26.4 C
Singkawang
More
    BerandaBudayaKisruh 'Dewa Datuk' Ini Kata Ketua DAD DKI Jakarta

    Kisruh ‘Dewa Datuk’ Ini Kata Ketua DAD DKI Jakarta

    Jakarta, detikborneo.com – Akhir-akhir ini sebagian warga Dayak yang di Jabodetabek masih ramai bicarakan tentang ‘Dewa Datuk‘ atau juga beberapa menyebut nya ‘Dewa Datuk Panglima’ dengan video nya yang viral selama ini.

    Beberapa pro dan kontra pun ditujukan kepada group yang menamakan mereka ‘Dewa Datuk’ yang berada di Jakarta Utara ini.

    Melalui sambungan telepon Sartono yang dikatakan ketua dari group ini masih enggan memberikan komentar panjang kepada wartawan.

    Sementara dari pihak Dewan Adat Dayak (DKI) Jakarta Tamunan Kiting angkat bicara terkait viralnya berita tersebut di media sosial dan WhatsApp group.

    BACA JUGA :Masyarakat Dayak di Jakarta Pertanyakan keaslian Dewa Datuk Panglima

    Dikatakan Tamunan Kiting, jika bersangkutan memang di panggil sebagai ‘Datuk Dewa‘ atas kegiatan nya selama ini dan bisa memberikan kegiatan positif kepada masyarakat tentunya bersangkutan bisa memberikan penjelasan mengenai silsilah atau asal usul nya. Dan setidaknya juga kegiatan tersebut bisa menolong orang lain.

    “Keliatannya yang bersangkutan menyatakan dirinya sebagai Dewa, Datuk dan Panglima, ya karena di panggil/dikenal Dewa Datuk Panglima dan kegiatannya memberi pengobatan. Mudahan pengobatannya bisa menolong orang sakit dan yang membutuhkan” kata Tamunan Kiting melalui keterangan tertulis nya kepada detikborneo.com.

    “Kalau yang bersangkutan menyatakan dirinya orang Dayak, tentu akan keliatan apakah yang bersangkutan benar-benar orang Dayak dari bahasa yang digunakan maupun keluarga/silsilah yang dimiliki”.

    Lebih lanjut ia juga katakan jangan mengaku orang Dayak dengan lakukan hal-hal negatif Dan menipu berkedok Dayak.

    “Namun yang pasti jangan mengaku orang Dayak kalau bukan orang Dayak ataupun untuk melakukan hal-hal negatif lain misalnya menipu dengan kedok budaya/orang Dayak” pungkas Tamunan Kiting” tutup ketua DAD DKI Jakarta ini. (Rd)

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita

    1 KOMENTAR