Pontianak, detikborneo.com -Gonjang-ganjing kedatangan Anis Baswedan yang diusung oleh Partai Nasdem menjadi bakal calon Presiden RI pemilu 2024 mulai terasa memanas tak ayal lagi lokasi rencana rumah radakng seyogyanya akan dijadikan tempat pertemuan diprotes masyarakat lewat spanduk didepan pagar rumah radakng agar tidak digunakan untuk kegiatan politik.
Sehingga kegiatan pertemuan Dialog Kebangsaan pada 17 Februari 2023 bergeser. Berikut susunan rangkaian kegiatan Anis Baswedan di Pontianak.
Setelah acara tepung tawar dan pemakaian tanjak penyambutan di Bandara Supadio agenda selanjutnya pukul 10.00 -11.00 Wib atau selama 60 menit, perjalanan menuju Masjid Mujahidin dikawal fore rider diikuti para penjemput dan simpul Anies untuk sholat Jum’at bersama rombongan.
Acara berikutnya adalah makan siang di DPW NasDem Kalbar. Berikutnya dilanjutkan dengan dialog kebangsaan di Rumah Adat Melayu dari pukul 14.00-16.00 WIB. Selanjutnya acara silaturahmi di Pondok Darunna’im pada pukul 16.30-19.30 WIB, berlanjut pukul 22.00-23.00 WIB menyapa para milennial di Warkop Jalan Reformasi, susunan acara ini informasi dari media Pontianak post.
Menggelitik untuk kita simak dan koreksi bersama akan perjalanan politik identitas yang dimenangkan Anis Baswedan pada Pilkada menjadikannya gubernur DKI Jakarta membuat banyak kalangan menilai dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa terbukti berlanjut unjuk rasa berjilid-jilid yang mengatas namakan identitas golongan tertentu.
Masa Poltik Pemilu 2024 semakin mendekat berbagai cara dari tiap-tiap kontestan pemilu mulai mengeluarkan jurus jitu untuk menarik para pemilih kedalam lingkaran perjuangan partainya.
Tentu tidak bisa dielakkan lagi didalam partai pasti ada keterwakilan beragam suku bangsa, agama dan etnis menaruh harapan untuk janji mulai memperjuangkan hak-hak dan kepentingan masyarakat dari daerah pemilihannya.
Pemilu 2014 adalah awal dinamika politikus Dayak di Kalimantan Barat tidak mono partai lagi sejak era Presiden Soekarno pada Pemilu 1955 yakni Partai Dayak menang mutlak menghantarkan Oevaang Oeray menjadi Gubernur Pertama orang Dayak hasil pemilu dan FC Palaunsoeka tokoh pendiri partai Dayak menjadi Anggota DPR RI di Jakarta.
Presiden Soekarno tumbang oleh politik G30SPKI menghantarkan Soeharto menjadi penguasa dan Presiden ke-2 RI. Dinamika awal pergeseran politikus Dayak memunculkan tokoh sentral waktu itu di Partai Golkar Rahmat Sahudin sedangkan di Partai PDI tokoh Dayak disana ada Kaphat.
32 Tahun Soeharto berkuasa tidak ada tokoh Dayak yang menjadi Gubernur maupun wakil Gubernur, hanya ada Bupati Kabupaten Pontianak yang bisa duduk dalam pemerintahannya yakni A Djelani Tahun 1960-1968, selanjutnya tidak ada lagi yang menjadi Bupati diera Presiden Soeharto. Kolonel Inf TNI Michael Andjioe Bupati Sanggau tahun 1998-2003 dan Drs. Cornelis Kimha Bupati Kabupaten Pontianak/ Mempawah tahun 1999-2004.
Tahun 1998 Pemerintahan Soeharto tumbang akibat krisis moneter dan adanya dukungan Reformasi dari tokoh-tokoh nasional Amin Rais, Sri Sultan Hemengkubowono X, Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri yang dikritisi terlalu kuat dominasi TNI dalam pemerintahan sehingga banyak membelenggu kebebasan masyarakat.
Pemerintahan era Reformasi dalam pemilu dimenangkan oleh Partai PDI Perjuangan tapi saat pemilihan Presiden oleh Anggota MPR RI menggeser Megawati Soekarnoputri pemenang pemilu menjadi Presiden RI tetapi yang terpilih menjadi Presidennya KH. Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri menjadi Wakil Presiden RI.
Diera reformasi ini politikus Dayak kembali terkumpul jadi satu bergabung ke PDI Perjuangan karena sistem no urut yang terpilih adalah nomor urut satu dari utusan partai di Jakarta, karena antusiasme yang tinggi ingin ada perobahan pegangan kuat di PDI Perjuangan hanya bisa menghantarkan politikus Dayak dua orang ke Senayan Jakarta.
Pemilu 2014 gebrakan kedua untuk tidak terkumpul hanya satu dipartai politik mulai digaungkan oleh Irjen Pol (P). Drs. H. Dinar Pabayo, MBA yang ikut serta di Partai Baru yakni Partai Nasdem meskipun banyak mendapatkan tantangan dan hinaan Dinar tetap lanjut.
Dalam pemilu ini Irjen Pol (P). Drs. H. Dinar Pabayo tidak bisa menghantarkan duduk di Senayan kalah angka dari rekan satu Partainya Syarif Abdullah Alqadrie yang juga merupakan Ketua DPW Partai Nasdem Kalimantan Barat tapi Dinar merasa Bangga bisa memberikan wawasan baru pada pemilih sehingga dapat menambah jumlah politisi Dayak di Senayan.
Beda dengan politis yang baru ikut bergabung di Partai Gerinda Katerina Angela Oendoen ikut lolos di Senayan Jakarta sehingga pada pemilu ini menjadikan orang Dayak no 2 terbanyak yakni 5 orang diantaranya: Karolin Margret Natasa, Lasarus, Mikhael Jeno, Katherine Angela Oendoen dan Erma Suryani Ranik.
Kunci sukses di pemilu 2014 yang bisa membawa politis Dayak ini mulai banyak diparlemen karena tidak satu pilihan partai sehingga saat ada pemilu 2019 kembali keterwakilan politisi Dayak makin bertambah menjadi 8 orang politisi diantaranya: Lasarus, Cornelis, Maria Lestari, Krisantus Kurniawan, Katherine Angela Oendoen, Adrianus Asia Sidot dan Yessy Panji.
Sedangkan dalam pemerintahan jabatan wakil gubernur Provinsi Kalimantan Barat dari suku Dayak setelah Oevang Oerai baru muncul Drs. Laurentius Herman Kadir (LH Kadir) pada tahun 2003 -2007 mulai kembali pergerakan politikus Dayak bermunculan dan berlanjut pada Drs. Cornelis, MH menjabat 2 periode Gubernur Provinsi Kalimantan Barat tahun 2008-2018. Pilkada Gubernur Kalimantan Barat tahun 2018 politisi Dayak gagal dalam kompetisi.
Dari pengalaman ini sudah waktunya untuk suku bangsa Dayak dari Kalimantan Barat tidak mempersoalkan keterkaitan politisi Dayak akan nyingkolek (bergantung) selagi partai yang diikuti tetap berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Terkait kebijakan partai mendukung dari kandidat yang mungkin berbeda dari yang lainnya harap untuk dihormati dan dihargai. Kecuali suku Bangsa Dayak sudah punya hak istimewa seperti Aceh dan Papua dengan mempunyai partai lokal mungkin bisa sebagai pertimbangan lain. Sehingga jika kehadiran Anis Baswedan di Pontianak Kalimantan Barat berakibat kontroversi hal wajar dan tetap pada koridor-koridor yang tidak bertentangan dengan hukum dan kepada Tokoh politisi Dayak yang sudah terlanjur ikut bergabung di Partai Nasdem pengusung Anis Baswedan tetap untuk bertahan dan lanjutkan selalu perjuang suku bangsa Dayak dikancah Politik Nasional karena disanalah tempat yang tepat untuk kita berjuang bersama.
Penulis: Lawadi Nusah
Calon DPD RI Pemilu Tahun 2014
Bacalon Bupati Kab Bengkayang Jalur Independen Tahun 2019.
Pendiri Forum Dayak Kalbar Jakarta (FDKJ) Tahun 2011.
Sekretaris Umum Forum Dayak Kalbar Jakarta Tahun 2011-2019.
Sekretaris Umumnya Ikatan Cendekiawan Dayak Nasional (ICDN) Tahun 2019-2024.
Sekretaris Umum Dewan Adat Dayak (DAD) DKI Jakarta Tahun 2021-2026
Pengiat Penyelamat Budaya Bahasa Dayak Dayak Tidak Punah
Wartawan Media Detik Borneo