Sentani Papua, detikborneo.com – Rejeki, Jodoh dan perjalanan hidup tidak ada yang tau hanya Tuhanlah yang sang Pencipta dalam Bahasa Dayak Kanayatn Allah disebut Jubata Panampa Pajaji mengetahui arah dan tujuan hidup.
Mengikuti keyakinan hidup hingga terbawa ke tanah Papua kutipan refleksi nats inilah yang membuat Dr. Rasinus, M.Pd tetap bertahan hingga hampir 20 tahun, “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” (Yesaya 55:8-9 TB).
Sumber Wikipedia Istilah diaspora (bahasa Yunani kuno: διασπορά, “penyebaran atau penaburan benih”) digunakan (tanpa huruf besar) untuk merujuk kepada bangsa atau penduduk etnis manapun yang terpaksa atau terdorong untuk meninggalkan tanah air etnis tradisional mereka; penyebaran mereka di berbagai bagian lain pul dunia, dan perkembangan yang dihasilkan karena penyebaran dan budaya mereka, jadi istilah Dayak Diaspora berarti komunitas Dayak yang diluar pulau Kalimantan atau Borneo letak populasi asal suku Dayak.
Lahir kampung Kincir di kecamatan Samalantan Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat dari keluarga sederhana jauh dari cukup sehingga Rasinus harus mengenyam pendidikan di Singkawang yang difasilitasi oleh Yayasan Panti Asuhan Diakonia Imanuel Singkawang sejak tahun 2006-2009.
Kalo tidak difasilitasi pendidikan oleh panti asuhan ini kemungkinan kehidupan masih tetap dikampung dan belum tentu berani melangkah sampai jauh ke Papua, ucap Rasinus yang sudah dikaruniai putra dan putri dari istri Elok pakaryaningsih,Amd.Kep.,M.Pd asal Kediri Jawa Timur.
Awal hanya ikut mendaftar sebagai tenaga pengajar yang akan ditempatkan di Papua lulus S1 dari STAN Malang membuat Rasinus bertekad untuk melangkah mengabdikan diri melayani Tuhan lewat pendidikan di Kabupaten Jayawijaya di Papua yang daerahnya masih terisolir dan hanya bisa menggunakan pesawat harganya jika hitung dari gaji guru tak akan terjangkau.
Tapi hanya imanlah yang selalu memampukan dan menguatkan hingga semua dapat mengalir hingga bisa bertahan sampai saat ini dan bisa menyelesaikan sekolah jenjang program Magister di Universitas Cenderawasih Jayapura (M.Pd) dan program Doktoral dikampus STT Ekumene Jakarta lulus tahun 2021, ujar Rasinus yang saat ini menjadi Ketua FKKK di Papua.
Memang dinamika kehidupan warga Dayak Diaspora Papua beragam profesi dan pekerjaannya dari pendeta, guru, polisi, tni, perawat kesehatan hingga berdagang ada dalam Forum Komunikasi Kerukunan Kalimantan ini, ucap AKBP Purn. Karla Yakobus (60) Pendiri FKKK asli putra Dayak Mualang di Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat.
Rindu kampung halaman ini kita sesama asal Kalimantan buat pertemuan dulu hingga 300an warga tapi karena saya sakit hingga tidak bisa gerakan komunitas ini dan tahun 2020 sudah purna tugas dari Polri sehingga mandat diserahkan kepada generasi muda dan terpilihlah Rasinus yang menjadi Ketua, terang Karla Yakobus.
Dari pakomoan (perkumpulan) warga Dayak Kalimantan ini ada kesaksian dari Sebut saja nama Herkulanus asal Darit Kabupaten Landak memiliki dua anak dari istri asal Timor mengisahkan dirinya sudah lama juga ingin pulang kampung bersama keluarga rindu kampung halaman belum terlaksana karena ijin kerja yang singkat dan biaya cukup tinggi sekali berangkat satu orang kurang lebih tujuh juta dikalikan empat orang sudah dua puluh delapan juta dan pulang pergi mencapai lima puluh enam juta belum termasuk biaya makan diperjalanan terpaksa rindu kampung halaman hanya bisa dipendam, ucap Herkulanus sedih.
Kalo dipaksakan kasian nanti anggaran biaya sekolah anak terganggu lebih baik selesaikan dulu kebutuhan belajar anak dan rasa rindu kampung ditunda dan berkumpul saudara satu daerah dirantau tanah Papua meskipun jauh dimata tetapi sekarang sudah dekat di WA, hibur diri Herkulanus yang juga masih aktif menjadi anggota TNI di Kabupaten Wamena Papua. (Bajare007).