25.3 C
Singkawang
More
    BerandaHukum & Kriminal,Acara wisuda untuk siapa?

    Acara wisuda untuk siapa?

    Picture3
    Dokpri

    | Penulis : Hertanto

    Memasuki bulan kenaikan kelas dan kelulusan jenjang membuat sibuk para guru. Bukan hanya dari segi kesiapan penilaian, namun juga disibukkan oleh rancangan kegiatan pesta perpisahan dan prosesi kelulusan.

    Orangtua juga tidak kalah sibuknya, khususnya orangtua yang anaknya lulus dan naik ke jenjang berikutnya. Mereka harus segera mencari dan mempersiapkan sekolah mana yang dituju untuk menggapai cita-cita anak mereka. Bagi orangtua yang mengharapkan anaknya masuk negeri, mereka segera mencari info tentang Penerimaan Peserta Didik Baru atau yang biasa akrab disebut PPDB. Seperti yang telah disinggung, PPDB biasanya diadakan seluruh sekolah pada awal semester ganjil setelah proses kenaikan kelas. Ini menjadi agenda tahunan bagi peserta didik disetiap jenjang sekolah.

    Metode penerimaan ini pun melalui daring atau online, mulai dari tingkat TK hingga SMA maupun SMK. Petunjuk teknis pada setiap daerah tentunya disiapkan oleh Kepala Dinas dan harus disesuaikan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 1 Tahun 2021.

    Berbicara tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, baru-baru ini beredar berita bahwa banyaknya orangtua menyerbu akun Instagram Mendikbud dan mendesak agar acara wisuda TK hingga SMA maupun SMK segera dihapuskan. Bukan tanpa alasan para orangtua melakukan hal tersebut.

    Hal ini didorong banyaknya kegiatan wisuda TK hingga SMA maupun SMK yang konon biaya wisuda tersebut terlalu mahal bagi mereka. Bukan hanya itu, menurut mereka, seharusnya acara wisuda hanya dilakukan oleh perguruan tinggi, mengapa jenjang TK hingga SMA maupun SMK melakukannya? Benarkah demikian?

    Bukankah fenomena seremoni wisuda yang dilakukan di jenjang TK hingga SMA maupun SMK sudah berlangsung dari tahun ke tahun? Mengapa tahun ini baru viral?

    Banyak para orangtua yang kontra, namun tidak sedikit orangtua yang pro terhadap kegiatan tersebut. Mereka yang pro beranggapan bahwa acara tersebut bisa menjadi momentum yang baik bagi para orangtua, guru dan peserta didik itu sendiri. Bahkan mahalnya kegiatan tersebut (bila memang dianggap mahal), tidak sebanding dengan kenangan yang akan terus diingat oleh semua pihak, khususnya para peserta didik. “Kenangan itulah yang tidak dapat dibeli dengan uang.” Begitu ujar salah satu dari orangtua murid. Namun tidak bagi para orangtua yang kontra. Prosesi tersebut bisa dilakukan dengan cara lain dan menghilangkan seremoni wisuda.

    Apakah sesignifikan itu biaya yang dikeluarkan bila menggunakan seremoni wisuda? Benarkah acara seremoni wisuda hanya untuk perguruan tinggi? Adakah makna filosofi wisuda tersebut?

    Sebenarnya ada banyak filosofi dalam acara seremoni wisuda. Misalnya makna topi toga yang berbentuk persegi panjang dengan sudut-sudutnya. Mengandung makna agar para wisudawan/wisudawati dapat berpikir secara rasional dalam menilai sesuatu dan dituntut melihatnya dari berbagai sudut pandang. Sementara tali pada topi toga diibaratkan sebagai otak yang berfungsi untuk berpikir dan menciptakan karya.

    Pemindahan tali saat upacara wisuda dari kiri ke kanan berhubungan dengan pekerjaan atau aktifitas yang akan dipilih setelah wisuda. Artinya bahwa secara radikal para wisudawan/wisudawati dituntut untuk menciptakan sebuah karya dan menjadi influencer bagi orang-orang sekitar.

    Ini baru dari toga dan tali. Bagaimana bila ditilik dari aksesoris lain yang digunakan bukan? Dari hal tersebut, benarkan seremoni wisuda diperuntukan bagi perguruan tinggi? Bukankah permasalahannya berawal dari biaya yang dikeluarkan dan kemudian berkembang kepada makna filosofi wisuda itu sendiri?

    Jadi, masih bolehkah sekolah menyelenggarakan acara wisuda bagi jenjang TK hingga SMA maupun SMK? Jadi, acara wisuda untuk siapa?

    Latest articles

    Explore more

    Arsip berita