| Penulis: Drs. Herys Maliki
Buah tropis khas Borneo. Tiada ujung untuk dibahas. Litani bisa sepanjang tahun. Portal kita ini tak habis menayangkannya. Ucokng, salah satu dari yang tak-habis itu.
Untuk mudahnya. Buah hutan khas Borneo ini disebut “belimbing darah”. Bentuk buahnya mirip belimbing. Isi dagingnya putih. Namun, merah darah warna kulitnya. Karena itu, disebut: belimbing darah.
Istilah umum/Bahasa Indonesia : Belimbing Darah
Nama Ilmiah/Latin : Baccaurea Angulata
Belimbing darah, atau belimbing merah, adalah sejenis buah anggota suku Phyllanthaceae. Pohon dan buah ini masih sekerabat dengan menteng dan rambai, namun luarnya serupa belimbing, dengan kulit yang lebih tebal dan berwarna merah menyala. Menyebar terbatas (endemik) di Pulau Kalimantan. Buah ini dikenal dengan nama-nama lain seperti asem ketiak, pidau, umbing, umbung (Kalimantan); bonit, (Kapuas Hulu, Kalbar); belimbing hutan (Brunei); embaling, embaling bobou (Dusun); ujung, uchong (Sarawak, Iban); ucokng (Sanggau), tampoi hutan (Sabah).
Pohon kecil berumah dua (dioesis). Tinggi 6-21 m dan gemang hingga 40 cm, tidak berbanir. Rerantingan gundul. Pucuknya berwarna jerami pucat. Akan menjadi abu-abu kehijauan hingga kehitaman jika mengering. Pepagan luar kelabu kecokelatan, merah kecokelatan, atau hijau. Halus hingga kasar memecah, lembut hingga keras, menggabus. Pepagan dalam kuning hingga kemerahan atau kehijauan, tebalnya 0,6–4 mm. Kayu teras berwarna cokelat.
Daun-daun tersebar. Adapun daun penumpunya panjang 4-11 mm, gundul atau berambut rapat sisi luarnya, tepinya menyerabut. Tangkai daun panjangnya 2-12,5 cm, gundul. Biasanya, dengan kelenjar yang menonjol.
Helaian daun jorong hingga bundar telur sungsang, 12–39 × 4–13,6 cm, tebal menjangat. Ujungnya meluncip hingga berekor, jarang tumpul. Permukaan atasnya gundul, hijau gelap mengilap atau kusam. Sedangkan sisi bawahnya hijau pucat, dengan pertulangan berwarna keputihan. Adapun tulang daun sekunder 9–16 pasang.
Perbungaan kebanyakan muncul pada batang (cauliflory) atau pada cabang (ramiflory). Tandan bunga jantan panjang hingga 23 cm. Yang betina hingga 25 cm, bercabang-cabang, merah.
Bunga-bunga berukuran kecil. Yang jantan dengan diameter hingga 2,6 mm. Yang betina lebih besar hingga 10 mm. Warna kuning pucat hingga krem atau kehijauan.
Buah buni berbiji 1-3. Bentuk bulat telur sungsang. Penampang melintangnya bentuk bintang (belimbing); berukuran lk. 50 × 26 mm. Warna merah, merah jambu, hingga ungu atau merah kecokelatan; perikarp 1–2 mm tebalnya.
Biji bundar atau jorong, memipih; 16–23 × 7–16 × 4–9,5 mm; dengan salut biji (arillode) berwarna putih.
Ekologi
Sebaran alami belimbing darah adalah hutan-hutan primer dan sekunder di Kalimantan. Habitatnya juga ada di hutan-hutan tepi sungai.
Tumbuhan ini ditemukan pada ketinggian 0–800 m dpl., di atas tanah-tanah laterit atau tanah pasir. Tercatat berbunga pada bulan-bulan Mei, Juni, Agustus, Oktober, dan November. Buahnya bisa didapati di sepanjang tahun.
Manfaat
Belimbing darah dimakan sebagai buah segar. Salut bijinya berasa asam hingga manis. Sedangkan kulit bijinya berasa asam (kecut).
Kandungan buah ini sangat kaya. Belimbing darah mengandung protein, karbohidrat, serat, mineral dan vitamin C. Buah ini juga berpotensi sebagai bahan obat.
Famili : Phyllanthaceae (Jambu-jambuan)
Genus : Syzygium
***
Bionarasi
Drs. Herys Maliki dilahirkan di Terusan Bonti pada 6 Juli 1958. Seorang pendidik (Pend. Bahasa Inggris) senior kita. Ia seorang Dayak Jangkang. Pernah Kepala SMA 1 Sanggau, SMAN Kembayan, dan SMK Sanggau. Di akhir pengabdiannya sebagai pendidik, Herys Maliki adalah Kabid Dukcapil, Kab. Sanggau, Kalbar.
Lama berkecimpung sebagai pendidik, yang bersangkutan merasa terpanggil untuk menghimpun “tacit knowledge.” Jika dibahasaindonesiakan, berarti: petuah, atau kebijaksanaan hidup yang diwariskan orang tua secara turun-temurun.
Mulai tahun 2021 menulis kolom Petuah Leluhur di www.derikborneo.com