26.5 C
Singkawang
More
    BerandaFeaturesUsia Bukanlah Penghalang

    Usia Bukanlah Penghalang

    Picture1
    (dokpri)

    | Penulis : Hertanto, S.Th., MACM, M.I.Kom., M.Pd.

    Bertempat di Taman Budaya Sentul, Bogor, GKRI Dwiwarna mengadakan Ibadah Padang bersama bagi Komisi Usia Indah dan Komisi Wanita pada tanggal 28 September kemarin. Kegiatan ini dilakukan untuk merayakan ulang tahun Komisi Usia Indah yang ke-15 sekaligus meningkatkan kerjasama dengan Komisi Wanita. Dihadiri oleh 63 peserta, acara ini berlangsung dengan sangat meriah dan penuh keakraban. Ibadah Padang kali ini pun mengangkat sebuah tema: USIA BUKANLAH PENGHALANG.

    Ada apa dengan usia? Apakah memang usia sudah menjadi penghalang? Penghalang atas apa? Bagaimana mengatasinya bila memang menjadi penghalang?

    Tantangan bagi para lanjut usia adalah kesendirian, kesepian dan kehilangan “kuasa” serta menurunnya harga diri. Hal ini umumnya dikaitkan dengan POST POWER SYNDROME.

    Sebenarnya apa itu post power syndrome?
    Dikutip dari https://www.alodokter.com/ Post Power Syndrome atau sindrom pasca kekuasaan adalah kondisi ketika seseorang hidup dalam bayang-bayang kekuasaan yang pernah dimilikinya dan belum bisa menerima hilangnya kekuasaan itu. Post power syndrome sering dialami oleh orang yang baru saja memasuki masa pensiun.

    Benarkah demikian?
    Berlandaskan teori kebutuhan Abraham Maslow yang terdiri dari: Physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety needs (kebutuhan rasa aman), love and belongingness (kebutuhan akan kasih sayang), esteem needs (kebutuhan akan dihargai) dan self-actualization needs (kebutuhan aktualisasi diri), maka menurut saya, post power syndrome tidak hanya terjadi pada saat orang memasuki masa pensiun, namun ketika orang tersebut belum siap menerima kenyataan bahwa ada yang berubah dalam hidupnya. Ketidaksiapan atau bahkan penolakan atas perubahan inilah yang menjadi dasar orang mengalami post power syndrome. Bila dikerucutkan, post power syndrome terjadi bukan satu-satunya disebabkan oleh usia, namun kesiapan mental atas realita yang terjadi, yaitu perubahan dalam hidupnya.

    Seseorang yang dahulunya sehat, tiba-tiba mengalami kelumpuhan karena kecelakaan misalnya. Ia tidak hanya mengalami perubahan atas tubuhnya, namun juga seluruh aktifitasnya mengalami perubahan, dan perubahan-perubahan lainnya yang berkaitan dengan kelumpuhannya itu. Contoh lainnya adalah ketika seseorang mengalami pemecatan hubungan kerja atau pengurangan karyawan. Sekalipun belum menyentuh usia pensiun, namun orang tersebut telah kehilangan pekerjaan, jabatan bahkan pendapatan yang sangat memungkinkan ia mengalami krisis percaya diri.

    Sekalipun benar bahwa post power syndrome umumnya terjadi pada usia lanjut yang memasuki masa pensiun, namun post power syndrome bisa juga terjadi pada mereka yang tidak siap menerima kenyataan atas perubahan yang terjadi dalam dirinya bukan?

    Pemazmur pernah berdoa: “Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis” (Mazmur 71:9).

    Pergumulan terbesar dari seseorang yang lanjut usia adalah merasa sendiri dan menganggap orang lain sudah tidak peduli lagi. Ketika seseorang sudah mulai merasa rapuh karena kesehatan yang menggerogoti; ketika penglihatan dan pendengaran tidak sebaik saat muda; ketika kekuatan dan kecepatan sudah berangsur menurun, saat itulah muncul ketakutan tidak lagi dibutuhkan dan merasa kehadirannya malah menjadi beban bagi orang lain. Kalau ada orang yang sudah berusia lanjut berada pada fase ini dan berpikiran seperti itu, salah siapa? Lingkungan? Keluarga? Teman-teman? Atau dirinya sendiri?

    Benarkah usia lanjut menghentikan kita untuk berkarya? Atau jangan-jangan usia lanjut menjadi alasan untuk kita tidak berkarya?

    Dalam usia lanjut, Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune tetap bersemangat mewujudkan impian mereka untuk memasuki tanah perjanjian. Walau sepuluh orang pengintai lainnya menyampaikan fakta bahwa bangsa yang mendiami tanah perjanjian itu tidak mungkin dikalahkan, namun Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa dengan mengajak bangsa Israel untuk tetap maju dan menduduki negeri perjanjian itu (Bilangan 13:30; lihat juga Bilangan 14).

    Buat kalian yang akan memasuki masa pensiun, bersiaplah untuk melewati jalan lain agar terhindar dari post power syndrome, karena sesungguhnya masih banyak aktifitas yang dapat kalian lakukan. Atau kalian harus menghadapinya dan melawan post power syndrome dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa aku masih produktif untuk menghasilkan karya.

    Suatu janji yang manis Tuhan sediakan bahwa Ia tidak berubah. “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.” (Yesaya 46:4). Tetaplah bersemangat. Tubuh boleh menua, namun semangat (roh) kita jangan ikut melemah. “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan” (Roma 12:11). Sebab, “rambut putih adalah mahkota yang indah, yang didapat pada jalan kebenaran” (Amsal 16:31).

    Jadi usia bukan penghalang untuk kita beraktifitas dan melayani Tuhan bukan?

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita