28.1 C
Singkawang
More
    BerandaBeritaPasca Banjir Sintang, Kebanjiran Kunjungan Pejabat

    Pasca Banjir Sintang, Kebanjiran Kunjungan Pejabat

    Catatan Redaksi

    Banjir Sintang 2021 cukup menguras energi! Bicara Sintang kita ingat peristiwa kasus 6 Peladang yang didakwakan sebagai pelaku KARHUTLA, namun tidak terbukti dan divonis bebas oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sintang (9/3/2020). Lalu bulan oktober-november 2021 di Kabupaten Sintang yang selalu diidam-idamkan sebagai calon Ibukota Provinsi Kapuas Raya di selimuti air, dari 14 kecamatan, ada 12 kecamatan terendam banjir.

    Rektor Universitas Kapuas Sintang, Dr. Antonius, S.Hut., MP., menerangkan bahwa banjir di Sintang yang telah berlangsung sekitar 5 (lima) pekan ini telah mengundang para netizen untuk beropini tentang berbagai penyebab terjadinya banjir. Ada yang beranggapan bahwa konversi lahan yang berlebihan, ada yang mengatakan karena aktivitas illegal yang menyebabkan pendangkalan sungai, ada yang mengatakan hutan sudah berkurang dan lain-lainnya, tegas Doktor ilmu lingkungan alumni Univeristas Brawijaya ini.

    Menurutnya berdasarkan informasi dari para sesepuh, bahwa banjir di Sintang selama kurang lebih 60 tahun terakhir ini ada beberapa kali banjir besar. Banjir terbesar pada Tahun 1963 dan tinggi permukaan air saat itu masih di atas air banjir tahun 2021 ini. Selain itu, pernah banjir cukup besar pada Tahun 1955, lalu Tahun 1983 dan Tahun 2010. Namun pada Tahun 2010 akses jalan Nasional (Jalan Lintas Melawi dan Jalan Kelam di Akcaya 1) masih bisa dilewati oleh kendaraan, ungkapnya.

    Menurut dosen dan peneliti di bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Dr Antonius menjelaskan bahwa Banjir tahun 1963 terjadi pada saat kondisi hutan masih utuh, belum ada perkebunan kelapa sawit, transmigrasi, pertambangan, dan juga belum ada perusahaan penebangan kayu. Berangkat dari kondisi banjir Tahun 1963 dan dicoba untuk ditarik garis penghubung pada kejadian banjir Tahun 2021 ini, tentu akan membuat banyak opini bisa termentahkan, bahkan paling tidak akan menjadi alasan pembenaran atas beberapa kegiatan pembangunan. Namun perlu kita ketahui, bahwa apapun aktivitas pembangunan sudah dipastikan memberikan dampak positif maupun dampak negatif. Pada saat dimana kondisi sudah melebihi daya dukung dan daya tampung lingkungan, maka kejadian yang tidak diinginkan pun akan terjadi.

    Menurut Rektor Unka Sintang ini, disayangkan, hingga saat ini data tentang curah hujan, baik intensitas maupun frekuensi kejadian turunnya hujan pada setiap tahun kejadian banjir, khususnya tahun 1955, 1963, 1983 belum bisa didapat guna untuk membandingkan dengan data curah hujan tahun 2010 dan 2021. Ketika data curah hujan dari sejak tahun 1955 tersedia, maka akan membantu untuk menentukan apakah konversi lahan, penebangan kayu, tambang illegal dan lain-lainnya menjadi faktor paling dominan menjadi penyebab banjir Tahun 2021.

    Menurut Ahli ilmu Lingkungan Universitas Kapuas Sintang ini, mengatakan bahwa terlepas dari itu semua, secara umum ada beberapa kemungkinan penyebab terjadinya banjir di Kabupaten Sintang Tahun 2021 ini, antara lain:

    1. Curah Hujan Tinggi” Tingginya curah hujan yang terjadi, berdampak pada meningkatnya volume air di daratan. Jika air tidak bisa terserap dengan sempurna oleh tanah atau dialirkan ke sungai, kondisi ini bisa menjadi penyebab banjir bandang, terutama di area perbukitan,
    2. Daerah Dataran Rendah/Daerah Resapan Air: Daerah dataran merupakan daerah penampung air, terutama sebelum air dapat mengalir melalui sungai-sungai yang memiliki tampungan terbatas. Kota Sintang, sebagian besar merupakan daerah rendah dan menerima kiriman air dari berbagai daerah perhuluan yang memiliki banyak anak-anak sungai besar dan danau besar. Tidak sedikit rumah penduduk yang langganan banjir tahunan, karena berada di daerah dataran rendah dan tangkapan air.
    3. Adanya Penebangan Hutan; Penebangan hutan secara besar-besaran akan berdampak besar terhadap kemampuan tanah menyerap air, karena hutan dapat membantu penyerapan air hujan secara besar-besaran oleh tanah. Apabila hutan gundul, maka daya serap tanah berkurang karena terjadi pemadatan tanah yang akan mengakibatkan besarnya aliran permukaan run off), Ungkap Antonius. Selain itu Dr Lingkungan untka Sintang ini mengatakan bahwa Banjir Sintang tahun 2021 ini juga dikarenakan faktor seperti;
    4. Salah Sistem Kelola Tata Ruang; Kesalahan pada sistem tata kelola ruang di daerah perkotaan biasanya seringkali menyebabkan sering terjadinya banjir. Dengan adanya kesalahan tersebut, biasanya air akan sulit menyerap ke dalam tanah dan menyebabkan aliran air menjadi lambat. Sementara pada musim penghujan, air yang datang ke daerah tersebut akan lebih banyak jumlahnya dari biasanya sehingga dapat cepat menyebabkan banjir,
    5. Tanah Tidak Mampu Menyerap Air; Ketidakmampuan tanah dalam melakukan penyerapan air biasanya disebabkan karena berkurangnya lahan hijau atau lahan terbuka lainnya yang ada di perkotaan. Hal tersebut mengakibatkan air masuk ke dalam saluran, sungai, danau, ataupun selokan. Apabila tempat-tempat tersebut sudah meluap, dapat dipastikan bahwa air yang meluap mengakibatkan banjir. Dari apa yang disebutkan oleh Reektor Unka sintang tersebut, bahwa kondisi di Kota Sintang yang masih merupakan kota kecil, tentu hal sepertinya tidak begitu berdampak signifikan. Namun lebih ditentukan oleh kiriman air di perhuluan yang kemungkinan bahwa: a). Kapasitas Sungai Terbatas; Sebagian besar daerah Kalimantan Barat di kenal dengan DAS Kapuas yang juga dialiri oleh Sungai Kapuas sepanjang 1.143 Km. Sungai Kapuas memiliki sub das yang secara keseluruhan mengalir ke Sungai Kapuas, sehingga apabila terjadi curah hujan merata di seluruh daerah perhuluan, maka Sungai Kapuas tidak akan mampu menampung volume air hujan yang berasal dari berbagai anak sungai yang secara keseluruhan menuju sungai Kapuas, b). Gas Rumah Kaca; Ada beberapa dampak buruk akibat polusi udara, seperti meningkatnya karbon dioksida dan perubahan cuaca ekstrem. Selain itu, asap industri juga dapat membuat pemanasan global, yang akhirnya bisa menjadi penyebab terjadinya banjir, demikian analisa saya uncap Dr. Antonius, S.Hut,MP.

    Pacsa banjir sintang 2021 ini, Kabupaten Sintang kebanjiran Kunjungan pejabat Negara Ungkap Victor Emanuel,SH,MH,CLA. Menurut Dosen Fakultas Hukum Universitas Kapuas Sintang Bencana banjir Sintang tahun ini semua pihak harus ambil hikmahnya. Kita berterima kasih pada Pemerintah di semua level (pusat dan daerah), termasuk Wakil Rakyat di DPR RI asal Sintang bapak Lasarus, S.Sos, M.Si tidak tutup mata atas peristiwa banjir Sintang yang kurang lebih hampir satu bulan merendam bumi Sintang, buminya Bujang Sebeji ini, ungkap Victor Emanuel.

    Dari pengamatan kami, menurut Victor Emanuel yang juga selaku Wakil sekretaris 1 Ikatan Dosen katolik (IKDKI) wilayah Kalbar ini, mengatakan pada awak media, bahwa dengan peristiwa banjir Sintang telah banyak pejabat sambangi banjir Sintang, yakni; wakil Gubernur kalbar Ria Norsan pada (28/10/2021), Gubernur Kalbar Sutarmidji pada (2/11/2021), Menteri Sosial RI Ibu Tri Rismaharini untuk menyerahkan bansos korban banjir yang didampingi Lasarus selaku ketua komisi V DPR RI pada (3/11/2021), Kepala BNPB RI Letjen TNI  Ganip Warsito pada (9/11/2021), Menteri PUPR RI bapak Basuki Rachmat yang didampingi Ketua Komisi V DPR RI Lasarus kunker pada (18/11/2021) sekaligus menyerahkan paket bansos dari Presiden RI, pada awak media menteri PUPR mengatakan bahwa jangka pendek pasca penanganan banjir Sintang akan dipasang geobag pada titik tertentu, Kepala BNPB RI (yang menggantikan Letjen TNI Ganip Warsito), Mayjen TNI Suharyanto pada (20/11/2021), Sekjen Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Bambang Hendroyono yang didampingi Gubernur Kalbar Sutarmidji pada (25/11/2021), Hari ini senin (6/12/2021) Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup RI Ibu Siti Nurbaya dan Wakil Menteri KLH RI Dr. Alue Dohong (Putera suku Dayak Uut Danum asal Kalteng) juga tiba sambangi Sintang, dan menurut informasi dari pada (rabu,8/12/2021) Presiden RI Joko Widodo direncanakan kunjungan kerja ke Kabupaten Sintang.

    Dan masih menurut Victor Emanuel, bahwa  wujud kepedulian pejabat terhadap pasca bencana banjir Sintang tahun 2021 patut di apresiasi, selain  solidaritas aksi kemanusiaan untuk korban banjir mengalir tak terbendung seperti air sungai Kapuas dan sungai melawi yang membajiri posko bantuan banjir ini juga luar biasa ungkap Victor, dimana-mana muncul posko korban bantuan banjir seperti;  Posko Bantuan korban Banjir Kuskupan Sintang, Posko Lasarus Peduli korban banjir Sintang, posko korban banjir DAD Kab. Sintang, Posko korban bajir ISKA Kab. Sintang, Posko Korban banjir LSM JELAS (JEMELAK LESTARI) Akcaya 1 Sintang.

    Menurut Ketua Lembaga Jemelak Lestari (JELAS) Larry Hans Santy dengan sapaan akrabnya Didink pada awak media, mengatakan dalam penanganan banjir Sintang, harus hati-hati menentukan pilihan kebijakannya, wilayah sintang ini dilalui 2 sungai besar (sungai Kapuas dan Melawi), daerah kita dijuluki wilayah seribu sungai, karena banyak sungai kecil yang bermuara ke 2 sungai tersebut, tegasnya. Dikatakannya seperti sungai Jemelak yang merupakan sungai dalam pengawasan Lembaga JELAS (JEMELAK LESTARI) muaranya juga ke Kapuas, dan masih banyak sungai-sungai kecil lainnya, ungkapnya. Maka tolong Pejabat ambil kebijakan sesuai kondisi geografi, topograpi Sintang, terangya. Terkait pemasang geobag, menurutnya perlu ditinjau kembali, apakah tepat kebijakan itu untuk kabupaten Sintang sebagai solusi jangka pendek dalam penanganan pasca banjir!

    Menanggapi muncul ide dan usulan penanganan pasca banjir Sintang, Victor Emanuel selaku anggota Asosiasi Auditur Hukum Indonesia (ASAHI) dengan gelar CLA (Certifate Legal Auditor), mengatakan Negara melalui para pejabat harus hadir nyata (riil) dan kebijakan yang diambil harus berdaya guna dan berhasil guna tegasnya, kalau dalam perspektif ilmu auditor hukum, victor Emanuel mengatakan kebijakan penanganan banjir Sintang itu Harus C & C artinya Clean and Clear (bersih dan benar), terang victor Emanuel. Banjir Sintang tahun 2021 ini menurut Dosen Fakultas Hukum Unka Sintang, yang pernah memberi kuliah Hukum Lingkungan, menerangkan bahwa fenomena banjir Sintang itu, ada 3 hal yang harus menjadi fokus kajian para stakeholder, yakni Daya Dukung (D), Daya Tampung (T), dan Daya Lenting (L) disingkat DTL dari kondisi sungai dan alam sekitar nya  harus jadi perhatian utama, dan yang terpenting dalam menemukan penyebab banjir Sintang, kemudian pasca penanganan banjir melibatkan masyarakat lokal merupakan keharusan/kewajiban, tegas victor Emanuel.

    Dibalik semua kejadian banjir Tahun 2021 di Sintang ini, ada banyak pembelajaran positif yang dapat kita petik, antara lain tingginya tingkat kepedulian masyarakat kepada sesama yang tertimpa bencana banjir. Beberapa hari penulis mencoba mengumpulkan beberapa opini dari berbagai masyarakat yang di jumpai, yaitu tingginya kepedulian kepada sesama yang menderita tertimpa bencana banjir, antara lain bermunculannya posko peduli banjir yang setidaknya tercatat 33 posko di Kecamatan Sintang dan sekitarnya. Ada yang menyediakan tempat pengungsian sekaligus dapur umum, ada yang hanya dapur umum selanjutnya mengedarkan makanan kepada masyakat yang terdampak banjir. Posko-posko bantuan didirikan oleh semua lapisan masyarakat, bahkan mulai dari sekolah-sekolah, perguruan tinggi, organisasi masyarakat, perusahaan, partai politik, lebih-lebih pemerintah yang memang menjadi domainnya, ungkap Rektor Universitas Kapuas Sintang. Menurutnya ada juga masyarakat yang justru memperoleh manfaat atas bencana banjir, yaitu para penyedia jasa transportasi dengan biaya yang membengkak, bahkan ada relawan yang menyumbangkan nasi bungkus kepada masyarakat terdampak banjir yang masih bertahan di rumah, relawan harus membayar mahal kepada penyedia sampan, bahkan menurut info di dapat dalam satu hari (±6 jam) dikenakan tarif hingga Rp 700.000,-. Ini tentu dilakukan segelintir orang diantara para penyedia transportasi gratisan, terhadap hal seperti ini ke depannya, sebagai bentuk mitigasi bencana banjir khususnya, diharapkan pemerintah dapat hadir secara penuh lewat kebijakan penanggulangan bencana banjir yang dapat membantu masyarakat secara luas dan bahkan menyeluruh. Antara lain menyediakan sampan minimal satu buah untuk setiap RT terdampak banjir. Mengingat masyarakat di Sintang cukup familiar dengan banjir. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang enggan mengungsi dan memilih tetap tinggal di rumahnya. Kondisi pemukiman masyarakat yang cukup banyak berada di bantaran sungai dan daerah rendah bukan disebabkan oleh lahan yang sempit seperti di kota-kota besar, melainkan karena sudah secara turun temurun menempati bantaran sungai, ini juga berkaitan dengan jaman dahulu arus transportasi mengandalkan jalur sungai sehingga pemukiman sudah sejak lama ada. Ini berkaitan erat dengan kelak jika dilakukan peninjauan tata ruang terkait letak pemukiman hendaknya tetap mempertimbangkan keamanan dan kearifan local, terang Antonius.

    Ahli Ilmu Lingkungan Universitas Kapuas Sintang Dr. Antonius, S.Hut. MP mengatakan bahwa secara umum ada 2 cara dalam pencegahan dan penanggulangan yang dapat dilakukan,  yaitu; 1). secara civil engineering dan bio engineering,artinya ;ada banyak tindakan yang dapat dilakukan, seperti peningkatan badan jalan, pembangunan fly over, pengerukan sungai, pembuatan bendungan, pembuatan embung pada daerah-daerah tangkapan yang sudah ada aktivitas pembangunan dan sebagainya, kemudian yang ke 2) secara bio engineering atau rekayasa hayati dapat menjadi salah satu solusi jangka panjang, seperti penanaman pohon di catchment area, daerah terjal, perbukitan gundul, bekas tambang dan lain sebagainya melalui tindakan pemilihan jenis yang tepat.

    Menanggapi rencana pemasangan geobang. Dr. Antonius mengatakan, bahwa ini wujud adanya upaya pemerintah untuk tindakan darurat dalam jangka pendek sebagai salah satu solusi mengatasi dampak banjir yang berfokus pada wilayah padat penduduk dan pusat ekonomi. Tindakan ini sebagai langkah antisipasi atas ramalan cuaca yang diprediksi semakin ekstrim hingga puncak di bulan januari-Februari 2022. Geobag atau geotube akan dilengkapi dengan fasilitas lain berupa pompa untuk menyedot air dari arah daratan menuju sungai. Atas rencana ini, telah menjadi trending topik pembicaraan di berbagai tempat, baik yang pro maupun yang kontra. Terlepas dari itu semua, bahwa geotube atau geobag berfungsi sebagai pengontrol erosi oleh gelombang, terutama dampak dari gelombang saat terjadi pasang air laut. Tindakan darurat ini selain melakukan pemasangan geobag atau geotube, sebaiknya pemerintah menyediakan sampan minimal satu buah untuk setiap RT sebagai antisipasi kalau-kalau geobag atau geotube tidak dapat berfungsi secara maksimal, terang Rektor Univeritas Kapuas Sintang. (laporan Tim Redaksi dari Sintang-Kalbar).

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita