26 C
Singkawang
More
    BerandaSpiritualMujizat Milik Siapa?

    Mujizat Milik Siapa?

    | Penulis: Hertanto

    Bagi sebagian orang, kata “mujizat” menjadi satu kata yang “sangat mujizat” karena begitu sulitnya dialami.

    Mujizat menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu bahkan sebagian besar orang mencari-cari.

    Sebagian orang memiliki pandangan bahwa mujizat adalah suatu perkara ajaib yang tidak bisa dilakukan oleh manusia dan terjadi tiba-tiba. Misal saja orang yang lahir buta namun tiba-tiba mengalami kesembuhan (dapat melihat).

    Kesembuhan ini bisa diperoleh dari mana saja. Misalkan orang buta ini berhasil menjalani operasi mata (mujizat) karena ada yang menjual matanya sehingga ia membeli mata orang tersebut (mujizat) atau ia mendapat donor mata secara sukarela dari pendonor yang tidak ingin disebutkan namanya (sangat mujizat), atau ia mengikuti Kebaktian Kebangunan Rohani yang di dalamnya ada “program kesembuhan” yang akhirnya diyakini sebagai mujizat yang nyata yang dialami oleh orang tersebut oleh karena doa dari pendeta atau hamba Tuhan dan iman orang yang sedang sakit itu (mujizat).

    Pemahaman di atas mungkin sebagian kecil dari banyaknya peristiwa mujizat yang benar-benar “mujizat”. Lalu apakah mujizat itu hanya terkait dengan peristiwa atau kejadian yang luar biasa? Peristiwa yang mustahil menjadi tidak mustahil? Ataukah mujizat itu hanya dapat terjadi karena adanya doa dari hamba Tuhan yang minta pertolongan Tuhan? Atau memang benar mujizat itu karya Tuhan? Hanya pertanyaan retorika yang akhirnya muncul tanpa perlu diperdebatkan, ataukah memang pantas untuk dibahas, apalagi diperdebatkan?

    Teringat betul saat saya sekolah dan diajak oleh teman-teman untuk ikut KKR di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Waktu itu masih terbilang remaja dan euforia untuk ikut ibadah sangat besar. Saat mendekati lokasi, begitu banyak orang yang datang dan tidak sedikit orang yang terlihat susah payah untuk berjalan, bahkan ada yang menggunakan kursi roda, terlebih ada yang digendong serta digotong. Jujur saat itu saya sangat bersukacita melihat kejadian tersebut. Tidak disangka minat orang untuk datang beribadah begitu besar. Apa yang mendorong mereka memiliki semangat seperti itu? Pikir saya dalam hati. Namun hal itu segera berlalu karena saya pun terburu-buru masuk ke dalam ruangan. Sesampainya di sana, saya melihat panggung yang begitu besar dengan pencahayaan yang baik. Orang-orang segera memadati kursi dan ruangan lainnya. Merasa mampu berdiri lama, akhirnya saya memutuskan untuk maju dan berdiri dekat dengan panggung. Suasana hikmat saat pujian pertama dinaikkan. Saya merasa berada di Surga saat itu sekalipun belum pernah pergi kesana dan rasanya janganlah Tuhan panggil saya cepat-cepat kesana.

    Ketika pada puncaknya, hamba Tuhan yang ada di atas panggung berkata, “Tuhan membisikkan sesuatu pada saya bahwa ada orang yang saat ini sedang sakit dan Tuhan ingin menyembuhkannya. Ada anak gadis yang saat ini divonis dokter terkena kanker untuk segera maju ke depan. Saya tidak tahu anak gadis yang mana, namun Tuhan berbicara keras sekali saat ini bahwa Ia ingin menyembuhkan gadis ini. Ayo… anak gadis yang saya sebutkan segeralah maju, Tuhan ingin melakukan perkara ajaib untuk anda.” Daaaannnnn… tiba-tiba ada seorang gadis yang berjalan sambil menangis ditemani ibunya naik ke atas panggung. Kemudian ia didoakan dan dinyatakan sembuh saat itu juga. Semua hadirin bertepuk tangan sambil berteriak haleluya. Sejurus kemudian, hamba Tuhan yang sama menyampaikan hal serupa namun kali ini tertuju pada seorang bapak yang disebut-sebut untuk segera naik ke atas panggung dan menerima mujizat kesembuhan lainnya.

    Jujur, saat itu saya seperti berada di lingkaran atraksi sulap dan tidak dapat berbuat apa-apa. Saya hanya melihat dan menyaksikan “perkara ajaib” yang sedang terjadi. Antara percaya dan tidak!!!

    Salahkah?

    Saya tidak mempersalahkan dan mempermasalahkan kesembuhan yang terjadi pada kisah di atas. Saya yakin ada KKR sejenis yang memang Tuhan anugerahkan kuasa-Nya sebagai media kesembuhan bagi umat-Nya.

    Menjadi fokus saya pada tulisan ini adalah ketika seorang hamba Tuhan yang memang diberi kuasa untuk menyembuhkan orang sakit dan akhirnya menjadi “SENTRAL” pada acara itu. Dikuatirkan orang-orang tidak lagi peduli siapa itu Tuhan YESUS yang seharusnya dicari dan dirindukan, namun karena kebutuhan akan kesembuhan itulah mereka akhirnya menomorduakan TUHAN, sehingga titik sentralnya hanya pada kesembuhan.

    Kegalauan saya yang kedua adalah bagaimana dengan mereka yang datang dalam keadaan sakit dan tidak mengalami kesembuhan? Mungkin jika kita berpikir positif, mereka yang mengalami itu akan  tersadarkan karena tidak boleh bersandar pada manusia, sebab firman Tuhan berkata, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!” (Yer. 17:5). Namun bagaimana dengan mereka yang datang dalam keadaan sama sekali belum mengenal Tuhan YESUS?

    Tendensius? Mungkin.

    Aakkhh…. mungkin saja pembaca berkata bahwa cara berpikir saya terlalu naif. Meragukan kuasa TUHAN.  Tidak beriman. Tidak optimis dan segudang kalimat lainnya. Namun percayalah…. hipotesa saya mengatakan bahwa mereka yang datang ke KKR & Kesembuhan Ilahi sebagian besar mengejar kesembuhan. Egoiskah mereka? Rasanya tidak, karena keinginan mereka diwadahi oleh KKR tersebut.

    Berbicara tentang keegoisan, suatu ketika saya mendapatkan kiriman via whatsapp atas sebuah cerita dari DOA YANG TIDAK EGOIS: Suatu kali seorang anak kecil mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Hari itu suasana sungguh meriah karena sudah masuk babak final dan tersisa 5 peserta saja, termasuk Shaggy. Sebelum pertandingan dimulai, Shaggy menundukkan kepala, melipat tangan dan berkomat kamit memanjatkan doa. Pertandingan dimulai, dan ternyata mobil balap Shaggy yang pertama kali mencapai garis finish. Tentu Shaggy girang sekali karena menjuarai pertandingan tersebut. saat pembagian hadiah, ketua panitia bertanya, “Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang bukan?” Shaggy menjawab, “Bukan Kak, rasanya tidak adil meminta pada Tuhan untuk menolong mengalahkan orang lain. Aku hanya minta pada Tuhan, supaya aku tidak menangis kalau aku kalah.”

    Sahabat, permohonan Shaggy bahwa dia tidak minta Tuhan mengabulkan semua harapannya, namun ia berdoa agar diberikan kekuatan untuk menghadapi apapun yang terjadi dengan batin yang teguh.

    Seringkali kita berdoa, menuntut harapan kita agar terpenuhi, dan ketika semua doa dikabulkan, rasanya kita sudah menjadi orang “benar” (Yakobus 5:16).

    Lalu pertanyaannya, mujizat itu milik siapa? Ketika hamba Tuhan berhasil menyembuhkan orang sakit, seharusnya SIAPA yang jadi sentral iman? TUHAN atau hamba TUHAN itu? Jadi, mujizat itu milik siapa?

    Sumber gambar: https://emmanuelgunanto.wordpress.com

    ***

    Bionarasi

    HERTANTO Hertanto Ruhiman

    Hertanto, S.Th., MACM, M.I.Kom., M.Pd.

    Penulis merupakan Pendiri Ruhiman Ministry, sebuah lembaga yang bergerak di bidang Pewartaan dan Kegiatan Sosial.

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita