| Penulis: Ev. Timotius Sinaga
Tema di atas sebenarnya sudah seringkali kita dengarkan dari para pengkhotbah baik di gereja maupun melalui YouTube. Namun yang menarik, tema bahwa pemilik kebun anggur mengharapkan mendapatkan bukan hanya hasil yang banyak (kuantitas) tetapi terlebih lagi juga hasil yang baik (kualitas) di dalam panennya.
Jika demikian berarti panen yang berhasil adalah memiliki hasil yang banyak dan baik. Apabila kita menjadi seorang pemilik kebun anggur tentunya kita juga menginginkan mendapatkan hasil yang terbaik, bukan? Jika pohon-pohon buah yang saya tanam, saya rawat, dan saya pupuk dengan cara yang terbaik tetapi pohon-pohon tersebut tidak menghasilkan hasil yang terbaik terus-menerus maka saya akan mencabut dan menebangnya. Dan hal inilah yang digambarkan oleh nabi Yesaya di dalam bagian ini.
Baik di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru memberikan analogi pemilik kebun anggur dan pokok anggur, yaitu antara Allah dan umat-Nya. Jika kita mengamati dengan seksama bagian dari perikop ini di sana diawali dengan kesukacitaan dan harapan memiliki sebuah kebun anggur.
Sang pemilik bersukacita karena kekasihnya akan menanam pokok-pokok anggur pilihan, menyiapkan segala sesuatunya dengan sangat baik, dan tanah yang subur. Adalah sebuah kewajaran apabila pemilik kebun anggur menantikan suatu hasil yang terbaik dari kebun anggurnya tersebut karena segala sesuatunya telah dipersiapkan dengan sangat baik dan terbaik. Namun apa yang terjadi? Kenyataannya berbeda dari harapan dan bahkan sangat mengecewakan. Rasa buah anggurnya asam!
Metafora, Tuhan sebagai pemilik kebun anggur, sebenarnya cukup umum dalam Kitab Yesaya: Tuhan dengan hati-hati, penuh semangat, dan penuh kasih, merawat Israel, tanaman Tuhan, untuk memastikan bahwa tanaman itu berkembang dan menghasilkan buah yang lezat, dan Yesaya 5:1-7 menunjukkan Tuhan bekerja di taman dalam dua cara: menumbuhkan dan mencabut.
Ayat 7 menjadi finalitas dari tindakan Tuhan terakhir kalinya kepada umat-Nya yaitu penghakiman dan penghukuman. Sukacita berubah menjadi kekecewaan, harapan berubah menjadi murka, dan kasih berubah menjadi penghukuman.
Baca juga: Memilih Yang Terbaik
Penggambaran yang diberikan di dalam perikop ini oleh Yesaya adalah sesuatu hal yang sangat adil di mana seharusnya segala kebaikan yang Allah telah kerjakan dan lakukan kepada umat-Nya menjadikan mereka pribadi yang bertobat dan meninggalkan segala pelanggaran, kesalahan dan dosa mereka. Namun sebaliknya apa yang mereka lakukan justru berbeda dari apa yang Allah harapkan: mereka menjadi umat yang semakin rusak dan terus hidup di dalam dosa-dosa mereka.
Allah menempatkan mereka di tanah yang terbaik dan subur agar mereka bisa menghasilkan dan memiliki buah kehidupan yang baik, yang benar, dan yang berkenan kepada Allah. Jika kita memperhatikan sekali lagi awal teks sangat positif terhadap tindakan Allah, sang pemilik kebun anggur.
Allah mengharapkan tanaman merambat sebagai sebuah produktivitas berkualitas tinggi. Israel dipilih oleh yang dicintai, dengan nilai yang tinggi sebagai manusia. Tanahnya subur, dengan kemungkinan besar untuk pengembangan tanaman merambat.
Hubungan antara pemilik dan kebun anggur terjalin dengan baik. Memang, Allah sebagai sang pemiliknya sangat menyukai kebun anggurnya, bekerja keras atas namanya, dan hanya memiliki niat terbaik untuk masa depannya. Namun Dia hanya mendapatkan hasil yang nihil.
Pemiliknya adalah Tuhan, “yang terkasih”, sebuah kata yang membawa tingkat keintiman yang tinggi. Kasih adalah dasar bagi identitas Tuhan dan tetap utuh melalui semua kemarahan dan penghakiman yang mengikutinya.
Penghakiman murka adalah respons ilahi yang bergantung pada perkembangan dalam hubungan, bukan kerutan ilahi yang terus-menerus. Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, di sana ada ketegangan, kesenjangan, jurang pemisah bahkan permusuhan antara Allah dan manusia.
Manusia terkutuk dan terhukum karena dosa. Manusia tidak dapat menikmati kasih dan anugerah Allah seperti yang mereka nikmati saat pertama kali mereka diciptakan oleh-Nya. Oleh karenanya Allah berinisiatif untuk menyatakan kasih dan anugerah-Nya kembali kepada manusia yang berdosa tersebut agar mereka dapat menikmati kehidupan bersama dengan-Nya di dalam hidup mereka. Allah mau berelasi kembali dengan manusia, Dia mau memiliki keintiman dengan mereka.
Allah menebus mereka dari perbudakan, memulihkan mereka, menempatkan mereka di tempat yang baru agar kehidupan mereka berbahagia bersama-Nya. Allah mengharapkan bahwa pada saatnya nanti mereka menghasilkan buah pertobatan dan hidup di dalam kebenaran-Nya.
Di dalam Perjanjian Baru pun Tuhan Yesus juga memberikan penggambaran tentang pokok anggur yang benar, dan setiap ranting yang melekat pada pokok anggur itu harus menghasilkan buah, jika tidak maka ranting-ranting tersebut akan dipotong, diikat dan dibakar. Penggambaran ini lebih lagi memberikan penekanan yang sangat jelas dan tegas bahwa setiap umat Allah yang hidup di dalam-Nya bukan hanya sekedar menikmati segala sesuatunya dari Allah tetapi mereka juga harus menghasilkan buah yang terbaik dalam hidup mereka bagi kemuliaan Allah dan dapat dirasakan dampaknya bagi sesama.
Pemilik kebun anggur merawat tanaman anggur dan memberikan kontribusi upaya ilahi terbaik untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka. Ini adalah pekerjaan yang melelahkan. Ini termasuk penanaman, pembersihan, dan membuat persiapan terbaik untuk panen yang diharapkan. Seperti halnya semua petani, Tuhan menunggu dengan penuh harap (dan dengan sabar!) untuk perkembangan mereka (minimal dua tahun untuk kebun anggur baru).
Pembangunan menara pengawas, pagar, dan tembok menunjukkan bahwa pemiliknya mengambil tindakan pencegahan khusus untuk keamanan kebun anggur. Pemilik memiliki harapan yang tinggi untuk tanaman anggur, bahwa panen besar akan datang, bahwa buah anggur akan menghasilkan anggur untuk mengisi tong yang disiapkan. Pengharapan ilahi ini membawa rasa penantian yang penuh semangat dan ditekankan dengan pengulangan (5:2, 4, 7). Artinya menghasilkan buah yang terbaik itu adalah proses finalitas dari pertumbuhan dan perkembangan yang nyata progresivitasnya dari setiap kebaikan yang telah diberikan oleh sang pemilik kebun anggur.
Bagaimana dengan kehidupan kita sebagai umat Allah di masa kini? Apakah diri kita sudah memberikan proses progresivitas pertumbuhan dan perkembangan dengan menghasilkan buah kehidupan yang terbaik? Banyak hal yang dapat kita lakukan di dalam kehidupan kita agar kita dapat menghasilkan hasil yang terbaik secara kuantitas dan kualitas di dalam hidup kita.
Pertama dengan memiliki pertobatan sungguh di dalam hidup kita dan hidup melakukan kebenaran firman Allah hari demi hari. Kedua melakukan disiplin rohani: solitude, berdoa, beribadah, melayani, berpuasa, dan memberitakan Injil. Ketiga memperlengkapi diri dengan membaca buku-buku rohani, cell group, persekutuan wilayah (BGA), dan membangun gereja-Nya.
Marilah mulai dari sekarang diri kita terus berusaha untuk dapat menghasilkan buah kehidupan yang terbaik untuk kemuliaan Allah dan menjadi berkat bagi sesama.
Sumber gambar: https://www.freepik.com
***
Bionarasi
Ev. Timotius Sinaga