Palangka Raya, detikborneo.com — Nama Prof. Dr. Andrie Elia, SE., M.Si., bukanlah nama baru dalam jagat pendidikan dan kebudayaan Kalimantan Tengah. Guru besar Universitas Palangka Raya ini dikenal luas tak hanya sebagai akademisi unggulan—pernah menjabat sebagai Rektor UPR pada periode sebelumnya—tetapi juga sebagai cendekiawan Dayak yang teguh mengusung nilai-nilai kearifan lokal dalam pembangunan daerah.

Lahir di Banjarmasin pada 12 Agustus 1959, Prof. Andrie menapaki jenjang pendidikan tinggi dari Universitas Palangka Raya, melanjutkan ke Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta untuk gelar Magister, dan meraih gelar Doktor di Universitas Merdeka Malang. Keilmuan yang ditekuni mencakup bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan—tercermin dari mata kuliah yang diampunya seperti Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan hingga Sosiologi.
Sebagai pendidik, kiprahnya luar biasa. Lebih dari 450 lulusan S1, 100 lulusan S2, dan 10 doktor telah ia bimbing. Sosoknya dikenal rendah hati, tinggal di kawasan Amaco Palangka Raya, namun semangatnya untuk mendidik dan membangun bangsa tak pernah surut.
Penelitiannya menyoroti berbagai dinamika sosial dan lingkungan di Kalimantan. Dari studi tentang kehidupan masyarakat sekitar tambang batu bara, hingga peran nilai-nilai lokal dalam pengelolaan sumber daya alam. Ia kerap tampil sebagai narasumber dalam seminar dan forum ilmiah, membahas isu-isu seperti transmigrasi, ketahanan pangan, hingga falsafah Huma Betang sebagai pilar pembangunan karakter bangsa.
Sebagai penulis, produktivitasnya pun tak diragukan. Lebih dari 10 artikel ilmiah telah dipublikasikan di jurnal nasional maupun internasional, termasuk yang terindeks Scopus. Topik yang ia angkat mencakup konservasi lahan gambut, strategi pembangunan UMKM, hingga sosial ekonomi masyarakat adat.

Sebagai Ketua Harian Dewan Adat Dayak (DAD) Provinsi Kalimantan Tengah, Prof. Andrie juga aktif mengangkat isu-isu budaya. Ia menjadi jembatan antara adat dan kemajuan zaman, termasuk menyuarakan pentingnya dialog budaya dalam isu sensitif seperti penggunaan jenazah untuk pendidikan kedokteran.
Dengan Sinta ID EC00202005678, Prof. Andrie Elia terus menulis, berbicara, dan menginspirasi. Ia adalah potret intelektual Dayak yang menyatukan ilmu pengetahuan, nilai adat, dan cinta pada tanah kelahiran.
“Ilmu pengetahuan dan kearifan lokal harus berjalan beriringan. Karena dari sinilah peradaban lahir,” ungkapnya kepada detikborneo.com. (Lawadi)