25.3 C
Singkawang
More
    BerandaBudayaSunat ala Dayak Kanayatn

    Sunat ala Dayak Kanayatn

    | Penulis: Paran Sakiu

    Sunat tidak hanya dilakukan oleh suku lain yang ada di Indonesia. Sunat sejak lama sudah dilakukan oleh suku Dayak Kanayatn yang berada di Kalbar. Sunat dilakukan oleh suku Dayak Kanayatn bukan karena perintah agama yang masuk ke tanah Kalimantan.

    Bukan juga ikut-ikutan dengan suku lain yang hidup berdampingan dengan mereka. Artinya Suku Dayak Kanayatn meniru mereka dalam hal menyunat anak laki-laki. Tidak ada pengaruh dari luar suku Dayak. Dayak Kanayatn melakukannya sebelum berinteraksi dengan agama dan berinteraksi dengan suku yang datang ke Kalimantan Barat.

    Dayak Kanayatn melakukan sunat sebelum berinteraksi dengan agama dan berinteraksi dengan suku yang datang ke Kalimantan Barat.

    Tidak adanya pengaruh dari agama atau suku lain dalam hal bersunat terlihat dari banyak hal.

    Pertama dari segi usia. Usia anak yang akan di sunat rentangan kira-kira 7-12 tahun. Di atas usia itu biasanya jarang terjadi.

    Kedua dari segi tujuan diadakannya sunat. Bagi Dayak Kanayatn, Sunat memiliki tujuan yaitu adanya pengakuan bahwa anak yang disunat diakui sebagai seorang laki-laki. Bahkan dianggap sejajar dengan orang dewasa.

    Ketiga dari segi martabat. Jika keluarga tidak menyunatkan anaknya laki-laki itu dianggap aib. Penyunatan adalah sebuah keharusan.

    Keempat dari segi perjalanan kehidupan anak laki-laki. Bagi anak laki-laki yang baru disunat, tiga hari setelah penyunatan dan hari-hari berikutnya menentukan seperti apa ia di kemudian hari. Artinya apakah ia akan menjadi orang biasa atau orang yang memiliki “Kelebihan” di tengah masyarakat.

    Kelima dari segi upacara penyunatan. Ini juga berbeda tidak dipengaruhi agama dan hasil interaksi dari suku lain.

    Anak laki-laki yang akan di sunat pagi-pagi buta sudah menuju sungai. Ia berendam untuk beberapa jam lamanya. Hingga ia menggigil kedinginan. Lalu diberikan kain atau sarung. Kemudian menuju tempat penyunatan. Tempatnya di ruang tamu atau di pante (kayu besi yang disusun sejajar biasanya digunakan untuk menjemur padi).

    Di tempat tersebut sudah ada gong besar. Ada alat peraga adat berupa babi, ayam, tumpi, poe. Sedangkan pisau kecil yang tajam (insaut) dipegangi oleh tukang sunat. Tukang sunat (orang yang dikhususkan dan diakui keberadaannya oleh orang sekampung). Anak laki-laki yang di sunat didudukkan diatas gong. Lalu tukang sunat menyayat atau melukai ujung kulit penis. Kulit yang di sayat atau dilukai tidak besar dan tidak sampai putus. Hanya penanda saja. berdarah sudah pasti tetapi tidak banyak.

    Setelah itu anak yang disunat masuk ke dalam kamar. Zaman Bahula anak itu berada di dalam kamar selama tiga hari. Semua keperluan dilayani oleh keluarganya. Dalam tiga hari itulah yang menentukan dirinya. Apakah akan mendapat kelebihan atau tidak di masa mendatang dalam perjalanan kehidupannya. Mimpi-mimpinya saat tidur menjadi penanda. Setelah tiga hari di dalam kamar, sudah waktunya untuk keluar kamar dan keluar rumah.

    Saat keluar rumah ia tidak pergi seenak hatinya. Ada ritual yang harus dilakukan. Bersama dengan sahabat dekatnya pergi ke suatu tempat dengan membawa bekal beras, daging babi dan daging ayam yang sudah diasapi-di selai di atas api. Daging itu adalah daging yang dikhususkan tiga hari sebelumnya saat upacara sunatan. Ia pergi secara diam-diam. Selain beras, kedua jenis daging tadi maka di tangan laki-laki yang disunat ada parang yang tajam.

    Setelah tiba di tempat yang di tuju. Mereka menelusuri sungai. Sungai di sisir dari hilir ke hulu. Sungai yang disasar sungai dangkal. Apa saja jenis yang di dalam sungai dan di sekitar sungai ditebas atau di parang dengan satu tebasan saja. jika mengena dan putus maka seumur hidupnya itulah yang boleh dia makan. Sebaliknya jika tidak putus maka ia berpantangan untuk selamanya.

    Hasil tebasan berupa ikan, udang kepiting sungai, rebung, pakis dan apa saja yang berhasil ditebas dikumpulkan. Setelah di rasa cukup, mereka akan memilih satu lokasi untuk masak nasi dan lauk yang dibawa dari rumah. Lauk yang dibawa dari rumah di masak berbarengan dengan apa yang telah di dapat dari hasil menyisir sungai tadi.

    Mereka berpesta menikmati masa yang indah. Meninggalkan masa kanak-kanak dan masuk dalam dunia baru dimana mereka yang disunat mendapatkan status baru diterima bahkan dianggap sebagai laki-laki dewasa. Inilah Sunat ala Dayak Kanayatn pada umumnya.

    ***

    Artikulli paraprak
    Artikulli tjetër

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita