
Landak Kalbar, detikborneo.com — Dalam momentum perayaan 101 tahun Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) se-Paroki St. Yohanes Pemandi Pahauman, Dr.(H.C.) Drs. Cornelis, M.H, Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, menyerukan pentingnya peran strategis perempuan Katolik dalam menjaga keutuhan dan keharmonisan bangsa melalui penghayatan Empat Pilar Kebangsaan.
Kegiatan yang berlangsung di Gereja Katolik St. Stefanus, Ranting Sidas, Kecamatan Sengah Temila, Sabtu (5/7), diikuti dengan antusias oleh para ibu anggota WKRI. Dalam pemaparannya, Cornelis menegaskan bahwa pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika harus menjadi napas hidup organisasi dan keluarga Katolik.

“Organisasi sosial seperti WKRI harus tahu dasar ideologi bangsa ini. Pancasila bukan sekadar simbol, tetapi fondasi moral yang harus hidup dalam keluarga dan gereja,” tegas Cornelis.
Wanita Katolik Penjaga Harmoni Sosial
Cornelis menyampaikan bahwa wanita Katolik memiliki tanggung jawab besar dalam menciptakan keutuhan, kesatuan, dan keharmonisan di tengah masyarakat yang majemuk. Dalam konteks ini, nilai-nilai Kristiani seperti kasih, iman, dan pengharapan harus berjalan beriringan dengan semangat kebangsaan.
“Jangan hanya menjadi pelayan di altar, tetapi juga pelayan di tengah bangsa. Menjadi terang dan garam bagi Indonesia yang plural,” ujarnya di hadapan para anggota WKRI.
Ia juga mengingatkan bahwa pilar kedua, UUD 1945, harus dijadikan pedoman hidup berbangsa. Ia mendorong WKRI untuk aktif meningkatkan literasi hukum bagi perempuan, memperjuangkan hak anak dan perempuan, serta mendorong keterlibatan dalam demokrasi.

🇮🇩 NKRI Harga Mati, Bhinneka Itu Tanggung Jawab
Lebih lanjut, Cornelis menekankan bahwa NKRI adalah bentuk negara yang final, dan setiap warga, termasuk anggota WKRI, wajib menjaganya dari ancaman radikalisme dan separatisme. Dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika, WKRI didorong menjadi jembatan perdamaian antaragama dan budaya.
“Kita boleh berbeda suku, agama, budaya, tetapi satu dalam semangat kebangsaan. Itulah makna Bhinneka Tunggal Ika yang harus dihidupi, bukan sekadar dihafal,” tegasnya.

Peran WKRI dalam Menghadapi Tantangan Zaman
Cornelis juga menyinggung isu stunting dan gizi anak, mengajak WKRI untuk membuka wawasan para calon ibu muda agar lebih memahami pentingnya gizi dalam membentuk generasi masa depan.
“Wanita Katolik harus berpikir maju. Peradaban tidak dibangun dengan doa saja, tapi juga akal sehat. Mari tingkatkan pemahaman tentang gizi, pendidikan, dan kesehatan,” pesannya.
Menjadi Garam dan Terang Bangsa
Di akhir pemaparannya, Cornelis kembali menegaskan bahwa tugas utama WKRI tidak hanya di altar gereja, tetapi juga di tengah masyarakat. Melalui keterlibatan aktif dalam pendidikan keluarga, pelayanan sosial, dan pembangunan karakter bangsa, WKRI diharapkan menjadi kekuatan moral bangsa. (JV/ Bajare007).