| Penulis: R. Masri Sareb Putra
Resensi berasal dari kata Latin, “recentio” yakni menimbang, melihat kembali, dan menilai suatu karya –lazimnya buku, film, kaset, dan karya cipta lainnya.
Dalam khasanah Indonesia, resensi dikenal pula sebagai: rehal, timbangan buku, bedah buku, perbincangan buku, dan sebagainya, Itulah sebabnya, dalam resensi, ada objek yang dipandang.
Tidak hanya Buku
Dalam praktiknya, objek resensi bukan hanya buku.
Tidak syak, resensi kini menduduki tempat yang cukup strategis dalam sebuah media. Jika dikelola dengan baik, niscaya resensi dapat menjadi salah satu rubrik yang menarik. Kehadirannya pasti ditunggu-tunggu pembaca, terutama mereka yang tidak mempunyai waktu secara khusus untuk membaca (buku), memirsa (TV/film), menonton dan mendengar (CD), serta mendengar (kaset).
Dengan diresensinya objek-objek itu, pembaca jadi tahu perkembangan terbaru. Selain memperoleh secuil pengetahuan, ia juga memperoleh patokan mengenai mutu objek yang diresensi. Sebab sering media tertentu dengan jelas melakukan penilaian, untuk seterusnya menganjurkan atau tidak menganjurkan pembaca membaca/memirsanya.
Pada awal mula, objek resensi sebatas pada buku saja. Namun, hari ini kita menyaksikan, tidak hanya buku yang diresensi. Film, sinetron, CD, bahkan kaset pun diresensi. Metode dan caranya sama dengan merensi buku.
Setidaknya, terdapat tujuh nama untuk resensi.
– Rehal
– Book review
– Tinjauan buku
– Ulasan buku
– Bedah buku
– Timbangan buku
– Pustaka
Bagaimana Menulis Resensi?
Resensi yang baik dan memikat tidak asal ditulis. Ada tahap-tahap yang mesti dilalui. Bagaimana menulis resensi?
1. Baca seluruh buku untuk memperoleh gambaran menyeluruh, atau pemandangan umumnya.
2. Baca dulu pengantar dan pendahuluan untuk memperoleh gambaran kasar.
3. Catatlah kelebihan/kekurangannya.
4. Lihatlah, apakah materi sudah benar?
5. Bandingkan dengan karya lain yang sejenis: apakah karya yang tengah Anda baca lebih baik, atau lebih buruk?
6. Cermatilah, adakah unsur-unsur baru dan menarik di dalamnya?
7. Apakah pembahasannya tuntas, ataukah justru meninggalkan persoalan?
8. Bagaimana gaya bahasanya?
9. Telitilah penggunaan ejaan. Apakah sudah sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD)?
10. Bagaimana penampilan fisiknya? Menarik? Tidak menarik?
11. Apa saran/anjuran Anda pada pembaca?
Sekarang kesebelas langkah sudah Anda lakukan. Anda pun telah mencatat semuanya dalam secarik kertas. Buramnya siap di tangan. Persoalannya sekarang: bagaimana menuangkannya ke dalam tulisan?
Menulislah sebagaimana Anda bicara! Apa yang mengalir dari otak, rekam, dan catatlah segera! Jika sudah mencapai 3-5 halaman, berhentilah, sebab tulisan Anda sudah kepanjangan. Berarti, ada bagian-bagian yang perlu Anda buang (edit). Untuk itu, pilihlah yang dianggap kurang penting.
Sebelum dianggap final, cermatilah, apakah masih ada hal yang dianggap penting, yang ketinggalan. Urutkanlah dan luruskan logikanya. Buatlah bahasan secara proporsional. Jangan sampai, pengantar lebih panjang dari pembahasan.
Seberapa panjangkah resensi yang ideal? Tak ada batasan untuk itu. Namun, lazimnya panjang sebuah resensi maksimal 3 halaman kuarto, ketikan 1,5 spasi. Untuk media digitral, idealnya maksimal panjang Resensi 500 kata saja. Ini sudah memperhitungkan ilustrasi (foto objek). Cermati, apakah masih ada yang ketinggalan.
Format Resensi
Format resensi lazimnya sebagai berikut.
1. Judul resensi.
2. Buatlah frame-nya sbb:
3. Frame/format
Judul buku : …………………………………………………
Penulis : …………………………………………………
Penerbit : ………………………, kota terbitnya (….), tahun (….).
Tebal : … halaman.
Harga buku : Rp xxxxxx
4. Ulasan.
5. Di akhir tulisan, dicantumkan nama peresensi. Misalnya, (Anna Karenina).
Nota bene:
Jika Anda ikut Sayembara menulis Resensi, pelajari. Ikutilah dengan saksama kriteria yang diminta Panitia. Jangan melanggar!
***
Bionarasi
R. Masri Sareb Putra, M.A., dilahirkan di Sanggau, Kalimantan Barat pada 23 Januari 1962. Penulis Senior. Direktur penerbit Lembaga Literasi Dayak (LLD). Pernah bekerja sebagai managing editor dan produksi PT Indeks, Kelompok Gramedia.
Dikenal sebagai etnolog, akademisi, dan penulis yang menerbitkan 109 buku ber-ISBN dan mempublikasikan lebih 4.000 artikel dimuat media nasional dan internasional.
Sejak April 2021, Masri mendarmabaktikan diri menjadi Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PPM), Institut Teknologi Keling Kumang.