26 C
Singkawang
More

    Bangkol

    | Penulis: Drs. Herys Maliki

    Bangkol. Jangan ditanya dulu, “Pernahkah Anda makan buah tropis khas Borneo ini?” Jangan-jangan, mendengarnya saja belum. Karena itu, selesaikan membaca narasi ini. Hingga kata penutup.

    Etno-fruktulogi, atau buah tropis khas suatu kaum di suatu lokus tertentu, sungguh menarik. Bukan saja menimbulkan curiosity, keingintahuan. Namun, juga menimbulkan keinginmakanan.

    Seperti apa rupanya? Cita rasanya?

    Pasti menimbulkan rasa ingin tahu. Seperti Bangkol. Begitu orang Jangkang, rumpun suku Bidayuh memberi nama. Salah satu jenis rambutan-hutan khas bumi Borneo ini.

    Istilah umum/Bahasa Indonesia          : Rambutan Hutan/Tenggaring/Kapulasan

    Nama Ilmiah/Latin                              : Nephelium Ramboutan

    Tumbuhan Tenggaring dapat tumbuh dengan baik di daerah subur dengan kelembapan udara yang cenderung lembab. Habitat tumbuhan ini pada daerah dengan ketinggian antara 100 sampai 500 meter di atas permukaan air laut dengan curah hujan 3.000  mm per tahun.

    Selain di Kalimantan, tenggaring dapat ditemui diberbagai wilayah lain di Indonesia seperti Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.

    Selain itu, tumbuhan ini juga dapat dijumpai di Malaysia, Thailand dan Filipina. Tenggaring banyak tumbuh secara alami di hutan-hutan Kalimantan Tengah. Penampakannya yang mirip dengan rambutan. Dan tenggaring  termasuk dalam jenis rambutan hutan.

    Tenggaring atau dikenal juga dengan nama Kapulasan adalah flora yang merupakan identitas dari Kalimantan Tengah. Tenggaring atau Kapulasan ini terlihat sangat mirip dengan rambutan (Nephelium lappaceum) sebab memang masih memiliki hubungan kerabat yang dekat. Dan juga Tenggaring memang adalah jenis rambutan hutan yang banyak ditemukan dan tumbuh alami di hutan Kalimantan Tengah.

    Di Indonesia, tumbuhan ini dikenal pula sebagai kapulasan, pulasan (Sunda), tenggaring (Kalimantan Tengah), tukou biawak (Kubu), Molaitomo (Gorontalo), mulitan (Toli-toli). Selain kerap disebut dengan nama rambutan kafri dan juga rambutan paroh.

    Morfologi Tenggaring (Kapulasan)

    Pohon tenggaring (Nephelium ramboutan-ake) memiliki kemiripan dengan pohon rambutan sebab masih termasuk ke dalam satu marga. Tinggi pohon Kapulasan normalnya lebih pendek dari rambutan walaupun dapat mencapai tinggi sampai 20 meter. 

    Bentuk batang, dahan, percabangan, dan juga daun tenggaring tidak jauh berbeda dengan daun rambutan, hanya saja daun tenggaring memiliki ukuran yang lebih kecil. Panjang daunnya 4 kali lebarnya. Perbungaan tersusun malai yang ada di tiap ketiak atau agak ke bagian ujung ranting. 

    Buahnya tebal, bulunya keras, tegak, pendek serta tumpul. Kulit buah tebal berwarna kuning hingga berwarna merah tua. Bentuk buah seperti buah rambutan yakni bulat telur dan daging buahnya manis serta memiliki sedikit rasa asam. Daging buahnya umumnya agak sulit terlepas (nglotok) dari bijinya. 

    Tumbuhan khas Kalimantan Tengah ini tumbuh menyebar di beberapa daerah di Indonesia mulai dari pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, hingga pulau Sulawesi. Tidak hanya di Indonesia pohon kapulasan dapat pula ditemui di negara Malaysia, Thailand, serta Filipina. 

    Habitat yang cocok dan disukai oleh tumbuhan ini ialah wilayah subur serta cenderung lembab dengan curah hujan 3.000 mm per tahun. Serta tumbuh subur pada wilayah berketinggian antara 100 – 500 MDPL.

    Famili         : Sapindaceae (Lerak-lerakan)

    Genus         : Nephelium

    Ada istilah orang Jangkang “Balo’ Bangkol”, menggambarkan mata dan kelopak orang nangis hingga matanya sembab. Sedemikian rupa, sehingga mirip buah eksotik ini.

    ***

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita