| Penulis: Hertanto
SPIRIT DOLL?
Dari namanya terkesan baik yah…
Spirit = Roh
Doll = Boneka
Namun bila kita ketik kata “SPIRIT DOLL” di google akan muncul berita seputar boneka ini, dan sebutan trending di Indonesia adalah Boneka Arwah.
Mungkin saya sebagian kecil penduduk di negeri ini yang terlambat menyadari adanya sebuah fenomena yang sedang terjadi di bumi Nusantara. Hal ini baru diketahui ketika berseliwerannya berita mengenai beberapa artis yang memiliki boneka ini di beranda Facebook saya. Tidak hanya dimiliki, tapi boneka tersebut diasuh sedemikian rupa oleh si pemilik. Bahkan ada yang sampai menggunakan jasa babysitter dan diperlakukan layaknya seorang bayi yang memiliki nyawa. Mereka menyiapkan kamar khusus bagi “anaknya” itu.
Aneh? Itulah yang terjadi…
Dengan rasa penasaran, saya mencoba mencari tahu tentang boneka arwah dan siapa saja yang memilikinya.
Musim Boneka Arwah. Yah… begitulah kira-kira label yang saya berikan. Sama halnya beberapa bulan yang lalu saat musim ikan cupang. Sebagian besar orang membelinya sekalipun harganya fantastis. Begitu pula saat musim burung, hal yang sama dilakukan oleh sebagian besar orang untuk membeli dan memeliharanya. Teringat juga saat musim batu akik. Batu akik yang biasanya hanya lima puluh ribu rupiah, tiba-tiba melesat tajam. Memang batu akik itu banyak jenisnya, namun yang mau disampaikan adalah saat musim batu akik tiba, batu akik yang semula harganya biasa saja, bisa naik sekian puluh bahkan sekian ratus kali lipat. Hukum ekonomi terjadi. Semakin banyak permintaan, semakin tinggi pula harga jual.
Lalu apa bedanya antara musim ikan cupang, musim burung, musim batu akik dengan musim boneka arwah? Bukankah musim yang dimaksud memiliki keunikannya masing-masing? Bila dikatakan “musim” bukankah artinya musim seperti itu ada masanya? Lalu salahkah mereka yang memiliki boneka arwah? Apakah mereka sekedar ikut-ikutan? Apakah demi sebuah popularitas? Ataukah mereka benar-benar “menjiwai” saat memiliki dan merawatnya? Inilah yang menjadi titik renungan kita.
Melansir berita dari https://inet.detik.com bahwa spirit doll sudah ada sejak zaman dulu dan banyak bentuknya. Ada yang berupa patung, boneka dan voodoo. Di Roma, boneka dulunya kerap dipakai untuk ritual magis guna terhubung dengan dewa atau dewi. Begitu juga di Mesir era dulu, boneka dipakai untuk pelepasan spiritual atau upacara keagamaan. Fakta lainnya bahwa sebelum di Indonesia, spirit doll pernah viral di Thailand dengan keyakinan membawa keberuntungan. Di Thailand pun, orang-orang memanjakan dan memperlakukan boneka arwah dengan baik. Biasanya, boneka arwah akan dibawa ke seorang biksu untuk didoakan dan melakukan upacara. Ritual tersebut dipercaya sebagai usaha menghidupkan boneka atau mengisi boneka tersebut dengan roh. Melengkapi informasi tersebut, https://merdeka.com menyampaikan bahwa tren memelihara spirit doll ini berkembang sekitar tahun 2016 di negara Thailand dengan nama Luk Thep atau malaikat anak. Sebagian besar warga yang memiliki boneka arwah ini meyakini bahwa spirit doll tersebut memiliki kekuatan supranatural atau pembawa keberuntungan.
Fakta tersebut tidak dapat dipungkiri ada dan nyata. Itu terjadi di luar Indonesia. Bagaimana fakta yang terjadi di Indonesia?
Ingat betul saat saya kecil. Ketika jaga malam, tetangga saya pernah melakukan ritual Jelangkung di jalan yang kami sebut gang. Maklum, begitulah kehidupan di perkampungan kota Jakarta. Saya terbangun karena berisiknya suara orang-orang dewasa saat itu. Dengan mata kepala sendiri bagaimana saya menyaksikan orang-orang dewasa berinteraksi dengan “alam lain” melalui keranjang yang dipakaikan baju kemeja dengan spidol diselipkan di antara lobang keranjang tersebut. Mereka bertanya, Jelangkung menjawab dengan menulisnya. Kedua orang memegang keranjang tersebut dan saat Jelangkung menulis, keranjang tersebut bergoyang-goyang mengikuti gerakan sesuai kata yang hendak ditulis Jelangkung.
“Datang tak diundang pulang tak diantar”, kalimat itulah yang menggema di otak saya hingga kini. Bila orang Indonesia mendengar kalimat itu, saya yakin dan percaya akan langsung teringat dengan Jelangkung. Bahkan Jelangkung telah dijadikan judul film.
Kembali pada spirit doll kekinian. Di kalangan selebritas, fenomena ini diketahui mulai ramai di pertengahan tahun 2021 dan semakin booming di akhir tahun bahkan hingga hari ini, meskipun beberapa dari mereka mengaku sudah “mengasuh” boneka itu sejak lama. Apa yang membuat boneka arwah menjadi populer? Karena yang memilikinya publik figur. Mereka secara otomatis menjadi influencer bagi masyarakat.
Masih ingat dalam benak kita tentunya, beberapa waktu lalu sesuatu yang mengerikan terjadi di Jakarta. Seorang anak yang masih SMP diberitakan tega membunuh teman mainnya yang baru berusia 6 tahun. Saat diinterogasi polisi, remaja itu mengaku gemar menonton Chucky dan Slender Man. Oleh karenanya ia tidak merasa bersalah dan merasa puas atas apa yang telah dilakukannya terhadap teman mainnya itu.
Kekuatiran inilah yang hinggap di pikiran saya saat ini. Tanpa sadar, apa yang terus menerus kita lihat bisa sangat memengaruhi pikiran kita yang akhirnya dikuasai dan dikendalikan olehnya. Begitu pula dengan Boneka Arwah yang sedang populer saat ini.
Alkitab mencatat bahwa Allah sendiri berkata pada Yosua agar merenungkan firman TUHAN siang dan malam, supaya Yosua bertindak hati-hati (Yosua 1:8). Bagian Alkitab lain berkata, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil” (Mazmur 1:1-3).
Hindarilah keinginan untuk memilikinya, apalagi melakukan hal yang sama seperti beberapa artis yang merawat dan mengasuhnya seolah-olah boneka itu memiliki nyawa.
Oleh sebab itu, berhati-hatilah dengan musim yang terjadi saat ini, MUSIM BONEKA ARWAH.
(Trust & Obey)
***
Bionarasi
Hertanto, S.Th., MACM, M.I.Kom., M.Pd.
Penulis merupakan Pendiri Ruhiman Ministry, sebuah lembaga yang bergerak di bidang Pewartaan dan Kegiatan Sosial.