Jakarta, detikborneo.com – Cara ritual adata yang di lakukan ‘Dewa Datuk Panglima’ yang ada di Jakarta Utara akhir-akhir ini jadi pembicaraan masyarakat Dayak yangbada di Jabodetabek.
Fasalnya dalam beberapa ritual dan acara adat yang mengatas nama Dayak ini dinilai berbeda, dengan gaya bahasa dan pengucapan salam, doa serta alat peraga ritual yang ada.
“Pak itu beberapa kali kita melihat mereka, Rustono grup Dewa Datuk Panglima di Jakarta utara melakukan ritual dan cara bahasa nya berbeda, ucapan salam yang dikatakan serta instrumen lainnya seperti patung dewa atau yang lain” Ucap Husen salah satu warga Dayak Kalbar di Jakarta ini.
Dalam beberapa video beredar di group WhatsApp perkumpulan Dewa Datuk Panglima ini tampak sedang melakukan ritual pengobatan serta dan acara lain nya.
Tak hanya itu kolaborasi Tatung yang di pertontonkan kepada masyarakat juga terlihat perkumpulan ini seolah memadukan adat Dayak dan Tionghoa.
Tak hanya Husen, hal senada dikatakan Yohanes Nabau salah satu masyarakat penggiat budaya juga sudah lebih lama mengetahui dan pernah melihat acara-acara Dewa Datuk Panglima ini. Ia menyayangkan jika emang benar-benar Dayak, seharusnya mereka bisa di kolaborasi kan dan bisa lebih kenal dengan Dewan Adat Dayak (DAD) yang sebagai ranah wilayah menaungi ormas-ormas Dayak di Jakarta.
“Saya pernah bahas dengan orang tatung yang datang ke acara macah adat Pesulap Merah pas meraka datang juga menyaksikan sangsi adat, di sana ada ketua / tetua mereka yang bernama Andi Hakim kalau gak salah, saya meminta supaya kalau ada kegiatan yang dilakukan membawa nama Dayak untuk meminta izin dari Dewan Adat Dayak DKI Jakarta & ikut sertakan juga DAD DKI Jakarta, tapi sepertinya cuman di anggap sebelah mata, ini harus di bahas supaya mereka yg membawa nama Dayak tidak merusak nama Dayak itu sendiri” ucap Yohanes Nabau.
Dikatakan Yohanes Nabau dan Husen, keberadaan Dewa Datuk Panglima ini cukup eksis juga, dalam acara-acara, pergelaran lainnya di Jakarta, serta dengan jelas mereka mengatasnamakan Dayak padahal selama ini mereka tidak pernah berkolaborasi mengenal DAD Jakarta.
“Kami yang sebagai masyarakat dayak yang berdomisili di Jabodatabek merasa risih dengan sekolompok orang yang mengatas namakan dayak tapi tidak sesuai denga ritual dan adat Dayak yang asli yang turun temurun dari leluhur kami” tutup Husen.
(Rd)