29.3 C
Singkawang
More
    BerandaWisataNohkan Cicak, Kemangai Kalbar

    Nohkan Cicak, Kemangai Kalbar

    | Penulis: Matius Mardani

    Suatu sore hari, ketika saya asyik berkisah dengan keluarga di rumah itu, tiba-tiba suara penuh semangat memecah obrolan kami, “Om, yuk kita lihat cicak?” Ajakan salah seorang ponakan yang imut dengan paras cantik khas putri Dayak.

    Lanjutnya, “Cicak itu buaya!”

    “Ah gak usah lah, jawabku!” Meski nadanya bercanda, tapi dalam hati aku menimbang. Bukan apa-apa, aku tak mengerti budaya dan bahasa di sini. Sewajarnya aku mawas, “mungkin saja yang dikatakan anak itu, benar”. Bisik batinku.

    Tetapi kemudian saudara-saudara yang lain bersemangat membujukku. Dengan penasaran dan sedikit cemas, aku mengikuti mereka. Kami berjalan hingga keluar kampung itu, lalu menyusuri jalanan setapak. Hingga sampailah kami ke sebuah sungai.

    “Wah benar ini. Kami akan melihat cicak eh buaya,” gumamku.

    Tetapi sontak, semua itu hilang saat mataku disuguhkan pemandangan alam nan mempesona. Ketika kami turun ke sungai, pemandangan makin membuat decak kagum, pemandangan yang luar biasa.

    “Wah ini kekayaan alam tersembunyi selorohku.” Sungai itu dangkal tetapi dasarnya seperti disemen, hamparan batu yang rata. Kejernihan airnya membuka tabir dasar sungai itu. Makin kami turun, kami diseguhkan…

    “Om inilah cicaknya!” Tiba-tiba ponakanku, memberi penjelasan. Seolah itu menjadi tanggung jawabnya.

    “Kami menyebutnya, Nohkan Cicak,” Abang iparku menimpali.

    Lebih lanjut, abang berkisah, “Nohkan Cicak berasal dari bahasa Uud Danum atau suku asli yang mendiami kecamatan Ambalau ini. Nohkan dalam bahasa Indonesia berarti air terjun, sedangkan cicak adalah salah satu binatang reptil. Air terjun ini di sebut Nohkan Cicak, konon leluhur yang pertama kali menemukannya melihat di bagian hilir yang berbatuan tempat air yang tergenang menyerupai seekor cicak, sejak saat itu air terjun ini di namai air terjun nohkan Cicak.”

    “O… begitu bang! Menarik!” Kataku menanggapi.

    Air terjun nohkan Cicak memiliki ketinggian dua meter, dan memiliki dua tingkat. Biasanya para pengunjung meloncat dari tingkat pertama atau kedua dan ketika sampai di bawah mereka disambut kolam alami.

    Air terjun ini terletak tidak jauh dari perumahan warga. Untuk mencapainya dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor atau dengan berjalan kaki. Nohkan cicak ramai dikunjungi pada saat pergantian tahun, Natal, Idul Fitri, peringatan Hari Kemerdekaan, dan hari libur nasional lainnya.

    Nohkan Cicak terletak di hulu sungai Melawi di desa Kemangai, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang. Sintang merupakan salah satu kabupaten terluas di provinsi Kalimantan Barat. Luasnya mencapai 21.638 km2. Suku Dayak adalah penduduk asli daerah ini. Khusus di Ambalau hingga ke hulu penduduknya adalah suku Dayak Uud Danum.

    Ambalau merupakan kecamatan paling pedalaman di Kabupaten Sintang dan bahkan kecamatan paling pedalaman di provinsi Kalimantan Barat. Untuk sampai ke desa Kemangai harus menempuh perjalanan selama kurang lebih 8 (delapan) jam menggunakan speed boat.

    Meski waktu tempuh panjang dan medan yang ‘ngeri-ngeri sedap’. Naik speed boat di atas sungai yang luas dan panjang, belum lagi perjalanan itu melawan arus. Semua itu akan terbayar lunas ketika menyaksikan pemandangan sepanjang perjalanan maupun saat disambut Nohkan Cicak.

    Kombinasi bebatuan dan pepohonan, air yang mengalir di antara bebatuan serta kolam alami menciptakan suasana yang sejuk dan nyaman. Bagi yang suka fotografi. Anda tidak akan kekurangan spot untuk memotret. Anda tertarik berkunjung?

    Sumber gambar: Sumber: https://web.facebook.com/siti.chaca/photos

    ***

    Bionarasi

    WhatsApp Image 2021 08 09 at 08.02.20

    Matius Mardani, S.Pd.K. dilahirkan di Kadipiro, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah pada 23 Januari 1986. Guru di Sekolah Kristen Kalam Kudus Jakarta.

    Selain sebagai guru, bergiat di sebuah lembaga gerakan literasi nasional, yakni 3.1 Creative Writing bersama Paran Sakiu dan Penerbit sekaligus penulis profesional, R. Masri Sareb Putra.

    Telah Menerbitkan buku: Guru dan Perannya Menumbuhkembangkan Habitut Baca di Kalangan Siswa (2019).

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita