Pengantar
Salah satu sastrawan besar kita, sekaligus kritik sastra yang saya juluki “kardinal sastra Indonesia”, Korrie Layun Rampan lahir bersamaan dengan tanggal dan bulan kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada 2016 sengaja, via surat elektronika agar ada dokumentasinya, dan membuktikannya bukan imaginer. Saya melakukan wawancara eksklusif atas novel spektakuler dan perdananya, Upacara. Insting, suatu waktu, wawancara eksklusif ini akan amat sangat berguna sekaligus berharga. Indah pada waktunya. Tanya-jawab itu, akan dimuat 5 kali berturut-turut, mulai hari ini (20/08-2021).
Redaksi.
e-mail Masri: masrisareb@yahoo.com
JAWABAN PERTANYAAN MASRI
R MASRI SAREB PUTRA
PEDOMAN WAWANCARA
Nama: Korrie Layun Rampan
Status informan: Penulis Novel Upacara
Usia: (63 tahun, lahir 17 Agustus 1953)
Alamat: Jalan Singa Nata Guna, RT 05 Kampung Sekolaq Joleq 75565, Kec. Sekolaq Darat, Sendawar, Kutai Barat, Kalimantan Timur.
- Apa yang melatarbelakangi Anda menulis novel Upacara?
JAWABAN:
(1) Novel ini (Upacara) ditulis dengan tujuan yang sangat besar. Yakni menempatkan orang Dayak (Benuaq) setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini.
Selama in,i orang Dayak terpuruk dalam padangan minor bangsa Indonesia —dan dunia—yang mengganggap orang Dayak masih hidup seperti pada zaman batu—seperti orang Papua, Kubu, Talang Mamak dan sebagainya warga yang masih hidup nomaden—sehingga orang Dayak harus diangkat ke tingkat tertinggi bangsa-bangsa di dunia.
Dengan adanya novel ini, penggambaran yang realistis itu akan membawa mereka kepada kenyataan yang sebenarnya. Orang Dayak harus bangkit dari keterpurukan mereka. Dan menjadi etnik yang maju dan berkembang ke dalam tataran bangsa-bangsa lain di sekitar mereka —orang Indonesia sendiri, seperti: Jawa, Bugis, Banjar, Kutai, Sunda, dan lain-lain.
***
Bionarasi
R. Masri Sareb Putra, M.A., dilahirkan di Sanggau, Kalimantan Barat pada 23 Januari 1962. Penulis Senior. Direktur penerbit Lembaga Literasi Dayak (LLD). Pernah bekerja sebagai managing editor dan produksi PT Indeks, Kelompok Gramedia.
Dikenal sebagai etnolog, akademisi, dan penulis yang menerbitkan 109 buku ber-ISBN dan mempublikasikan lebih 4.000 artikel dimuat media nasional dan internasional.
Sejak April 2021, Masri mendarmabaktikan diri menjadi Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PPM), Institut Teknologi Keling Kumang.