25.7 C
Singkawang
More
    BerandaSpiritualRoti Sukses

    Roti Sukses

    | Penulis: Hery Susanto

    Setiap bagian sisi kehidupan memiliki “derita”nya masing-masing. Ada derita orang berhasil, ada derita orang gagal. Ada derita orang miskin, ada derita orang kaya.

    Ada derita orang ditolak cinta, ada derita orang diterima cinta. Ada derita berpisah, ada derita bertemu. Ada derita orang sakit, ada kegelisahan orang sehat.

    Sesungguhnya sumsum dari semua agama dan pemahaman batin adalah membebaskan diri dari belenggu “derita” tersebut. Tetapi entah mengapa pada kenyataannya hanya kulitnya saja yang tersentuh dan di permukaan kulitlah justru muncul begitu banyak derita.

    Kesuksesan sejati sebenarnya adalah pembebasan jiwa dari segala tekanan kehidupan di mana pun kita berada. Dia adalah hak bagi semua insan di dunia.

    Apa sih definisi KESUKSESAN itu secara tepat? Kalau boleh jujur, seorang cendekiawan sampai agamawan pun agak kesulitan memaparkannya secara tepat. Memang kesuksesan itu relatif.

    Baca juga: Panci Teflon

    Yang lebih jelas mungkin bahasanya adalah bagaimana orang mencapai ”KEPENUHAN HIDUP.” Orang yang mencapai kepenuhan hidup dapat hidup dalam keadaan apa pun. Cirinya adalah orang itu BERBAHAGIA DALAM KEMAKSIMALANNYA.

    • Seorang petani yang memanen hasil panennya.
    • Seorang kusir dokar yang mengantar penumpangnya dengan senyum ceria sambil bercanda.
    • Seorang pimpinan yang mendorong bawahannya lebih maju.
    • Seorang pejabat yang dengan jabatannya bisa memajukan dan membahagiakan rakyatnya tanpa menyengsarakan yang lain, dan sebagainya…

    Setiap orang berhak mendapatkan SUKSES SEJATI yang membahagiakan tersebut. Namun kesuksesan yang demikian hanyalah kesuksesan yang masih sekedar hasil pencarian manusia.

    Istilahnya adalah antroposentris. Fokusnya hanya untuk kepentingan manusia saja. Namun jika kita dapat melihat lebih dalam, sesungguhnya kesuksesan sejati bukan sekedar pemenuhan diri dan kehidupan belaka, namun pemenuhan kehendak Tuhan Sang Pencipta.

    Firman Tuhan menjelaskan tentang tokoh Yesus sebagai teladan yang utama karena di dalam diri-Nya terpancar keilahian yang terbungkus di dalam ke’manusia’an-Nya. Sehingga Sang Pencipta menjadi sama dengan manusia yang memiliki tantangan, harapan dan ambisi.

    Yesus dicobai oleh Iblis ketika Dia berpuasa di padang gurun dan godaan yang pertama adalah tentang makanan (Mat. 4:1-11).

    Yesus diminta mengubah batu menjadi roti agar diri-Nya tidak lapar. Namun jawaban Yesus mengejutkan karena Dia berkata bahwa manusia hidup bukan oleh roti saja melainkan dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Mat. 4:4).

    Sementara manusia masa kini menjadikan makanan sebagai kebutuhan pokok yang tidak tergantikan. Seiring dengan kedewasaan iman seseorang, hidup manusia bukan lagi untuk makanan.

    Ada filosofi manakah lebih baik hidup untuk makan atau makan untuk hidup. Orang yang pertama memberikan arti kesuksesan jika ia dapat menikmati makanan dalam hidupnya. Sedangkan orang kedua justru orang yang berjuang agar dapat hidup melalui makanan, jika itu tercapai maka dia mengalami kepenuhan dalam maksimalnya atau sukses.

    Yesus sendiri mengatakan bahwa makanan-Ku adalah melakukan perintah Bapa yang mengutus Aku.

    Ini menunjukkan arti kesuksesan sejati yang diteladankan oleh Yesus bahwa Yesus memiliki pengabdian yang sempurna, ketaatan kepada Bapa-Nya. Fokus hidupnya bukan sekedar untuk hidup dengan makanan, tetapi adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikannya (Yoh. 4:34).

    Banyak orang yang sibuk memikirkan bagaimana kebutuhan hidupnya terpenuhi sedangkan masih banyak orang lain lagi yang jauh di bawah dirinya dalam pencapaian hidupnya. Ketika dia hanya memikirkan dirinya sendiri, sesungguhnya dia sedang mencetak dunia maya yang sempit dalam pikirannya.

    Sedangkan orang yang mau berbagi dengan orang lain justru menjadi orang lain yang jauh lebih bahagia karena dirinya menemukan dunia yang sesungguhnya di dalam kasih Allah yang terpancar melalui senyum kebahagiaan sesama kita.

    Jika melihat dari pernyataan Yesus tadi maka dapat ditarik tiga hal yang diperlukan untuk menemukan kesuksesan sejati yaitu, mengerti kehendak Bapa, melakukan kehendak-Nya, dan menyelesaikan kehendak Bapa itu. Ketika seseorang dapat menyelesaikannya maka dia dapat menemukan kesuksesan tersebut.

    Ada kata-kata bijak: ”Sering seseorang menghitung-hitung harga yang harus dibayar untuk mentaati Firman Tuhan, namun justru lebih banyak harga yang harus dibayar ketika tidak mentaatinya.”

    Manusia sering kali lupa ketika dia menghitung “jumlah roti” yang telah dia nikmati sehingga tidak sempat memikirkan hal yang lain sedangkan seharusnya dia harus lebih fokus kepada ‘kemurahan Sang Pemberi Roti’ daripada roti itu sendiri.

    Jadi dengan kata lain, kesuksesan Anda akan tercapai ketika Anda tidak lagi memikirkan diri Anda yang sudah pasti ada dalam pemeliharaan-Nya melainkan fokus kepada pencapaian kehendak Bapa dalam hidup Anda yang hanya sementara di dunia ini.

    ***

    Sumber ilustrasi: https://travel.tribunnews.com/2018/05/07/6-jenis-roti-yang-bisa-ditemukan-di-negara-negara-timur-tengah-rugelach-mirip-roti-khas-eropa?page=all

    ***

    Bionarasi:

    Hery Susanto

    Dr. Hery Susanto, M.Th. dilahirkan di Salatiga, Jawa Tengah pada 21 Januari 1973.

    Dosen di STT JKI. Aktif menulis dan berkiprah di bidang teologi dan filsafat.

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita