| Penulis: Anindyta Najwa Mirani
Seiring berjalannya waktu, teknologi dan informasi kian mengalami perkembangan. Salah satu bukti berkembangnya teknologi tersebut adalah hadirnya kecerdasan buatan atau istilah lainnya adalah Artificial Intelligence. Kecerdasan buatan merupakan suatu bagian dari komputerisasi yang mempelajari bagaimana suatu mesin bisa melakukan kegiatan manusia dengan sebaik-baiknya, bahkan bisa mengalahkan kemampuan manusia itu sendiri. Terciptanya kecerdasan buatan dapat memberi keuntungan bagi manusia, karena teknologi tersebut mampu membantu pekerjaan manusia menjadi lebih mudah dan efektif.
Di masa sekarang ini, sudah banyak perusahaan yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan untuk membantu pekerjaan perusahaan tersebut. Di tahun 2016, Narrative Science melakukan penelitian yang mengatakan bahwa 38% perusahaan besar sudah menggunakan teknologi kecerdasan buatan, dan angka tersebut akan meningkat secara terus menerus hingga 62% pada 2018. Pasar kecerdasan buatan juga diperkirakan akan tumbuh dari angka 8 miliar dolar AS menjadi lebih dari 47 miliar dolar AS.
Salah satu pekerjaan yang sudah menerapkan teknologi kecerdasan buatan di dalam pekerjaan mereka adalah akuntan. Akuntan merupakan seseorang yang memiliki kemampuan untuk membantu perusahaan dalam menyediakan informasi serta membantu memberikan jawaban yang berhubungan dengan laporan keuangan. Sebelum adanya kecerdasan buatan, semua pekerjaan akuntan dilakukan secara manual seperti pencatatan debit dan kredit. Dengan adanya kecerdasan buatan, pekerjaan akuntan dapat menjadi lebih efektif dan cepat karena dapat dikerjakan secara otomatis. Kecerdasan buatan juga membantu meringankan pekerjaan di beberapa bidang akuntansi, antara lain:
- Bidang Akuntansi Keuangan
Kecerdasan buatan dapat membantu akuntan dalam menyediakan aplikasi mobile bagi klien, untuk mempermudah mengakses data akuntansi dari laptop, smartphone, dan tablet, sekaligus dapat mengakses informasi keuangan secara mudah, yang nantinya dapat dibuat analisis yang sesuai dengan pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan.
- Bidang Audit
Teknologi kecerdasan buatan dapat membantu akuntan dalam menganalisa data dalam jumlah yang besar. Juga dapat meringkasnya dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu, kecerdasan buatan dapat membantu auditor untuk mengidentifikasi anomali yang tidak biasa dalam mendeteksi kecurangan yang ada di dalam suatu perusahaan. Dengan ini, kecerdasan buatan dapat membantu pekerjaan auditor menjadi lebih mudah sehingga dapat menghemat waktu pekerjaan.
- Bidang Manajemen Risiko
Suatu perusahaan dapat mengenali bentuk data atau angka yang berbeda dengan kemajuan teknologi yang berkembang pesat. Kecerdasan buatan juga mampu menganalisis teks. Hingga menemukan perbedaan yang dapat digunakan untuk mengungkap adanya kasus kecurangan dan penipuan.
- Bidang Peraturan pada Penyesuaian dan Pelaporan
Adanya perkembangan teknologi juga sangat berpengaruh dalam suatu sistem tata regulasi yang berlaku. Misalnya, melakukan pengaturan dalam organisasi.
- Bidang Analisis Trend
Berkembangnya teknologi kecerdasan buatan dapat membantu para akuntan dalam mengumpulkan dan menganalisis data secara lebih akurat. Hasil yang akurat ini pada akhirnya bisa menjadi nilai tambah tersendiri bagi klien.
Dari penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa teknologi kecerdasan buatan sangat berperan dalam membantu pekerjaan seorang akuntan. Namun di sisi lain, dengan hadirnya teknologi kecerdasan buatan ini, beberapa pekerjaan manusia justru dikhawatirkan akan terambil alih oleh teknologi tersebut. Akhir-akhir ini, berbagai media menyajikan informasi yang mengatakan bahwa peran manusia telah tergantikan oleh teknologi. Dilansir dari USA Today 2018, terjadi perubahan besar dalam sektor industri yang disebabkan oleh kemajuan teknologi, seperti media cetak dan perbankan.
Lalu, bagaimana dengan profesi akuntan? Di akhir tahun 2016, Mark Carney mengatakan bahwa ada setidaknya 15 juta pekerjaan yang akan lepas ke tangan orang-orang teknologi di masa mendatang, salah satunya adalah pekerjaan akuntan. Bahkan, Xero Research memberikan pernyataan bahwa 59% pemilik usaha kecil berfikir mereka tidak akan lagi membutuhkan akuntan dalam 10 tahun ke depan. Pendapat lain juga dijelaskan oleh Michael Osborne dan Carl Frey yang melakukan riset tentang seberapa besar resiko sebuah profesi mengalami otomatisasi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa profesi seorang akuntan beresiko sebesar 95% mengalami otomatisasi dalam dua dekade ke depan. Hal ini terjadi karena hampir seluruh pekerjaan akuntan dikerjakan oleh software komputer.
Pertanyaannya adalah, apakah benar peranan seorang akuntan dapat tergantikan oleh teknologi kecerdasan buatan? Ada beberapa pihak yang menyetujui hal tersebut. Karena pada kenyataannya, sebagian pekerjaan akuntan memang telah diambil alih oleh teknologi kecerdasan buatan. Namun, beberapa pihak justru menentang perkataan tersebut. Salah satu di antaranya adalah Barclays. Ia mengatakan bahwa jobs are changing, not dissapearing. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa sebuah pekerjaan tidak akan menghilang, namun hanya berubah peranannya. Begitu juga dengan profesi akuntan. Pekerjaan tersebut tidak akan menghilang karena tergantikan oleh teknologi, melainkan hanya terjadi pergeseran terhadap peranan seorang akuntan. Peranan seorang akuntan tidak lagi berpacu dalam pemrosesan data, namun beralih fungsi menjadi konsultan perusahaan hingga pengambilan keputusan perusahaan.
Pernyataan tersebut juga didukung oleh penetapan standar akuntansi keuangan di Indonesia atau biasa disebut sebagai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Ketika seseorang ingin mendalami ilmu tentang akuntansi, terdapat standar atau persyaratan yang harus ditaati sebagai seorang akuntan. Adapun persyaratan yang disebut dalam PSAK tersebut terkadang memaksa seorang manajer untuk membuat pertimbangan (judgement) dan kebijakan (discretionary) dalam proses penyusunan laporan keuangan. Aspek inilah yang tidak memungkinkan profesi seorang akuntan tergantikan oleh teknologi.
Dengan beralihnya peranan akuntan tersebut, ada beberapa langkah-langkah yang bisa dilakukan seorang akuntan untuk dapat mempertahankan profesi akuntan di masa yang akan datang. Langkah-langkah tersebut antara lain.
- Memiliki kesadaran akan perkembangan teknologi yang semakin pesat
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk mempertahankan posisi akuntan di masa depan adalah sadar akan perkembangan teknologi dan informasi. Para akuntan maupun calon akuntan di masa depan harus mengikuti setiap perkembangan teknologi yang terjadi pada saat ini. Dengan itu, para akuntan dapat mengetahui potensi dan kemampuan apa saja yang harus dikembangkan para akuntan agar dapat mempertahankan profesi tersebut di masa yang akan datang.
2. Meningkatkan sistem pendidikan akuntansi sesuai dengan perkembangan zaman
Seiring berkembangnya zaman, kemampuan yang dimiliki seorang akuntan juga harus berkembang mengikuti perkembangan teknologi yang sedang terjadi. Kemampuan ini harus mulai dilatih sejak menempuh pendidikan akuntansi. Contohnya, dengan melakukan pelatihan koding, membuat cloud computing, dan lain sebagainya. Dengan ini, seorang akuntan diharapkan memiliki bekal yang cukup dan telah siap untuk memasuki dunia kerja.
Meskipun kecerdasan buatan dikatakan tidak dapat menggantikan profesi akuntan, para akuntan harus tetap melek dan terus update akan perkembangan teknologi yang semakin pesat. Para akuntan sudah harus mulai mempersiapkan keterampilan yang dimiliki seorang akuntan mulai dari sekarang. Beberapa kemampuan akuntan yang paling penting dan akan berguna di masa depan antara lain kemampuan manajemen bisnis, analisis risiko, teknologi informasi, dan lain-lain. Jadi, untuk memenuhi kemampuan tersebut, kita sebagai calon akuntan di masa depan harus mampu bersikap adaptif dalam mengikuti perkembangan teknologi agar nantinya menjadi seorang akuntan yang kritis, cerdas, berkualitas serta dapat bersaing dengan baik di masa yang akan datang.
***
Bionarasi
Anindyta Najwa Mirani, Mahasiswi UPN “Veteran” Jakarta