
Kuala Lumpur, detikborneo.com — Ada pemandangan menarik dalam perayaan Open House Gawai Dayak 2025 yang digelar Kementerian Kerja Raya (KKR) Malaysia, Rabu (18/6/2025). Tidak tanggung-tanggung, Perdana Menteri Malaysia YAB Datuk Seri Anwar Ibrahim hadir langsung di tengah masyarakat Dayak, didampingi Wakil Perdana Menteri YAB Dato’ Sri Haji Fadillah Haji Yusof, serta jajaran menteri dan pejabat tinggi negara.
Suasana hangat dan penuh persaudaraan tampak di Kompleks Kerja Raya Malaysia. Menteri KKR, YB Dato’ Sri Alexander Nanta Linggi—seorang tokoh Dayak Iban—menyambut langsung para tamu. Gawai Dayak di Malaysia kini tak sekadar perayaan etnis, melainkan telah menjadi bagian penting dari panggung budaya nasional.

Sebagai masyarakat Dayak di Indonesia, tentu kita merasa bangga melihat saudara-saudara Dayak di Malaysia mendapatkan tempat yang terhormat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, di sisi lain, hal ini juga mengundang refleksi yang dalam.
Di Indonesia, jangankan Presiden atau Wakil Presiden, kehadiran Menteri Pariwisata dan Kebudayaan saja dalam perayaan Gawai Dayak atau Naik Dango sangat langka. Bahkan banyak perayaan di tingkat provinsi atau nasional hanya dihadiri pejabat daerah atau birokrat menengah. Padahal, di negeri ini, masyarakat Dayak adalah bagian sah dan berkontribusi nyata bagi NKRI — dari masa perjuangan kemerdekaan hingga pembangunan masa kini.

Sudah saatnya pemerintah pusat di Indonesia memberikan perhatian yang lebih serius terhadap kekayaan budaya Dayak — bukan sekadar seremonial, tetapi sebagai bagian utuh dari nation branding Indonesia sebagai negara yang majemuk, berbudaya tinggi, dan menghormati keberagaman.
Apalagi kini Indonesia tengah membangun Ibu Kota Nusantara (IKN) di tanah Kalimantan. Pertanyaannya: apakah warisan dan budaya Dayak akan benar-benar menjadi bagian penting dari identitas IKN? Ataukah hanya sekadar pelengkap di brosur pariwisata?

Malaysia hari ini telah menunjukkan bahwa pengakuan terhadap budaya Dayak bisa diwujudkan lewat tindakan nyata. Kita berharap, ke depan, Indonesia pun bisa mengambil pelajaran.
Hari Gawai Dayak bukan hanya milik masyarakat Dayak — ia milik kita semua yang bangga pada kekayaan budaya bangsa.
Gayu Guru Gerai Nyamai, Senang Lantang Nguan Menua!
Ohhaaaaaa…!
Adil Ka’ Talino, Bacuramin Ka’ Saruga, Basengat Ka’ Jubata.
Arus… Arus… Arus…! (Bajare007)