25.3 C
Singkawang
More
    BerandaSpiritualPeduli Kepada yang Sakit

    Peduli Kepada yang Sakit

    Penulis | Pdt. Paran Sakiu, S.Th

    “Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.” Matius 8:6.

    Setiap orang ada kalanya jatuh sakit. Ada yang sakitnya serius ada yang biasa saja. Berkenaan dengan kesembuhan ada yang cepat sembuh ada yang lambat bahkan ada yang tidak sembuh sama sekali. Dari segi penangan ada yang penanganannya melalui medis ada yang menggunakan pengobatan alternatif. Ada yang tidak ditangani sama sekali.

    Penyakit yang didertita pun beragam penyebabnya. Ada yang sakit karena bawaan. Alergi. Ketularan. Gaya hidup. Radiasi. Kuasa kegelapan. Ada juga karena hidup dalam dosa. Ada lagi karena daya tahan tubuhnya yang memang lemah.

    Alkitab mengisahkan ada seorang hamba yang berada di rumah seorang perwira. Ia sakit lumpuh dan menderita karena kelumpuhannya. Tidak dikisahkan seperti apa penderitaan dan sudah berapa lama kelumpuhannya. Yang dikisahkan bagaimana seorang perwira memiliki kepedulian yang tinggi kepada orang lumpuh tersebut.

    Dengan iman, perwira tersebut datang kepada Yesus Kristus. Ia datang dengan memohon supaya hambanya disembuhkan dari penyakit yang ada. Hamba tersebut sembuh karena perwira yang merupakan majikannya peduli atas dirinya yang sakit.

    Mereka yang sakit serius pasti menderita. Mereka membutuhkan kepedulian dari orang yang sehat. Terutama dari orang yang berada disekitarnya. Tidak sedikit orang yang sakit akhirnya sembuh dari penyakitnya karena ada yang memperdulikan.

    Bentuk kepedulian itu beragam. Ada yang mencarikan obat. Mendampingi. Membawa ke rumah sakit. Membelikan buah. Membesuk. Memberikan uang. Berkata-kata yang sopan. Menghiburkan. Menguatkan. Mendoakan dan lain sebagainya.

    Mari setiap kita memiliki kepedulian yang lebih lagi kepada mereka yang sakit. Mereka itu mungkin saja anggota keluarga kita. Sahabat kita. Tetangga kita. Guru kita. Sesama jemaat. Rekan sekerja kita. Pimpinan  kita dan masih sederet sebutan lainnya. Adakah kepedulian itu dalam diri kita? Waktu jugalah yang akan menjawab.

    ***

    Bionarasi

    paran

    Paran Sakiu, S.Th. dilahirkan di Mentonyek pada 19 Maret 1971. Guru PAK di SMPK Rahmani, pegiat literasi.

    Gembala Sidang GKRI Epifania Penjaringan, Jakarta Utara.

    Menulis dan menerbitkan buku:

    1. Menimba dari Sumur Yakub (Tangerang, 2019)

    2. Kumpulan Cerpen: Hari Terakhir (Tangerang, 2020)

    Aktif menulis untuk www.detikborneo.com.

    Menikah dengan Okseviorita dan telah dikarunia tiga orang anak, menetap di penjaringan, Jakarta Utara.

    Artikulli paraprak
    Artikulli tjetër

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita