26.4 C
Singkawang
More
    BerandaGnōthi SeautonDapur Tradisional Dayak

    Dapur Tradisional Dayak

    | Penulis: Maria Fransiska

    Saat hari besar, seperti natal atau nosu minu, setelah bersalaman, orang Dayak kerap mempersilakan tamunya untuk ke dapur terlebih dahulu.

    Rumah manusia Dayak tidak dapat dilepaskan dengan dapur, sebagai tempat menyiapkan kebutuhan sehari-hari atau menjalankan kegiatan lainnya. Dapur merupakan lokasi sistem kekerabatan keluarga. Pada saat momen tertentu, seperti nosu minu, persiapan ritual penyembuhan, atau pesta perkawinan, tentu pekerjaan lebih banyak dikerjakan di dapur. Berikut tiga jenis dapur orang Dayak.

    Bangsal, jenis dapur yang tidak permanen. Biasanya dibangun saat penyelenggaraan pesta besar. Tiangnya dari bambu atau kayu, sedangkan atapnya menggunakan seng atau terpal. Dapur ini memiliki fungsi yang paling luas, meliputi semua kegiatan dalam penyelenggaraan pesta, yaitu tempat memotong babi dan ayam, tempat menyiapkan dan mengolah hidangan pesta. Dan tempat menyiapkan masakan-masakan sebelum dihidangkan kepada para undangan. Apabila pesta telah selesai, maka dapur ini akan dibongkar. Sebagai ucapan terima kasih, tuan rumah wajib menyiapkan babi atau ayam (dodouk), yang dipotong-potong untuk diberikan kepada orang-orang yang membongkar bangsal.

    Damping koyuh (dapur kayu), biasanya dapur ini masih satu atap dengan rumah tinggal, tetapi bukan dapur utama. Dibuat khusus di samping atau di belakang rumah untuk kegiatan tertentu, seperti memasak umpan babi, memasak air menggunakan kayu bakar, atau sekadar memanggang daging. Di damping koyuh terdapat pais atau para-para di atas tungku yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan kayu bakar yang sudah kering. Selain untuk mengeringkan kayu, dapat pula dimanfaatkan untuk mengeringkan ikan, dengan cara diasap (disalai). Untuk memasak, biasanya memakai kayu ngarot/leban (Vitex pinatta) atau kayu karet. Semakin sering memasak menggunakan kayu di dapur ini, maka banyak pula abunya. Abu tidak dibuang, melainkan dikumpulkan untuk membersihkan alat-alat dapur.

    Damping muuh (dapur ladang). Didirikan saat kegiatan berladang, seperti menebas dan menugal. Dapur yang tidak ada atapnya ini berfungsi sebagai tempat menyiapkan lauk-pauk untuk konsumsi. Tidak ada kegiatan memasak nasi di dapur ini, karena nasi dibawa masing-masing pekerja pengari. Pengari adalah sebutan pekerjaan yang dilakukan secara gotong-royong. Apabila pekerjaan hanya dilakukan sendiri-sendiri, seperti membakar kayu sisa bakar ladang. Maka, fungsi damping muuh hanya digunakan untuk memasak air, sekadar untuk membuat kopi. Selain untuk menyiapkan makanan, dapur jenis ini juga berfungsi sebagai tempat istirahat. Karena sehabis makan siang, kegiatan pengari masih dilanjutkan. Juga sebagai tempat penyimpanan bekal, pakaian, dan tempat menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk bekerja.

    Dalam suku Dayak, tiga jenis dapur ini masih dapat ditemui hingga hari ini. Banyaknya orang (tetangga) atau keluarga yang ikut dalam kegiatan memasak (pengkosok), merupakan ciri besarnya pengaruh yang dimiliki seseorang. Dapur juga melambangkan ciri status sosial. Semakin baik, ukuran yang besar, dan lengkapnya peralatan dapur yang dimiliki oleh seseorang dalam masyarakat, semakin tinggi pula status sosialnya.

    ***

    Bionarasi

    Maria Fransisca 1

    Maria Fransiska dilahirkan di Sanggau, Kalimantan Barat Copyeditor di Lembaga Literasi Dayak (LLD). Pernah bekerja di Andi Publisher (CV. Andi Offset Yogyakarta) editor e-Book. Beberapa kali ikut dalam penulisan antologi cerpen, salah satunya Antologi Cerpen “Ganar” (2021).

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita