29.8 C
Singkawang
More
    BerandaHukum & Kriminal,Pembelajaran Jarak Jauh dan Dampaknya Terhadap Ekonomi Keluarga

    Pembelajaran Jarak Jauh dan Dampaknya Terhadap Ekonomi Keluarga

    | Penulis: Muhammad Rifki

    Pada tanggal 2 Maret 2020, terindikasi adanya kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia sebanyak dua kasus. Awalnya kasus ini tidak dianggap serius oleh pemerintah maupun masyarakat Indonesia hingga pada tanggal 9 April 2020, kasus Covid-19 telah menyebar ke 34 provinsi di seluruh Indonesia.

    Dengan adanya penambahan kasus yang signifikan ini, pemerintah melakukan upaya pencegahan agar wabah Covid-19 tidak makin melonjak. Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan memberlakukan kebijakan PSBB yang sekarang lebih dikenal dengan istilah PPKM.

    Kebijakan ini tentu saja berdampak pada beberapa sektor dan salah satu yang terdampak adalah sektor pendidikan, di mana seluruh siswa baik dari tingkat sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi untuk sementara diliburkan dari kegiatan belajar mengajar.

    Dikarenakan kasus Covid-19 yang kian melonjak maka pemerintah harus mencari solusi agar kegiatan belajar mengajar tetap berjalan pada masa pandemi. Solusi terbaik yang dapat diberikan saat ini ialah dengan memberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau daring. Pembelajaran jarak jauh ini dilakukan menggunakan perangkat gawai atau laptop dengan cara menghubungkannya ke internet lalu dipasangkan aplikasi-aplikasi, seperti zoom, google meet dan aplikasi sejenis, yang nantinya aplikasi ini akan menampilkan wajah para siswa maupun guru secara online. Tentu saja aplikasi ini sangat bermanfaat karena dapat membuat interaksi antara murid dan guru menjadi terasa lebih nyata yang nantinya diharapkan akan membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif walaupun tidak seefektif pembelajaran secara tatap muka.

    Pembelajaran jarak jauh yang kini diberlakukan tentu memiliki beberapa hambatan yang dirasakan baik bagi para siswa maupun guru yang mengajar, entah itu koneksi jaringan yang tidak stabil karena berada di pedesaan, perangkat yang tidak semua siswa memilikinya karena dipengaruhi oleh faktor ekonomi atau bahkan perangkatnya ada tetapi tidak dapat digunakan dengan optimal karena masih ada beberapa siswa yang belum fasih dalam menggunakan teknologi. Hal tersebut tentu saja dapat mengganggu jalannya pembelajaran online yang seharusnya bisa menjadi solusi agar kegiatan belajar mengajar tetap berjalan pada masa pandemi tetapi bagi beberapa pihak solusi ini dirasa memberatkan.

    Berikut ini adalah beberapa hambatan yang terjadi ketika diberlakukannya pembelajaran jarak jauh atau daring bagi para siswa maupun guru.

    1. Kurangnya persiapan perangkat untuk pembelajaran jarak jauh

    Salah satu fasilitas yang harus ada dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh adalah koneksi internet yang bagus dan stabil. Hal ini mungkin tidak menjadi masalah bagi siswa dan guru yang tinggal di daerah perkotaan karena koneksi internet di kota cenderung lebih baik daripada di pedesaan. Namun, bagi para siswa dan guru yang berada di pedesaan mungkin akan merasa terbebani dengan adanya pembelajaran jarak jauh karena fasilitas internet di desa biasanya masih kurang memadai. Selain itu, yang menjadi hambatan lainnya ialah penggunaan perangkat laptop yang masih kurang familier bagi beberapa orang.

    2. Kondisi ekonomi

    Kondisi ekonomi tiap guru dan siswa pasti berbeda-beda, dari yang ke bawah, menengah hingga ke atas. Hal ini tentu saja dapat memengaruhi keefektifan pembelajaran secara daring karena yang kita ketahui pembelajaran secara daring memerlukan beberapa sarana dan prasarana yang tidak semua kalangan dapat memilikinya. Contohnya saja, penggunaan laptop dan gawai masih dianggap menjadi barang yang mewah bagi beberapa orang. Sehingga beberapa siswa tidak dapat memilikinya dan terpaksa harus meminjam agar dapat bersekolah secara daring. Selain itu, penggunaan kuota internet juga penting untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran secara daring dan lagi-lagi kebutuhan ini tidak dapat terpenuhi oleh sebagian orang karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan. Maka dari itu ada beberapa bantuan kuota dari kemendikbud yang bisa didapatkan oleh para siswa secara gratis.

    3. Kesulitan beradaptasi

    Kesulitan dalam beradaptasi bisa terjadi karena kegiatan belajar mengajar yang biasanya dilakukan secara tatap muka berubah menjadi tatap maya yang membuat para siswa belum terbiasa menerapkan sistem ini. Apalagi bagi mereka para siswa yang biasanya aktif di sekolah kini hanya duduk manis di depan laptop sambil memperhatikan guru yang mengajar, ditambah mereka tidak dapat berinteraksi secara langsung dengan teman-temannya. Tentu saja hal ini sangat membosankan dan kegiatannya cenderung itu-itu saja. Hal ini tidak dialami oleh para murid saja, melainkan para guru pun mengalaminya yang di mana mereka biasanya menyiapkan materi di dalam kelas, kini harus dipindahkan terlebih dahulu ke dalam laptop untuk kemudian dibahas secara bersama-sama melalui video conference. Belum lagi jika ada guru yang masih belum bisa menggunakan laptop dan teknologi yang ada di dalamnya, hal ini akan menyulitkan mereka dalam menyampaikan materi sehingga menyebabkan pembelajaran menjadi tidak efektif.

    4. Kurangnya tingkat efektivitas untuk menilai pemahaman siswa

    Pembelajaran yang dilakukan secara tatap maya ini memiliki kekurangan bagi guru untuk menilai sejauh mana murid-muridnya dapat memahami materi yang diberikan. Hal itu disebabkan karena adanya keterbatasan jarak dan ruang yang menyebabkan para guru tidak dapat secara leluasa memeriksa tingkat pemahaman para muridnya. Selain itu, guru juga sulit untuk menilai kemampuan murid dalam penyelesaian masalah yang diberikan melalui latihan soal maupun ulangan harian, dikarenakan sulit untuk memonitor kegiatan siswa selama ujian berlangsung. Dalam hal ini memberikan nilai kepada murid pun dirasa kurang memuaskan.

    Selain hambatan yang dimiliki, pembelajaran jarak jauh juga memiliki dampak terhadap perekonomian keluarga. Hal ini bisa terjadi karena dalam pembelajaran jarak jauh tiap siswa dituntut untuk memiliki sarana dan prasarana yang mendukung, seperti kouta internet, gawai baik handphone ataupun laptop yang digunakan sebagai media bagi guru dan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran tatap maya. Tentu saja hal tersebut sangat memberatkan bagi keluarga yang kurang mampu, belum lagi jika sang tulang punggung keluarga harus di PHK dari tempat dia bekerja karena adanya pandemi Covid-19 ini.   

    Ekonomi keluarga yang saat ini sedang menurun karena dampak dari pandemi Covid-19 harus dibebani lagi dengan biaya yang keluar untuk sekolah daring. Biaya yang keluar pun terbilang cukup banyak, dari menyediakan kuota internet hingga membeli laptop atau gawai yang harganya cukup mahal. Bahkan ada yg rela menjual sepeda motor agar anaknya dapat bersekolah dan mencukupi kebutuhan-kebutuhannya. Sudah susah ditambah susah lagi, mungkin kata-kata itu yang akan dikeluarkan oleh seseorang yang ekonominya sedang terpuruk. Tetapi mau bagaimana lagi saat ini pembelajaran secara daring adalah solusi terbaik yang bisa diterapkan di masa pandemi

    Maka dari itu, kita semua berharap supaya pandemi ini cepat berakhir agar kegiatan belajar mengajar menjadi normal kembali dan para siswa dapat belajar dengan efektif bersama teman-temannya. Tentu saja jika pandemi berakhir perekonomian keluarga juga bisa menjadi pulih karena lapangan pekerjaan bisa terbuka kembali dan mobilitas orang bisa berjalan dengan normal.

    Sumber gambar:

    Sumber gambar: https://www.tribunnews.com

    ***

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita