
Kuching, Sarawak, detikborneo.com — Cendekiawan dan tokoh profesional Dayak Sarawak menyambut positif langkah Ikatan Cendekiawan Dayak Nasional (ICDN) dalam mendorong penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) Dayak Kalimantan di sektor industri minyak dan gas (migas) internasional.
Menanggapi rilis media bahwa Dr. (H.C) Drs. Cornelis, M.H. resmi menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Dewan Pimpinan Nasional (DPN) ICDN, seorang tokoh senior migas asal Dayak Sarawak, Jeff N. Uvang, menyatakan selamat atas terpilihnya Dr. (H.C) Drs. Cornelis, M.H. menjadi Ketua Dewan Pembina DPN ICDN dan terbentuknya struktur pengurus periode 2025-2030, serta berjanji siap mendorong dan membantu pengembangan SDM Dayak agar lebih berperan di sektor strategis ini.

Potensi besar masyarakat Dayak untuk berkiprah di industri migas memang telah lama diakui di Malaysia. Jeff, yang berpengalaman puluhan tahun sebagai pelatih dan spesialis Teknik Korosi & Material di industri migas Malaysia dan internasional, menilai inisiatif ICDN ini sangat strategis.
Meski kini telah pensiun dari dunia migas, Jeff tetap aktif di dunia profesional. Keahliannya masih sangat dibutuhkan dalam bidang Asset Integrity Management demi kelangsungan operasi kilang dan fasilitas industri. Selain itu, Jeff juga bersedia terlibat membantu pengembangan kurikulum (curriculum development) di universitas milik suku bangsa Dayak sesuai bidang keahlian yang dimiliki saat ini.

“Ini langkah yang sangat mulia dan inovatif oleh rekan-rekan di Kalimantan, Indonesia. Kami di Dayak Sarawak sudah lama menikmati berbagai peluang di industri migas Malaysia dan luar negeri — bukan hanya berkat ijazah formal, tetapi juga karena sertifikasi keterampilan industri yang diakui secara internasional selain itu para lulusan dapat dibantu disalurkan pada perusahaan yang masih banyak membutuhkan pekerja” ujar Jeff.
Ia menekankan pentingnya penguatan SDM Dayak Kalimantan melalui pengembangan standar dan sertifikasi industri. “Di Malaysia, kami memiliki berbagai lembaga seperti Institut Material Malaysia, CIDB, CSWIP, NACE, API, ASME — yang menerbitkan sertifikasi kompetensi yang sangat dibutuhkan oleh industri,” tambahnya.
Menurut Jeff, ada dua langkah utama yang perlu segera dilakukan:
- Merancang modul dan silabus sertifikasi yang relevan dengan kebutuhan industri lokal di Kalimantan.
- Membangun organisasi lokal yang dapat mengadopsi dan mengeluarkan sertifikasi yang diakui oleh industri nasional maupun internasional.
“Namun sebelum itu, penting dilakukan survei SDM dan keterampilan yang sudah ada, serta pemetaan kebutuhan riil industri di Kalimantan,” terang Jeff.
Menariknya, Kalimantan Barat saat ini sudah memiliki Institut Keling Kumang di Sekadau, yang fokus pada penguatan kapasitas komunitas. Ke depan, juga tengah direncanakan pendirian Universitas Dayak Nusantara di IKN (Ibu Kota Nusantara), yang diharapkan dapat menjadi wadah pengembangan berbagai bidang strategis — termasuk keahlian yang selama ini menjadi spesialisasi Jeff.

“Saya doakan saudara-saudara Dayak Kalimantan memiliki masa depan yang lebih baik lewat kerja sama komunitas dan penguatan SDM,” tutup Jeff.
Diskusi antara komunitas Dayak Sarawak dan Kalimantan terkait penguatan SDM sektor migas ini telah bergulir selama dua pekan terakhir. Perbincangan yang dipicu oleh dialog antar-pegiat SDM dan tokoh Dayak, termasuk Prof. Esubinus Bunau (Dosen Dayak di Universitas Tanjungpura, Pontianak), terus berkembang menuju rencana-rencana konkret.
Dengan semakin tingginya kebutuhan tenaga kerja terampil di sektor migas serta energi baru dan terbarukan, kolaborasi lintas-batas antar-komunitas Dayak diyakini akan membuka peluang baru bagi generasi muda Dayak Kalimantan untuk bersaing di tingkat nasional maupun internasional.
ICDN bersama para cendekiawan Dayak Sarawak juga berharap agar pemerintah daerah di seluruh Kalimantan, BUMD, dan dunia usaha nasional dapat ikut berkolaborasi dalam mendorong penguatan SDM Dayak melalui skema pelatihan, beasiswa, dan pembukaan akses kerja yang berkeadilan. Dengan dukungan lintas sektor, masyarakat Dayak tidak hanya menjadi penonton, tetapi pelaku utama dalam pembangunan sektor energi dan industri strategis di tanah sendiri.
(Kontributor Sarawak: Salam / Reporter: Lawadi)