25 C
Singkawang
More

    ARA

    | Penulis: Drs. Herys Maliki

    Ara.

    Di bumi Borneo. Khususnya di Kalimantan Barat. Akar, pohon, serta buah kayu raksasa ini amat mashyur. Betapa tidak!

    Ia termasuk pohon menyimpan sejuta pesona. Bukan hanya manusia mengagumi, sekaligus merasa “ngeri ngeri sedap” berada di bawah naungan dan dekat dengannya.

    Jika berbunga dan berbuah. Ara menjadi tempat yang menarik bagi segala jenis satwa mencari makan. Mulai hewan melata. Hingga unggas di udara. Mulai dari monyet. Hingga manusia.

    Oooooo kayu ara

    o…. si kayu ara……

    Begitu kayuara didendangkan dalam larik dan irama jonggan (Kanayatn) dan kondan orang Bidayuh.

    Sungguh, ara tiada tara.

    Namun, seperti apa morfologi ara?

    Istilah umum/Bahasa Indonesia                     : Ara (Hutan) atau Loa

    Nama Ilmiah/Latin                                         : Ficus

    Untuk mengenal ara, perlu kiranya menjelajah pustaka. Kita tahu bahwa ficus (/ˈfɪkʊs/) adalah genus tumbuh-tumbuhan yang secara alamiah tumbuh di daerah tropis dengan sejumlah spesies hidup di zona ugahari. Terdiri dari sekitar 850 spesies. Adapun jenis-jenis ficus ini dapat berupa pohon kayu, semak, tumbuhan menjalar dan epifit serta hemi-epifit dalam familia Moraceae.

    Secara umum, jenis-jenisnya dikenal sebagai ara, pohon ara atau kayu ara (Mink. kayu aro; Sd. ki ara; bahasa Inggris: fig trees atau figs). Pohon tin (Common Fig; Ficus carica) adalah spesies yang banyak ditemukan di daerah Asia Barat Daya, Timur Tengah dan sekitar Laut Tengah (dari Afganistan sampai Portugal), dan dibudidayakan sejak zaman purba karena buahnya.

    Adapun buah yang dihasilkan kebanyakan spesies dapat dimakan, meskipun hanya mempunyai nilai ekonomi lokal. Ad apula yang tidak dapat dimakan. Manusia harus belajar darei hewan. Namun, buah-buah ini umumnya merupakan sumber makanan yang penting bagi banyak hewan liar. Jika hewan tidak memakannya, manusia juga jangan sekali-keli melebihi insting hewan, jika sedang kelaparan dan berada di hutan!

    Pohon-pohon ara juga berperan penting dalam kebudayaan baik karena nilai religinya, seperti halnya pohon beringin (F. benjamina) dan pohon bodhi (F. religiosa), maupun karena banyak kegunaan praktis yang dihasilkannya.

    Ara (Ficus) kebanyakan berupa tumbuhan tropis yang hijau sepanjang tahun dan menghuni berbagai relung ekologi, namun beberapa spesies yang menggugurkan daun tumbuh terbatas di daerah di luar wilayah tropis dan di dataran tinggi.[3]

    Jenis-jenis ara dikenali dari perbungaannya yang unik dan pola penyerbukannya (en:pollination syndrome) yang khas, yang melibatkan sejenis tawon dari familia Agaonidae untuk menyerbuki bunga-bunganya yang tertutup.

    Identifikasi jenis dari banyak spesiesnya agak sukar dilakukan, akan tetapi sebagai suatu kelompok, ara relatif mudah terbedakan dari jenis-jenis tumbuhan lainnya.[4] Banyak di antaranya yang memiliki akar gantung atau akar udara, bentuk perawakan yang khas; serta bentuk buah yang unik, yang membedakan kelompok ini dari tetumbuhan yang lain.

    Buah ara sebetulnya adalah karangan bunga tertutup yang dikenal sebagai bunga periuk (syconium). Disebut demikian karena bentuknya menyerupai periuk tertutup atau hampir tertutup, di mana pada dinding dalamnya berjejal-jejal kuntum-kuntum bunga ara yang berukuran amat kecil. Kelak, jika bunga-bunga ini telah berkembang menjadi buah, dengan ukuran yang sama kecilnya, barulah tepat dapat disebut sebagai buah, meskipun juga hanya buah semu.

    Ciri-ciri vegetatif, ara yang cukup khas. Di antaranya adalah adanya getah (lateks) putih hingga kekuningan, beberapa jenisnya dengan jumlah yang melimpah, yang keluar apabila bagian-bagian tumbuhan ara ini dilukai.

    Kuncup daunnya pada ujung ranting terlindungi oleh sepasang daun penumpu yang lekas rontok, meninggalkan bekas berupa cincin di buku-buku rantingnya.

    Tulang daun lateral yang pertama cenderung lurus dan menyudut terhadap ibu tulang daun di bagian pangkal daun; membentuk pola tiga-cabang (tri-veined) yang khas. Getah putih dan sepasang daun penumpu yang meninggalkan bekas cincin juga merupakan ciri khas tumbuhan Moraceae.

    Ara.

    Demikian sekilas kisahnya. Mengapa tanaman raksasa, meski buahnya kecil ini, jadi legenda terutama di bumi Borneo.

    ***

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita