Jakarta, detikborneo.com – PT PLN Indonesia Power (PLN IP) memanfaatkan limbah racik uang kertas (LRUK) sebagai bahan bakar pengganti (cofiring) batu bara di Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Singkawang-PLTU Bengkayang, Kalimantan Barat.
Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, mengatakan pemanfaatan LRUK di PLTU Bengkayang, setelah sebelumnya sukses diterapkan di PLTU Adipala, Cilacap, Jawa Tengah, merupakan salah satu upaya korporasi dalam mendukung percepatan transisi energi dan mengejar target net zero emission (NZE) pada 2060.
Menurut dia, PLN Indonesia Power terus melakukan inovasi dalam menerapkan program cofiring, yaitu memanfaatkan biomassa sebagai bahan bakar batu bara PLTU, salah satunya adalah dengan memanfaatkan LRUK.
BACA JUGA : Fridolinus Peno, Putra Bengkayang Satu-satunya Orang Dayak Menjadi Akuntan Publik Kalimantan Barat
“Kami selalu mencari terobosan untuk memanfaatkan biomassa untuk bahan bakar PLTU, seperti memanfaatkan LRUK, yang sebelumnya hanya dibakar untuk dimusnahkan, kini bermanfaat untuk dijadikan pengganti batu bara,” kata Edwin.
Pemanfaatan LRUK tersebut merupakan wujud kolaborasi antara PLN Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Singkawang bersama Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat.
Kolaborasi itu diwujudkan dalam penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara PLN IP UBP Singkawang dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat tentang pemanfaatan Limbah Racik Uang Kertas (LRUK) sebagai Bahan Bakar Alternatif.
MoU ditandatangani Manajer Unit UBP Singkawang Slamet Muji Raharjo dan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalbar Nur Asyura Anggini Sari.
BACA JUGA : Mendagri Siapkan Aturan Sanksi Bagi ASN Terlibat Judi Online
Slamet Muji Raharjo mengatakan bersamaan dengan kegiatan MoU itu juga dilaksanakan pengiriman perdana LRUK ke PLTU Bengkayang sebanyak sembilan ton untuk uji coba cofiring.
Pemanfaatan biomassa dalam proses cofiring PLTU Bengkayang per Mei 2024 telah mencapai empat persen, sehingga diharapkan banyak peluang untuk memenuhi kebutuhan PLTU Bengkayang yang bisa dikolaborasikan dengan banyak pihak.
“Kebutuhan bahan baku cofiring PLTU Singkawang masih cukup besar. Pemanfaatan LRUK untuk bahan bakar energi alternatif PLTU sangat membutuhkan kerja sama yang baik antara kedua belah pihak,” sebutnya.
Menurut Slamet, cofiring LRUK tersebut merupakan upaya pengurangan emisi dengan memanfaatkan EBT sebagai salah satu cara untuk mengakselerasi transisi energi dan dekarbonisasi nasional.
Di sisi lain, pemanfaatan LRUK juga sebagai bentuk program waste to energy.
“Pemanfaatan LRUK sebagai sumber energi yang ramah lingkungan dan sekaligus mengatasi permasalahan sampah racik uang kertas telah menjadi salah satu jawaban dari kebutuhan EBT dan semangat zero waste,” tutupnya.
Nur Asyura Anggini Sari mengungkapkan kolaborasi BI dengan PLN Indonesia Power merupakan wujud komitmen dalam mendukung transisi energi yang selaras dengan upaya pencapaian target NZE 2060.
“Pasokan LRUK untuk cofiring PLTU Bengkayang sebagai wujud sinergi Bank Indonesia dan PLN sebagai upaya pencapaian target net zero emission pada 2060,” ujarnya.
Sumber : Antara