atas, ayahnya disuruh menuntun keledai.”
Di hari ke-2, mereka kembali pergi ke pasar. Kali ini, sang ayah menunggang keledai, sedangkan sang anak yang masih remaja menuntun keledainya. Orang-orang yang menyaksikan pun berkomentar, “Dasar orang tua yang tidak tahu diri, anaknya disuruh menuntun keledai”.
Hari ke-3 pun mereka kembali ke pasar dan kali ini sang ayah dan anak, keduanya naik di atas keledai. Orang pun ribut bergunjing bahwa keduanya menyiksa binatang karena menanggung beban yang terlalu berat.
Hari ke-4 mereka berangkat lagi ke pasar. Kali ini, sang ayah dan anak tidak menaiki keledai. Mereka hanya menuntun keledai mereka. Orang-orang pun berkomentar, “Dasar ayah dan anak yang bodoh. Ada keledai kok tidak ditunggangi. Sungguh perbuatan yang sia-sia.”
Hari ke-5, lagi-lagi mereka pergi ke pasar. Kali ini, sang ayah dan anak bikin kejutan. Mereka berdua memikul keledai ke pundak mereka pulang pergi. Orang-orang pun menjadi gempar memberitakan Lukmanul Hakim dan anaknya sudah “gila”.
Apa pun yang kita lakukan hendaknya berangkat dari keyakinan kita sendiri. Jangan terlalu terpengaruh apa kata orang lain. Good morning. Selamat pagi!
Sumber ilustrasi: https://kumparan.com/
***
Bionarasi
Dr. H. Mugeni, S.H., M.H. lahir pada 4 Juli 1959 adalah seorang tokoh literasi di Kalimantan Tengah, dan dahulu pernah menjadi seorang birokrat. Jabatan yang pernah ia emban salah satunya adalah sebagai Penjabat Bupati Barito Selatan pada 2016–2017.
Kini menikmati hidup yang lebih hidup di perkebunannya di Sukamara, sembari giat berliterasi. Ia ketua Komunitas Penulis Lembaga Literasi Dayak.