Penulis | Drs. Herys Maliki
Di kampung-kampung. Pada zaman dahulu kala. Dan kini pun masih bisa dijumpai di beberapa tempat. Segala hewan ternak. Apa pun jenisnya. Dilepas bebas. Mencari makan di luar pagi harinya. Setelah petang, hewan-rumahan itu, kembali lagi.
Anehnya, setiap ternak mengenal tuan dan puannya. Dan sebaliknya.
Salah satu hewan piaraan setiap keluarga adalah ayam (gallus gallus domesticus). Ayam sebagai hewan domestikus, punya kebiasaan. Pagi-pagi buta sudah turun dari pohon tempat tidurnya untuk mencari makan. Sembari mengepak-ngepakkan sayap, “Kuk uk uuuuk!” Sembari sahut-sahutan satu sama lain. menandakan subuh jatuh.
Sebelum diberi sarapan pagi, dan kemudian mencari makan di luar rumah, biasanya si empunya berkata, “Kur…kur…kur…kur…kur!”. Lalu ayam-ayam berdatangan mengerubungi.
Di antara ayam-ayam itu, ada yang liar. Sulit untuk ditangkap. Terutama, jika diperlukan. Nah, bagaimana cara agar ayam menjadi jinak?
1. Saat ayam-ayam bergerombol makan. Maka pilihlah yang dipastikan liar untuk dijinakkan.
2. Tangkap yang dianggap liar itu.
3. Kepakkan.Buka sayapnya lebar-lebar.
4. Cabutlah bulu-bulu halus di bagian ketiaknya. (Orang Jangkang menyebutnya “buruh bolet” (bulu liar).
5. Lalu bagian ketiak ayam yang liar tadi diludahi. Sembari mengucapkan mantra ini, ”Piih…. piiih!”
6. Lalu lepaskan lagi, dong!
Begitu kembali pada petang harinya. Ditanggung ayam yang tadi liar, sudah: jinak.
***
detikborneo.com - Selasa, 13 Juli 2021, 04.05 WIB